kebahagiaan yang akan segera aku miliki

1463 Words
Flashback. Di dalam sebuah butik yang cukup terkenal di kota Jakarta. Berdiri lah seorang wanita cantik yang sedang menatap pantulan dirinya didepan sebuah cermin besar. Berbalut gaun pengantin yang terlihat sangat indah dan sangat cocok dengan dirinya. Membuat wajah wanita itu terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya. Wanita cantik itu bernama Airin. Dia terus tersenyum dan sesekali dia melihat wajahnya didepan cermin. Bayangan akan pernikahan indah terus datang menghampirinya. "Gaun ini, sangat cocok untukku. Hehehehe … aku semakin tidak sabar lagi. Rasanya, waktu terasa sangat lama tapi ternyata, tidak terlalu lama juga," ucap Airin, dia berbicara sendiri sambil menatap dirinya dengan pakaian pengantin yang kini masih menempel ditubuhnya itu. Aura bahagia terus terpancar dari senyuman indah yang terus terlukis dari sudut bibirnya. Walaupun saat ini, dia hanya sendirian di butik itu dan tidak ada satu pun orang yang menemaninya. Hanya ada pelayan toko yang membantunya untuk melakukan fitting dan memastikan jika ukuran gaun itu sangatlah pas untuknya. Namun, itu semua tidak mengurangi perasaan bahagia Airin, karena dia sudah terbiasa hidup mandiri tanpa mendapatkan perhatian apapun dari ayah atau keluarga yang lainnya. Pernikahan ini, mungkin adalah jalan terbaik untuknya demi melepaskan rasa sepi di dalam hatinya. Karena, Gavin adalah satu-satunya yang bisa membuatnya merasa nyaman. Walaupun, Airin belum bisa memberikan seluruh hati dan cintanya untuk Gavin. Tapi setidaknya, Airin bisa memberikan itu semua setelah dia menikah nanti. Airin pun terus tersenyum tiada henti. Pesta pernikahan itu sudah sangat dekat dan hanya tinggal satu Minggu lagi, dia akan menikah dengan Gavin, dia pria yang sangat dekat dengannya sejak dia masih sangat kecil. Gavin adalah satu-satunya pria yang selalu dia panggil dengan panggilan kakak dan setiap hari, mereka sering bermain bersama, bahkan keluarga mereka sangatlah dekat. Sehingga, kedua keluarga mereka telah memutuskan, untuk mengikatnya dalam sebuah ikatan pertunangan sejak Airin berumur empat belas tahun. Airin tidak menolak pertunangannya itu. Karena dia juga, sangat menyukainya bahkan dia sudah menganggap jika pria yang bernama Gavin Airlangga adalah kakak kesayangannya, bahkan dia jugalah, yang sudah menjadi pria impian untuk seorang Airin. Karena baginya. Gavin adalah satu-satunya pria yang bisa memberikan kasih sayang yang dia tidak dapatkan dari ayahnya. Mungkin, karena inilah. Airin menyukai Gavin. Bukan sebagai kekasihnya. Melainkan sebagai kakak yang selalu ada disampingnya. Namun, perlahan rasa suka itu mulai terasa berbeda. Karena, semakin hari. Airin merasa semakin menyukai Gavin. karena mungkin, mereka selalu menghabiskan waktu bersama dan Gavin selalu ada untuk Airin disaat dia sedang membutuhkannya. Karena sikap inilah yang membuat Airin memiliki perasaan yang lebih dari sekedar menganggapnya sebagai kakak, entah itu perasaan cinta kah atau hanya karena terbiasa, yang pasti, Airin hanya ingin menikah dengan Gavin. Karena Gavin lah yang selalu ada untuknya. begitu pula dengan Gavin, dia menyayangi Airin tapi bukan sebagai kekasih melainkan sebagai adiknya saja, dia tidak menginginkan pernikahan ini karena ternyata diam-diam Gavin memiliki hubungan terlarang bersama suadara tirinya yaitu Felly, dia seorang Aktris pendatang baru yang sedang bersinar. Tentunya Airin tidak mengetahui semua ini, karena bagi Airin, kakak Gavin nya adalah pria yang paling terbaik yang pernah dia temui. Airin terus menatap dirinya yang membuatnya merasa sangat kagum dengan dirinya sendiri. Namun, tidak terasa dia sudah menghabiskan banyak waktu hanya untuk menatap dirinya yang terlihat sangat cantik dengan gaun pengantin yang masih menempel ditubuhnya. Setelah itu, Airin pun tiba-tiba melihat kearah dan dia tidak melihat ada jam dinding di sana. "Haistt … tidak ada jam dinding disini? Hhmm … aku harus mencari ponsel milikku dulu, tapi … dimana tas aku?" Ucap Airin. Dia pun berjalan secara perlahan untuk menjauhi cermin itu dan mencari tas miliknya yang berada entah dimana dia meletakkannya. Tidak lama kemudian, setelah mencari tas miliknya untuk mencari ponselnya yang berada didalam tas itu dengan menghabiskan waktu beberapa menit. Akhirnya, Airin pun bisa menemukannya. Secepatnya, dia meraih tas itu dan mengeluarkan ponselnya dari dalam tas miliknya. Setelah mendapatkan ponselnya itu, Airin pun langsung melihat jam di ponselnya, dan ternyata, sudah lewat satu jam dia menunggu Gavin, tapi Gavin belum muncul juga. Padahal, Gavin sudah berjanji padanya akan datang setelah urusan di kantornya sudah selesai. "Sudah satu jam, tapi kak Gavin belum juga datang. Apa mungkin … terjadi sesuatu dengannya?" Gumam Airin, dia merasakan perasaan didalam hatinya sangatlah tidak nyaman dan Airin merasa jika, hatinya terus mendorong agar dirinya secepatnya mencari Gavin. "Aku … aku harus mencari tahu tentang kak Gavin! Ya … aku tidak mau menunggu dia disini karena aku takut … ah! Airin simpan pikiran aneh kamu itu, kak Gavin pasti baik-baik saja," ucap Airin dan tanpa berpikir lebih lama lagi. Airin mengirim pesan kepada Gavin dan menanyakan saat ini dia berada dimana, namun semua pesannya tidak dia baca sama sekali. Airin semakin merasa gelisah dan dia juga merasakan perasaannya sudah tidak menentu. "Kak, di mana kamu? Apakah kamu baik-baik saja kak?" Ucap Airin dengan nada khawatir. Dia yang gelisah pun berjalan mondar-mandir bahkan merubah posisi dari duduk dan berdiri lagi kembali duduk lagi. Begitulah dia terus mengulang hingga berkali-kali. Waktu pun terus berlalu, dan karena Airin sudah tidak bisa diam saja. Dia pun langsung menelpon Gavin, namun panggilan itu tetap tidak dia jawab sama sekali. Perasaan dan hati Airin semakin tidak menentu, dia pun memutuskan untuk pergi dari tempat itu. "Ahhhh … aku benar-benar sangat mengkhawatirkannya, aku harus mencari kak Gavin sekarang juga! Ya, aku harus mencarinya!" Ucap Airin dan dia pun hendak melangkahkan kakinya untuk pergi meninggalkan tempat itu. Namun, sebelum dia pergi meninggalkan tempat itu, Airin harus mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa dan setelah selesai, Airin mengambil mobilnya dan segera menyalakan mesin mobilnya. “ kak, kamu dimana? Kenapa tidak ada kabar sama sekali? Aduhh, perasaan aku benar-benar sangat tidak nyaman," ucap Airin dengan nada lirih, dia pun melanjutkan ucapannya, "Ya Tuhan, semoga kak Gavin baik-baik saja!” ucap Airin, Namun hati dan piikirannya semakin gelisah. Saat Airin hendak menelpon ke rumah Gavin, tiba-tiba ada pesan masuk dan itu adalah pesan dari Gavin. Airin tersenyum cerah, dia langsung membuka pesan itu. Isi pesan itu adalah “Airin, kakak sedang berada di hotel king, nomor kamar 412. Kakak tunggu kamu disini.” Selesai membaca pesan itu, Airin menaikan alisnya dan berkata, “hotel king? Sedang apa kak Gavin disana? Apakah dia sedang menyiapkan kejutan untuk aku? Mana mungkin? Tapi kak Gavin kan selalu seperti itu! Hehehe …,” ucap Airin, dia pun tersenyum sendiri karena dia menyangka jika Gavin akan melakukan itu untuknya. Airin melanjutkan ucapannya, “Aku jadi penasaran, apa yang akan kak Gavin berikan untukku ya? Ahh … lebih baik aku kesana sekarang, aku sangat penasaran sekali,” ucap Airin, dia pun langsung menginjak gas dan segera meluncur menuju tempat yang Gavin kirimkan padanya. Dengan wajah penuh kebahagiaan, Airin membayangkan jika Gavin akan memberikan kejutan manis sebelum hari pernikahan mereka. Airin pun langsung menginjak pedal gas dan mobilnya pun melesat cepat kerah alamat yang ada didalam pesan itu. Detak jantung Airin berdetak semakin cepat. Dia merasakan ada rasa bahagia di dalam hatinya, namun ada perasaan yang lain yang mengganjal di dalam hatinya. Perasaan yang Airin pun tidak mengerti sama sekali. "Hah! Sudahlah. Daripada aku sibuk dengan semua pikiran dan juga perasaan aku ini. Lebih baik, aku menemui kak Gavin dan juga, aku ingin tahu. Kejutan apa yang dia siapkan untuk aku," ucap Airin, dia menghela nafas pendek dan dia tidak mau memikirkan hal semacam itu lagi. Airin pun menginjak pedal gas dan akhirnya, mobilnya pun pergi meninggalkan tempat itu. Di sepanjang jalan, Airin pun mencoba menenangkan dirinya dan mencoba untuk memiliki pikiran positif tentang Gavin. Dia merasa yakin, jika Gavin tidak akan mengingkari janjinya dan dia juga merasa yakin, jika Gavin pasti akan menikah dengannya. "Hah! aku benar-benar merasa sangat penasaran dan juga, akusudah tidak sabar lagi ingin segera bertemu dengan kamu. Aku jadi merasa sangat penasaran. Kejutan apa yang mau kak Gavin berikan untukku?" Ucap Airin dengan senyuman yang indah dan senyuman itu terukir jelas dari sudut bibirnya. Airin pun menyalakan pemutar musik yang ada didalam mobilnya dan Airin mendengarkan lagu yang di nyanyikan oleh Cristina Perri yang berjudul 'a thousand years' lagu romantis yang membuatnya semakin merasa sangat bahagia. Apalagi, mobil yang dia kemudikan saat ini. Mobil itu adalah mobil. kesayangan miliknya dan Airin diam-diam sering membawa mobil itu untuk melakukan balapan liar. Dengan identitas yang lain. Ya identitas yang hanya diketahui oleh dirinya dan juga satu sahabatnya. Yaitu Marcel. Mengingat itu semua, Airin pun tersenyum cerah karena saat ini, baik mobil yang dia sangat cintai dan juga pria yang sangat dia sukai, kini sama-sama berada disampingnya dan Airin sudah merasa cukup sangat bahagia dengan itu semua. Airin berjanji didalam hatinya, jika dia akan berubah dan berhenti menjadi pembalap liar, jika dia sudah resmi menikah dengan Gavin. Airin pun terus memikirkan banyak rencana untuk masa dengan hubungannya setelah menikah dengan Gavin dan dia terus tersenyum tiada henti. Sementara Airin yang sedang dijalan menuju tempat itu. Berbeda dengan keadaan didalam Kamar sebuah hotel dengan nomor pintu 412.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD