3. Rumor

1494 Words
Mereka telah mendarat di London. Mereka tak langsung pulang ke apartemen untuk beristirahat, sore ini mereka akan langsung ke perusahaan agensi. Agensi tempat Smart berkerja adalah JB Entertainment, agensi ini juga melahirkan musisi-musisi terkenal, seperti Matthew Paddock yang saat ini juga sedang berada di puncak karir karena salah satu lagunya yang sangat booming di seluruh kalangan. JB entertainment ini juga mendebutkan Smart pada tahun 2017. Masih seumur jagung memang Smart, tapi popularitas Smart tak dapat terkira kan. Seperti nama grupnya, Smart yang berarti pintar, empat gadis grup ini memang sangat pintar. Mereka biasa menuliskan lirik-lirik lagu mereka dan terkadang menjadi komposer lagu. Empat gadis ini adalah Agatha, Grace, Hana dan Ara. Dimana dua anggota berasal dari Inggris, yaitu Agatha dengan Grace. Lalu, dua anggota berasal dari benua Asia, yaitu Ara dengan nama panjang Kim Ara adalah gadis Korea Selatan dan Mori Hana gadis Jepang. Perusahaan yang menjulang tinggi ini adalah tempat dimana Agatha dengan ketiga temannya belajar bernyanyi. Mereka memasuki perusahaan itu, banyak sapaan yang mereka dapatkan dari para staf dan mereka menjawab hanya dengan senyuman. Pagi ini, mereka akan salah satu komposer lagu yang bekerja di JB entertainment, tak lama lagi, mereka akan merilis lagu baru. Jadwal telah ditulis. Dapat Agatha pastikan, nantinya jam istirahatnya akan berkurang. Apalagi, mereka merilis mini album, pasti ada sekitar lima lagu yang harus dipersiapkan. Agatha berharap, kelima lagu yang akan mereka rilis akan booming. "Dimana Mr. Parker?" tanya Agatha pada Brian. Mr. Parker adalah pemilik sah JB entertainment, dia memang terbiasa menghabiskan waktu luangnya untuk mengawasi agensi ini. Biasanya dia datang pada sore hari, sangat aneh rasanya bagi Agatha tak melihat bos nya pada jam segini. "Beliau sedang melakukan rapat dengan para Direksi." Agatha mengangguk. Mereka langsung menuju lantai sembilan, dimana ruangan studio musik berada. Ruangan ini bewarna abu-abu dengan tembok yang dilapisi oleh alat peredam suara berupa keramik fiber. Berbagai macam perangkat musik yang menghiasi ruangan ini. Luasnya sekitar 8 m × 10 m, tempat ini biasa dipakai Smart untuk merek suara. Dilihat ditengah ruangan, seorang pria berkulit hitam tengah sibuk dengan sebuah MIDI controller untuk membuat instrumen lagu. Alat ini dapat mengatur instrumen digital seperti drum virtual dan piano virtual. Sesekali pria itu akan menuliskan sesuatu dalam kertasnya. "Bisa aku bantu?" Hana datang mendekati pria itu. Dia langsung memberikan kecupan singkat untuk dia. Pria itu adalah Vernon Smith, seorang komposer lagu yang biasa membuatkan lagu untuk Smart. Dia juga sering membuat lagu untuk penyanyi terkenal lainnya, seperti Beyonce. Vernon merenggut kesal. "Kalian meninggalkan seluruh pekerjaan tanpa mengajakku untuk berlibur juga," ucap Vernon dengan sedikit kesal, namun dia juga berusaha mempertahankan nada suaranya agar terdengar lebih sopan. "Ya, kau tahu. Kalau kami ke Amerika mulanya hanya untuk bekerja saja, tidak ada satupun niat untuk liburan. Brian saja yang terlalu baik untuk memberikan kami liburan." Ara ikut berbicara. Dia mengambil kentang goreng yang berada di atas meja. Menikmati makanan itu dengan santainya. "Lalu, apakah kalian mendapatkan inspirasi di sana untuk membuat lagu?" Vernon menyingkirkan buku di depannya, menaruh kedua tangannya pada meja, ingin mendengar cerita keempat gadis di depannya ini. "Tentu saja. Kami sudah mendapatkan inspirasi, ada juga instrumen yang mengendap dalam pikiran. Tinggal kita coba saja." Grace menuju sebuah drum, dia mengambil stick drum. Dia mulai memukul drum dengan cepatnya. Agatha ikut menyusul, dia berjalan menuju piano dan menekan tiap keyboard, menciptakan sebuah melodi musik yang baru. Permainan mereka bertahan dua menit, setelah selesai mereka meninggalkan alat musik masing-masing. Menuju keberadaan Vernon, Brian dan kedua member lainnya. "Bagaimana? Aku mencoba melodi itu di drum yang ada dalam apartemen." "Sudah cukup baik. Melodi yang kau pakai terkesan ramai apalagi dengan dipadu melodi Agatha." "Kami juga sudah menuliskan lirik." Mereka berempat langsung mengeluarkan buku-buku yang mereka bawa secara masing-masing. Vernon mengambil buku ke empat wanita itu. Membaca tiap lirik yang mereka tulis. "Lirik kalian memang tak pernah jelek. Kalian sangat ahli di bidang sastra, kalimat yang dipakai juga tersusun sangat apik." Vernon menyimpan buku mereka dalam lacinya. "Aku akan menyalin lirik kalian nantinya." Ara mengambil kertas milik Vernon yang disingkirkan pria itu tadi. Melihat setiap lirik yang baru dibuat dengan penuh coretan dalam kertas. "Aku yakin, lagu yang akan kau buat title track kita nanti." "Kau benar. Lihatlah tangga nada dan melodi yang dia tulis, dapat aku prediksi pasti hasil lagunya nanti akan baik." Hana menunjuk pada komputer, dimana tangga lagu dan melodi yang tersusun dalam layar komputer tersebut. "Aku sangat tak sabar mendengar hasil lagunya nanti." Agatha mengambil tas nya. Dia menatap ragu pada gumpalan kertas uang masih disimpannya. Agatha sangat ingin menceritakan tentang apa yang terjadi dengannya di Amerika, namun dia sedikit ragu. "Ingatlah, jika salah satu dari kalian memiliki masalah, lebih baik kalian bercerita tentang masalah tersebut sesama member. Anggap member sebagai keluarga kalian sendiri." Ucapan Mr. Parker memasuki pikiran Agatha. Perlahan, keraguan dalam dirinya menghilang, Agatha semakin yakin untuk menceritakan masalah yang tengah di hadapinya saat ini. "Jika salah satu dari kalian hancur, maka Smart juga akan hancur dan penggemar kalian akan kecewa." Lagi-lagi ucapan Mr. Parker membuat Agatha yakin untuk menceritakan masalahnya. Mr. Parker memang sudah Agatha anggap sebagai motivatornya, karena Mr. Parker sangat pandai menyusun kata yang dapat membuat Agatha termotivasi. Agatha mengeluarkan kertas yang sudah berantakan tersebut. Meletakkannya di atas meja. Mulanya, tak ada yang menyadari maksud Agatha, mereka mengira bahwa kertas tersebut hanya kertas biasa saja. Agatha terbatuk kecil, menyadarkan ke lima orang itu dari pembicaraannya. Setelah itu Vernon, Brian, Grace, Hana dan Ara langsung diam. Mereka jelas mengetahui maksud apa yang Agatha berikan tadi. Pasti ada yang ingin Agatha katakan, terlihat jelas wajah takut dan khawatirnya. "Ada yang ingin aku katakan pada kalian." Agatha memajukan gumpalan kertas tersebut. Jika dilihat dari dekat, tercetak jelas bercak merah dalam kertas itu. "Aku merasa mendapatkan teror. Kertas itu kudapatkan dalam tas ku. Padahal dari kemarin aku tak pernah sekalipun melepaskan tas ku jika diluar." Brian memajukan tubuhnya, mengambil gumpalan kertas itu dan membacanya secara perlahan. "I found you." Brian berucap. Dia mengernyit heran disaat mencium bau pada kertas itu, bau yang membuat penciumannya terganggu. Karena rasa penasarannya yang tinggi, Brian mendekatkan kertas itu ke hidungnya, mencium lebih jelas kertas tersebut. Seketika wajahnya memucat. Ini bau darah yang sangat anyir, rasanya dia ingin muntah saat menciumnya. Brian langsung menjatuhkan kertas itu ke meja, menghirup napas sebanyaknya untuk menghilangkan bau darah itu. "Apa-apaan itu. Tulisannya terbuat dari darah, bukan tinta." Grace langsung mengambil, membaca sejenak tulisan laku mencium baunya. "Benar yang dikatakan Brian. Ini sangat bau sekali." Melihat reaksi Brian dan Grace yang buruk membuat Vernon, Ara dan Hana tak jadi untuk ikut mencium bau nya. Mereka hanya bisa mendeskripsikan bau itu dalam pikirannya, darah yang sudah mengering akan membuatnya bau bertambah. "Kau bisa mengingat kapan kau menemukan kertas itu?" tanya Hana dengan seriusnya. "Aku menemukannya tadi pagi, sebelum kita pergi meninggalkan apartemen." "Apakah kau tak mengecek tas ini setelah kita pulang rekreasi?" Agatha terdiam. Dia berusaha mengingat setiap kejadian yang terjadi sebelum dirinya menemukan kertas itu. Seingatnya, Agatha memang tak mengecek tas sedikitpun setelah pulang rekreasi. Di dalam tas nya hanya ada gadget, buku, beda dan lipstik saja. Biasanya kebutuhan Agatha hanya gadget saja, namun disaat dia menerima teror sebelumnya, Agatha sudah tak berani membuka gadget lagi atau bahkan memposting foto. "Tidak. Tadi pagi adalah awal aku membuka tas setelah rekreasi." "Berarti, orang tersebut memasuki kertas itu disaat kita sedang rekreasi." Semua orang mengangguk di sana saat mendengar ucapan Ara. "Lalu kapan mereka menaruh kertas itu?" gumam Agatha. Kejadian kemarin berjalan dengan cepat, Agatha begitu menikmati liburannya hingga tak ingat keadaan bahwa dirinya sedang diintai. "Ingat lagi Agatha. Setidaknya tempat dan waktu uang pas bagi sang peneror untuk menaruh kertas tersebut." Waktu yang tepat? Berarti waktu yang membuat Agatha tak sadar bahwa ada orang yang mendekatinya. Atau jangan-jangan orang itu memang berada di dekat Agatha, tapi memang keadaan sangat ramai yang membuat Agatha tak sadar. Agatha langsung menegakkan tubuhnya. Jika kejadian disusun secara runtut, pasti akan membentuk sebuah cerita yang Agatha tak sadari. "Aku yakin orang itu menaruh kertas disaat keadaan yang sangat ramai. Jadi, sekarang tempat mana yang ramai?" "Kemarin sangat ramai sekali. Tapi keadaan yang paling terdesak adalah ..." Hana melihat ke teman-temannya yang menatap dirinya dengan tak sabar. "Disaat kita keluar dari kapal Ferry. Pada saat itu, kita keluar secara terdesak-desakan, pasti ada orang yang memanfaatkan waktu itu." Agatha mengangguk. Dia ingat waktu itu, dirinya merasa takut dan khawatir, pasti waktu itu ada orang yang memanfaatkan keadaan. "Kau benar." Agatha menjatuhkan kepalanya di atas meja. Dia sangat tak menyadari bahwa hari kemarin ada peneror yang berani mendekatinya. "Aku sudah mengatakannya dari dulu. Jangan terlalu terbuka pada media sosial, Agatha. Lihatlah sekarang, kau sedang diikuti oleh seseorang," ucap Ara dengan nada yang tersirat rasa frustasi. "Maaf." Hanya kalimat itulah yang dapat Agatha ucapkan. Dia terlalu keras kepala mendengar ucapan ketiga rekannya. "Aku yakin pasti peneror itu tak akan mengikuti mu lagi." Gadget Brian bergetar, menandakan ada seseorang yang tengah menghubunginya saat ini. "Mr. Parker." Dia langsung mengangkat teleponnya. "Lihatlah berita utama sore ini. Ada rumor buruk Agatha yang tersebar saat ini."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD