4. Skandal

1498 Words
Agatha merasakan waktu yang sekejap berhenti. Jantungnya berdetak dengan cepat, keringat dingin membasahi rambut hingga keningnya, dia saat ini sangat takut. Takut mendengar suara bos nya yang khawatir. Seperti ada suatu bencana besar yang terjadi padanya. Agatha merasakan itu, rasa cemasnya kian bertambah. Agatha ingin menangis rasanya, padahal dia tak tahu berita panas apa yang terjadi. Dengan Mr. Parker menghubungi Brian, pastinya berita panas saat ini masih berhubungan erat dengan Smart. Agatha mengambil gumpalan kertas, dia mengepalkan tangannya yang membuat kertas itu semakin tergumpal. "Ada apa?" gumamnya. "Cepat hidupkan televisi." Vernon mengangguk, dia melepaskan headphone yang melekat di kepalanya, lalu berlari menuju remote tv. Menuju program berita terkini, warna merah pada judul kasus yang sedang dibahas membuat Agatha takut. Dengan perlahan, dia membaca judul berita. "Agatha Lewis, salah satu member Smart melakukan pembullyan di masa SMA." Tubuh Agatha terasa seperti jeli. Dia terjatuh di lantai. Berita macam apa ini? Bahkan Agatha saja tak pernah menyakiti teman sekolahnya, kecuali ... Jika ada seseorang yang menyakiti atau menyakiti orang terdekatnya terlebih dahulu. Dia bukan orang yang akan membuat masalah tanpa sebab, dan jika rumor ini benar, maka penggemarnya tak akan ada lagi yang mempercayainya. Agatha menghapus air matanya, ini belum saatnya untuk dirinya menangis, Agatha harus memahami rumor apa yang kini bertebaran di kalangan masyarakat. "Diduga Agatha telah membully salah satu siswi KKCL di Harrow. Siswi ini berinisial IW yang mengungkapkan kebenarannya lewat media sosial. Dia memberikan sejumlah bukti, yaitu foto dimana Agatha sedang melayangkan tangannya pada IW. Tak sampai situ saja, ada foto IW yang dimandikan oleh air kotor, pelakunya di duga adalah Agatha." Agatha menggeleng. Dia langsung pause televisi, memberhentikan sebuah gambar yang terpampang jelas. Agatha memajukan tubuhnya, berusaha mengamati kebenaran foto itu. Jika dilihat dari penempatannya terlihat sangat asli dan tak ada celah untuk membuktikan bahwa foto itu hanya settingan semata. Di dalam foto, Agatha terlihat sangat marah, terbukti dengan warna merah di pipinya dan tangan yang mengepal. Wanita yang berinisial IW itu juga hanya setengah wajah saja yang masuk dalam foto. IW? Irene Wallace. Agatha langsung membelalakkan matanya, hanya wanita itu saja yang Agatha kenal di sekolahnya dulu. Irene Wallace adalah seorang siswi yang cukup terkenal di angkatannya. Dia sangat sombong dan angkuh, setiap berjalan dadanya akan dimajukan untuk mengenalkan betapa berwibawa dirinya pada semua orang. Barang-barang yang dipakainya selalu bernilai mahal dan dia termasuk dalam golongan kedalam golongan orang yang kaya. Sifatnya yang angkuh itu, membuatnya sering membully siswa dan siswi lainnya. Bukan, bukan Agatha yang menjadi korban bully Irene, melainkan teman dekatnya. Dulu, Agatha memiliki dua teman dekat, wanita dan pria. Wanita bernama Joy, dia adalah golongan siswi pintar dan termasuk jenius. Kekurangannya adalah dari penampilannya, Joy termasuk siswi dengan penampilan culun. Rambut terikat dua adalah ciri khas nya, kacamata selalu melekat pada dirinya dan wajah kusam yang selalu menjadi bahan olok-olokan teman-temannya. Joy sendiri salah satu korban Irene yang paling sering di-bully. Agatha selaku teman dekat tentu saja geram dengan perbuatan Irene kepada Joy, jadinya Agatha menampar wanita itu dengan kerasnya, agar Irene kapok. Namun, Agatha tak mengetahui bahwa aksinya akan di potret oleh seseorang. Saat ini, foto itu akan menjadi Boomerang untuk Agatha. Dirinya tak mungkin mengutarakan Kebenaran yang ada, karena hanya opini dirinya saja tak mungkin akan menjadi bukti. Sedangkan Agatha sendiri tak memiliki bukti yang tepat untuk kebenaran. "Agatha. Apakah berita itu benar?" Grace langsung menghampiri Agatha. Dia membantu Agatha berdiri, sedih rasa di hatinya melihat sahabat sendiri yang kini tampak terpuruk. Tentu Grace tak mempercayai berita tersebut, hanya beberapa foto takkan bisa membuktikan kebenaran. "Tentu saja tidak. Tapi, mengapa ini bisa terjadi?" "Baiklah Agatha tenang dulu. Kita akan mencari kebenaran dari berita ini." Brian dan Grace membantu Agatha duduk di kursi. Hana dan Ara membuka gadget masing-masing. Melihat banyak berita buruk yang memasuki telepon mereka. Berita buruk itu tentu tentang Agatha. Dari apa yang mereka tangkap, Agatha dianggap sebagai siswi berandalan yang selalu membully siswa dan siswi lainnya. Ada juga beberapa alumni yang seangkatan dengan Agatha juga membenarkan rumor tersebut. "Agatha, aku yakin kau tak melakukan ini semua." "Lalu bagaimana ini?" Agatha memberanikan diri untuk membuka teleponnya. Ribuan notifikasi di dapatkannya. Pasti banyak orang yang mengirimkannya pesan hujatan. Agatha membuka aplikasi **, melihat ada 490.000 notifikasi yang masuk. Mereka mengirimkan Agatha pesan lewat dari komentar pada foto terakhir yang Agatha pasang dan juga DM. Pesan yang dikirim kebanyakan dari penggemar, mereka masih berusaha menyemangati Agatha. "JB entertainment belum membenarkan rumor tersebut. Tolong, jangan hujat Agatha dahulu." "??? " "Dia adalah pembully. Apa yang kalian harapkan? Harusnya dia menjadi panutan bagi par penggemarnya. Sungguh Menjijikkan." "Kalian terlalu banyak membully Agatha. Bukankah melihat kebenarannya dulu jauh lebih baik? Jangan membuat jiwa seseorang terganggu karena ketikan kalian!" "Jika dia saja dapat menyakiti orang lain, mengapa kita tidak?" "Aku yakin Agatha melakukan pembullyan bukan tanpa alasan. Sebab terjadinya bully itu banyak, lebih baik cari sebab-akibat nya dulu, daripada menyimpulkan akibatnya saja." "Aku tak menyangka Agatha akan melakukan ini. Dia memiliki citra baik, tapi justru rumor ini membuatku berpikir, bahwa topeng bisa dipakai kapan saja. Aku sungguh kecewa." Agatha langsung mematikan teleponnya. Meski sebagian penggemar berusaha menyemangati nya, tapi Agatha juga cukup sakit hati melihat komentar penggemar yang kecewa dengan dirinya akibat rumor buruk itu. "Agatha. Kau dipanggil oleh Krystal." Agatha mengangguk. Kali ini, dia harus menghadapi salah satu direksi yang ada di JB entertainment. Dapat dipastikan bahwa kasus kali ini akan sepenuhnya diurusi oleh Krystal. Agatha mengikuti salah satu staff yang memanggilnya tadi. Menuju lantai dua dimana, ruangan Krystal berada. Agatha memasuki ruangan Krystal, ruangan bergaya vintage dengan sebuah lukisan besar menghadap ke arah pintu. Krystal ada wanita yang usianya masih muda, sekitar 27 tahun, jabatannya sangat tinggi di agensi ini, karena dia begitu jenius. Krystal wanita yang sudah Agatha anggap sebagai temannya, salah satu alasannya karena umur mereka hanya berjarak 4 tahun saja. Krystal memiliki wajah dingin dan datar, namun sikapnya tak sepenuhnya seperti itu. Dia cukup banyak bicara jika sudah mengenal dekat, wajahnya yang cantik dan berbentuk oval membuat banyak karyawan yang jatuh cinta padanya. "Langsung duduk Agatha." Krystal berucap tanpa menengok wajah Agatha. Wanita itu masih fokus pada komputernya, tentu dia sedang membaca berita tentang Agatha. Agatha duduk di depan Krystal. Dia menelan saliva nya kasar. Aura Krystal kali ini sungguh menakutkan. Suaranya datar seperti tanpa ada gelombang, mata tajamnya terlihat santai tapi menakutkan dan gerakannya yang terkesan lambat membuat Agatha harus menahan diri untuk tidak kabur. "Kau baru saja mendapatkan rumor buruk. Rumor yang akan menjadi skandal jika benar. Dan skandal pertama yang kau dapatkan setelah tiga tahun menjadi penyanyi." Agatha mengangguk membenarkan, memang baru kali ini dirinya mendapatkan satu skandal buruk yang akan mengancam karir Agatha. "Benar." "Aku sudah menghubungi salah satu editor kita, mereka mengatakan bahwa foto ini asli bukan sekedar editan saja." "Foto itu memang benar, bukan editan." Agatha bergumam. Dia menundukkan wajahnya dan memainkan jari-jarinya. Rasa gugup berhadapan dengan Krystal membuat dia tak berani menatap wanita itu lagi. "Berarti skandal itu benar. Kau telah membully seseorang." Terdengar suara Krystal yang tak yakin dengan jawaban Agatha, bukan hanya tak yakin, wanita itu juga cukup terkejut. Krystal sudah cukup mempercayai Agatha dan kasus ini sangat mustahil Agatha lakukan di masa sekolahnya. "Bukan seperti itu ceritanya." "Lalu? Ceritakan lah." Agatha menghela napasnya kasar. Dia menegakkan tubuhnya, menatap tak yakin Krystal. Takut jika Krystal tak mempercayai ceritanya. Krystal yang mengetahui apa yang terjadi dengan Agatha langsung menuangkan air putih. "Minumlah." Krystal memberikan air putih pada Agatha. "Ceritakan. Aku pasti akan mempercayai mu. Kau tahu, aku bukanlah wanita yang mudah percaya pada seseorang, dan kau beruntung masuk dalam lingkaran orang yang aku percayai." Agatha mengangguk, dia menaruh gelas. "Aku ingat, kejadian itu terjadi saat aku masih duduk di bangku SHS kelas 3. Pada saat itu, aku memiliki seorang sahabat namanya Joy, dia memiliki penampilan yang buruk Dimata siswa dan siswi lainnya. Joy termasuk salah satu murid yang suka di bully. Salah satu orang yang membully Joy adalah Irene Wallace atau insial dari IW. Aku tentu membela Joy disaat dia dibully. Singkatnya, aku menampar dia untuk memberi pelajaran." Krystal mencoret-coret kertas. Menghasilkan gambar abstrak yang tak dapat Agatha perkirakan maksud gambar itu. "Lalu, mengapa teman seangkatan mu mengatakan bahwa kau adalah pem-bully?" "Aku juga tak tahu." Perkiraan dalam pikiran Agatha sangat banyak. Dia hanya tak ingin mengungkapkan opini saja tanpa bukti, pasi banyak orang yang mengecap dirinya sebagai penulis yang sangat pintar. "Ada sekitar sembilan orang yang membenarkan kasus ini. Berarti hanya sampel yang diambil secara acak atau memang terpilih." Agatha mengerti maksud dari ucapan Krystal, dia mengangguk. "Kau benar. Sembilan orang adalah jumlah yang sedikit dan 1:10 jika dihitung dengan teman seangkatanku." "Masalah yang cukup sulit ternyata." "Apakah kau memiliki data sembilan orang itu?" tanya Agatha. "Baiklah." Krystal beranjak. Dia mengambil dokumen di dalam laci paling bawah mejanya. Dokumen yang baru saja disimpannya setelah di baca. Dokumen dengan warna biru biru diberikan pada Agatha. Dalam dokumen tersebut, banyak data yang diberikan ditambah dengan foto-foto. Agatha berusaha mengenali satu persatu, dia menyeringai, hembusan napas kesal terdengar darinya. "Sembilan orang ini adalah sahabat baik Irene. Sangat mudah menyuruh sahabat untuk membenarkan rumor."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD