Aku adalah korban itu

1485 Words
Setelah Airin menangis sepuasnya dan dia pun akhirnya, Airin pun menghentikan tangisannya itu. Dengan suara yang masih terseguk-seguk, Airin mengulurkan tangannya sambil mengusap lembut pipinya, yang sudah basah oleh air matanya, setelah pipi. Airi pun mengusap lembut ujung matanya, agar dia bisa melihat lebih jelas, karena pandangannya terasa kabur jika dia tidak membersihkan air mata yang membasahi pipinya itu. Setelah itu, dia pun melepaskan pelukannya dan menatap wajah wanita paruh baya yang kini, sedang berdiri tepat didepannya. "Te … terima kasih Bu, terima kasih karena sudah menolong aku. Aku … aku, aku minta maaf karena sudah merepotkan ibu selama ini," ucap Airin dengan suara serak dan masih terdengar suara segukan dari dalam tenggorokannya. Lalu, Airin kembali melanjutkan ucapannya lagi, "Hhhmm … apakah ibu yang menolong aku?" Tanya Airin, sambil menghapus sisa-sisa air mata yang masih membasahi pipinya dan dia melakukan gerakan itu sampai berulang kali, agar tidak ada yang tertinggal sama sekali. Ibu itu pun menganggukkan kepala dan dia pun menjawab, "Tidak apa-apa nak! Ibu tidak merasa keberatan sama sekali. Ibu ikhlas melakukannya, karena sesama manusia, Kita harus saling tolong menolong," ucap wanita paruh baya itu sambil mengusap lembut rambut Airin dan melanjutkan ucapannya lagi, "Yang menolong kamu bukanlah ibu tapi suami ibu yang saat itu kebetulan telah menemukan kamu dalam kejadian itu," ucap wanita paruh baya itu, dia terus menatap wajah Airin yang terlihat sangat cantik dan tiba-tiba, dia mengingat wajah Airin yang mirip dengan wajah wanita yang ada didalam siaran televisi itu. "Kamu! Kamu kenapa mirip sekali dengan ...," Wanita paruh baya itu pun menghentikan ucapannya dan secepatnya dia menoleh dan melihat kearah televisi. Namun, siaran berita tentang Airin telah selesai dan acara itu sudah digantikan dengan film anak-anak. "Aduh, kenapa sudah selesai, ibu … ibu ingin melihat wajah wanita muda itu," gumam wanita paruh baya itu dan dia terlihat sangat kecewa. Airin pun tersenyum dan meraih tangan ibu itu lalu menggenggamnya. "Bu, aku memang wanita yang ada didalam siaran itu. Aku adalah Airin putri dari Anton Wijaya. Jadi, ibu tidak perlu lagi mencari-cari identitas aku, karena orang itu memang adalah aku," ucap Airin sambil mengusap lembut tangan wanita paruh baya itu. Mendengar itu, wanita paruh baya itu pun merasa sangat terkejut dan dia langsung mengusap lembut pipi Airin dengan tangannya yang lain. "Apa! Jadi kamu … kamu, kamu adalah wanita muda yang ada di dalam tayangan itu?" Tanya wanita paruh baya itu dan secepatnya dia pun merasa panik serta perasaannya telah memberikan perintah pada dirinya, jika di ingin segera mencari suaminya yang kebetulan masih berada diluar untuk memberitahukan apa yang dia dengar saat ini. Wanita paruh baya itu pun segera membalikkan tubuhnya dan dia sudah melangkah untuk mencari suaminya itu. Namun, baru beberapa langkah saja. Airin yang masih memegang erat tangan wanita paruh baya itu pun langsung menarik tangannya itu dan Airin langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali. "Ibu! Tolong, jangan pergi!" ucap Airin dengan tatapan sedih dan dia seperti seorang anak kecil yang tidak mau kehilangan ibunya lagi. Airin pun kembali melanjutkan ucapannya lagi, "Hhhhmmm … Bi … bisakah ibu tetap tinggal disini dan menemani aku disini? Aku … aku, aku tidak mau kembali bersama mereka dan mereka, mereka juga tidak mengharapkan aku untuk kembali," ucap Airin dan air mata nya pun kembali mengalir. Wajahnya yang masih terlihat sangat pucat pun terlihat memerah karena dia terus menangis. Wanita paruh baya itu pun merasa tidak tega dan dia pun meraih tangan Airin dan kembali memeluk Airin dengan eratnya. "Ibu minta maaf ya nak! Ibu … ibu terlalu panik dan ibu tidak sengaja telah membuat kamu bersedih lagi seperti ini," ucap wanita paruh baya itu. Dia pun langsung memeluk tubuh Airin serta mengusap lembut rambut Airin. Kini perasaannya itu, dia juga ikut merasakan jika dia seperti sedang memeluk putrinya yang kebetulan sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. wanita paruh baya itu pun menutup matanya sejenak dan merasakan rasa sedih teramat dalam di dalam hatinya. "Jika dia masih hidup, mungkin umurnya akan sama dengannya dan mungkin … aku tidak akan hidup berdua saja dengan suamiku," gumam wanita paruh baya itu, dia pun membuka matanya secara perlahan dan merasakan kehangatan yang dia rindukan selama ini. Kehangatan memeluk seorang putri yang sudah pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya. Airin yang dipeluk erat oleh wanita paruh baya itu pun, ikut merasakan ada kehangatan di dalam hatinya. Karena sudah sangat lama, mungkin Airin sudah tidak bisa menghitung berapa waktu yang dia lewati, karena dia tidak benar-benar tidak, mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu. Karena semenjak ibu meninggal di dalam sebuah kecelakaan mobil dan itu sama persis dengan dirinya. Membuat Airin benar-benar kehilangan sosok seorang ibu di dalam hidupnya selama ini. Sejenak. Suasana hangat menyelimuti ruangan itu, hingga keduanya pun hanyut dalam perasaannya masing-masing dan tanpa mereka sadari, mereka pun mulai merasakan ada ikatan batin antara ibu dan anak serta keduanya merasa sangat cocok satu sama lainnya. Ketika keduanya sudah larut dalam perasaan itu. Tiba-tiba, terdengar suara pintu terbuka yang membuat keduanya langsung merasa terkejut. Krekkkk …. Pintu pun mulai terbuka. Airin dan wanita paruh baya itu bersamaan menatap kearah pintu yang saat ini telah dibuka oleh seseorang. Ketika mereka menatap kearah pintu. Masuklah, pria paruh baya yang membawa kantong plastik yang berisikan makanan. Ketika dia masuk. Dia pun merasa sangat terkejut saat melihat itu semua, karena dia wanita beda usia sedang menatap kearahnya tanpa berkedip sama sekali. Pria paruh baya itu pun merasa sangat canggung dan dia pun langsung tertawa sambil menggaruk kepalanya. "Ibu! Wanita muda itu … itu sudah bangun?!" tanya pria paruh baya itu dan secepatnya dia berjalan mendekati keduanya. Setelah sampai didepan keduanya. Pria paruh baya itu pun melambaikan tangannya, karena dua orang yang ada didepannya itu terlihat sangat terkejut saat melihat dirinya yang sudah berdiri tepat didepan keduanya. Keduanya pun merasa sangat terkejut dan akhirnya, mereka pun melepaskan pelukannya masing-masing dan keduanya tersenyum malu, karena dilihat oleh pria paruh baya itu. Untuk memecah rasa canggung itu. Wanita paruh baya itu pun tersenyum dan berkata, "Nak! Ibu minta maaf karena tadi ibu … ibu, ibu merasa jika kamu seperti putrinya ibu. Jadi, ibu berharap jika kamu mau memaafkan ibu," ucap ibu itu sambil mengusap air matanya. Karena tanpa dia sadari, dia menitikkan air matanya ketika dirinya memeluk Airin. Airin pun tersenyum dan langsung meraih tangan ibu itu. "Tidak apa-apa Bu. Aku juga tidak merasa keberatan sama sekali. Aku … aku bahkan merasa sangat bahagia karena bisa mendapatkan pelukan hangat dari ibu," ucap Airin dan dia pun menggenggam erat tangan ibu itu. Ibu itu pun tersenyum dan mengusap lembut puncak kepalanya Airin. "Terima kasih nak, ibu bersyukur karena bisa membantu kamu. Tapi, apakah kamu yakin! Tidak mau mau kembali ke keluarga kamu?" Tanya ibu itu. Airin menganggukkan kepalanya dan dia sudah sangat yakin, jika dia benar-benar tidak mau kembali. Karena dia benar-benar sudah sangat kecewa dengan semua yang dia hadapi selama ini. Apalagi mengingat perselingkuhan Gavin dan juga Felly yang sangat menyakitkan hatinya. "Aku sungguh tidak ingin kembali kesana dan bisakah aku mengetahui, siapa nama ibu dan bapak ini?" Tanya Airin sambil menatap kearah ibu dan bapak yang ada didepannya saat ini. Ibu itu pun tersenyum dan menjawab, "Nak! Perkenalkan nama ibu, Mimin dan bapak, bapak ini bernama Parman. Oh ya, nama kamu Airin kan nak?" Ucap ibu itu yang bernama Mimin. Airin pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum kearah keduanya. "Iya, namaku aku Airin. Tapi karena Airin sudah mati. Mungkin, aku akan mengganti namaku dan menjadi orang yang baru, tapi …," Airin menghentikan ucapannya dan mencari tas miliknya. "Tas aku? Dimana tas aku?" Tanya Airin sambil mencari-cari disekitar dirinya. Mimin pun menghela nafas panjang dan berkata, "Saat bapak menemukan kamu, bapak tidak menemukan tas atau apapun. Mungkin tas kamu terjatuh atau ikut meledak bersama dengan mobil kamu, yang kebetulan saat itu. Mobil kamu jatuh ke dalam jurang yang sangat dalam itu," ucap Mimin. Dia menjelaskan semua yang dia ketahui. Mendengar itu, Airin langsung Memijat dahinya. Karena dia saat ini, memang benar-benar sudah meninggal. "Haistt … ternyata Tuhan memang ingin kalau aku ini mati ya! Hehehe … baiklah, aku akan menjadi manusia baru dan Airin. Biarkan saja semua orang menganggap aku sudah mati. Tapi, akan ada Airin yang lain untuk datang membalas dendam kepada mereka yang sudah menyakiti aku selama ini," ucap Airin dan dia pun tersenyum dingin dan tatapannya terlihat sangat mengerikan. Dia terlihat seperti iblis yang ingin menghabisi semua orang yang sudah menyakitinya dimasa lalu. Karena amarah dan rasa benci yang kini sudah menyelimuti hatinya. Telah membuatnya merasakan hatinya sangat keras dan kerasnya hatinya telah membuatnya memiliki sebuah tekad, tekad untuk membalaskan dendam atas semua yang dia dapatkan selama ini. Bahkan, kecelakaan mobil itu. Airin sangat yakin, jika kecelakaan itu telah disabotase oleh seseorang. Airin pun menggertakan giginya dan dia berusaha mengendalikan amarahnya yang sudah berada diujung Kepalanya. Tapi Airin, harus bisa menahannya. Airin pun terdiam sejenak dan mencoba untuk mengendalikan dirinya agar tidak terbawa oleh amarahnya dan berusaha mengendalikan dirinya agar tetap dalam kondisi tenang. Namun. Tiba-tiba, ingatannya sebelum kecelakaan itu terjadi pun mulai datang menghantui pikirannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD