BAB 9 Anak Lelaki Bernama Riki

1100 Words
Pagi harinya saat Kiana membuka matanya pertama kali. Sebuah pemandangan sangat mengejutkan membuat wajahnya memerah antara malu, marah dan kesal. Pasalnya, di sampingnya Drake tidur memeluknya dalam keadaan tak memakai baju. Hanya sebuah celana pendek yang ia gunakan. Walaupun begitu, hal itu membuat Kiana semakin marah dan kesal padanya. Kiana mendudukkan tubuhnya dengan cepat dan dengan kasar melepas tangan Drake yang berada di perutnya. Gerakan Kiana di sampingnya tak membuat Drake terusik dari tidurnya malahan dia membalikkan badannya membelakangi Kiana. Awalnya wanita itu ingin memarahinya. Tapi, suaranya terhenti di tenggorokannya saat melihat sebuah luka yang ada di punggung lelaki itu. “Mungkinkah ia terluka karena menolongku kemarin?” batinnya. Kiana mulai merasa bersalah. Drake terluka karana menyelamatkannya. “Maafkan aku ...” lirihnya. Kedua matanya mulai berkaca-kaca mengingat kejadian semalam. Tiba-tiba dengkuran keras membuat lamunan Kiana buyar di gantikan dengan kedua tangannya mengepal kesal. Wanita itu mengguncang tubuh lelaki itu. Tapi, Drake masih tak membuka matanya membuat kemarahan Kiana berada di ubun-ubun. Kiana membalik tubuh Drake dan sebuah tamparan keras mendarat di wajah Drake membuat lelaki itu kaget dan bangun dari tidurnya. “Apa yang kau lakukan!” bentaknya pada Kiana. Tapi bukannya menjawab Kiana malah kembali melayangkan tamparan keras. “Aku yang harusnya bertanya! Apa yang telah kau lakukan!” bentaknya pada Drake. “Aku tidak melakukan apa pun.” Sambil memegang kedua pipinya yang memerah bekas tamparan Kiana. Dengan wajah tanpa bersalah sedikit pun. “Kau memelukku dalam keadaan telanjang! Apa kau tidak mengerti wanita dan laki-laki tidak boleh berdekatan?” “Aku tidak telanjang. Kan aku pakai calana.” Lelaki itu masih berusaha untuk membela diri. “Tapi tubuh atas mu telanjang.” “I ... itu ...” Drake tidak bisa melanjutkan perkataannya. Apa yang di katakan Kiana ada benarnya juga membuat ia tak bisa membalas perkataan wanita di hadapannya. “Cepat pakai bajumu!” seketika Drake menurut mengambil bajunya yang tak jauh dari tempatnya. Lelaki itu meringis kesakitan saat lukanya menyentuh baju. Pekikan lelaki itu membuat Kiana cemas. Tapi, ia tidak mengatakan apapun. Keributan yang mereka berdua ciptakan di pagi hari membuat anak kecil yang mereka tolong terusik. Anak itu terdiam menatap mereka berdua yang bertengkar. Pertengkaran mereka berdua mengingatkannya pada kedua orang tuanya dan membuatnya sedih. Suara isak tangisan anak itu membuat Kiana mengalihkan pandangan menatapnya. Saat itu dia sadar ternyata Drake membawa anak itu bersamanya. Kiana mendekati anak itu. Memeluknya dan mengelus punggungnya. “Ada apa? Jangan menangis, yah? Ada kakak di sini.” “Aku merindukan kedua orang tuaku.” “Jangan sedih. Kedua orang tuamu berada di surga. Mereka berdua akan sedih di sana jika melihatmu menangis.” Anak itu menganggukan kepalanya dan menghapus air matanya. *** Satu jam telah berlalu. Anak kecil yang bernama Riki itu mulai kembali tenang. Kiana dan Riki mengobrol dengan senang. Sedangkan Drake hanya memperhatikan mereka di atas pohon. Bunyi perut Riki membuat Kiana tertawa dan tak lama kemudian perut Kiana yang berbunyi membuat Riki tertawa. Mereka berdua pun tertawa bersama. Setelah itu mereka berdua menatap Drake dengan wajah memelas. “Apa?” kata Drake dingin. Kiana dan Riki masih menatap Drake dengan tatapan memelas. Hingga sebuah bunyi perut keroncongan membuat Drake menghela napas. Mengerti maksud mereka berdua lelaki itu menatap mereka dingin. “Kalian pikir aku pembantu?” “Ayolah ... kaukan punya sayap dengan begitu kamu bisa mendapatkan makanan dengan mudah. Tidak sepeti kami yang manuisa lemah tanpa kekuatan. Kami berdua tidak tahu di mana mendapatkan makanan.” Drake menghembuskan napasnya berat dan melompat turun dari pohon. “Baiklah ...” Drake sektika melepas bajunya membuat Kiana berteriak marah. “Apa yang kau lakukan! Dasar m***m!” makinya. “Bajuku akan robek jika aku tidak melepasnya.” “Oh ...” jawab Kiana singkat membuat Drake kesal. Lelaki itu pun melebarkan sayapnya dan terbang mencari makanan. Saat Drake telah menghilang dari pandangan mereka. Kiana menatap Raki dan berkata, “Tetaplah di sini. Aku harus mencari obat jadi jangan kemana-mana yah?” “Iya, Kak. Aku mengerti.” *** Kiana mengitari hutan tak jauh dari tempat peristirahatan mereka bertiga. Kiana melangkah sambil sesekali bernyanyi. Ia pun tersenyum senang saat menemukan apa yang ia cari. Tiggal di hutan bertahun-tahun bersama nenaknya dulu membuat Kiana dapat mengenali tumbuhan liar yang bisa di jadikan obat. Tangan kurus Kiana pun memetik tumbuhan itu. “Semoga obat ini dapat menyembuhkan luka lelaki m***m itu,” batinnya. Ia pun kembali ke tempatnya semula. Saat ia kembali kembali ke tempatnya tadi tumbuhan yang ia kumpulkan tadi pun terjatuh di tanah. Ia tidak menemukan Riki. Kiana mulai panik dan cemas. Drake juga belum kembali dari mencari makan. “Riki kau di mana!!” Kiana mulai berteriak nyaring sambil menyusuri tempat peristirahatan mereka. “Apa jangan-jangan Riki kembali ke desa itu,” batin Kiana. “Gawat ... aku harus mencarinya.” Kiana pun berlari cukup kencang kembali ke desa yang telah hancur karena vampire. “Riki!” “Kau di mana!” masih dengan berlari kencang. Kiana berteriak sambil memperhatikan sekitarnya. Berharap ia menemukan anak lelaki tersebut. *** Kini Drake berada di atas pohon. Ia duduk manis dan bersandar di batang pohon tersebut. “Wanita sialan itu memerintah seenak jidatnya. Dia kira aku babunya. Seadanya ia tidak mirip dengan Daisy aku tidak akan melakukan apa yang di inginkannya.” Sambil memetik buah-buahan Drake masih saja mengeluh dalam hati. Sesekali ia memakan buah di atas pohon. Tak sadar Drake telah duduk di atas pohon berjam-jam. "Kenyangnya ...” pekik lelaki itu sambil mengelus perutnya. Ia memperhatikan buah-buahan yang telah ia pertik. “Saatnya aku kembali.” Drake kembali melebarkan sayapnya lalu kembali ketempatnya semula dengan buah-buahan penuh di kedua tangannya. Saat ia mendarat di tempat peristrahatan mereka. Drake pun kaget Kiana dan anak lelaki bernama Riki tidak ada di tempat. “Kiana! Riki! kalian ada di mana!” Drake berteriak nyaring berharap seseorang menanggapi panggilannya. Namun, sayangnya. Tidak ada satu pun yang menjawab. “Gadis bodoh kau di mana!” Drake mulai kesal masih dengan memanggil wanita itu. Hingga ketiga kalinya ia berteriak dan mencari Kiana dan Riki namun tidak ketemu. Ia mulai cemas. Perasaannya mulai tidak tenang. Buah-buahan yang ia pegang dari tadi pun terjatuh di tanah. Ia mulai panik. “Gawat.” Wajahnya mulai memerah antara kesal, cemas dan marah. Ia marah karena wanita itu berulah lagi dan merepotkannya. Tapi, ia juga mencemaskan Kiana takut jika terjadi sesuatu pada wanita itu. “Gadis bodoh. Tunggu saja jika ketemu nanti.” Segera Drake kembali melebarkan sayapnya dan terrbang ke udara untuk mencari Kiana dan Riki. “Menyusahkan saja.” sambil memperhatikan bawahnya Drake masih saja mengerutu dalam hati. Entah sudah keberapa kalinya Kiana menyusahkannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD