BAB 79

1491 Words
FLASHBACK            Tiga bulan sebelum masuk Academic.            Icarus tengah duduk diam, sambil memperhatikan gulungan gambar yang ada di hadapannya saat ini. sebuah gambar dari seorang wanita yang ia cintai. Wanita itu bernama Daisy. Sayangnya wanita itu sudah meninggal beberapa abad tahun yang lalu dan meninggalkan luka mendalam padanya.            Tok tok tok            Seseorang tiba-tiba masuk ke ruangan lelaki itu. sejenak lelaki itu membungkuk. “Ada apa? apa kau sudah menemukannya?”            “Belum, Tuan.”            “Lalu untuk apa kau kemari?”            “Aku hanya ingin memeberikan informasi bahwa kemarin informasi dari anak buahku yang berada di Karion. Bahwa mereka melihat ada monster yang terlihat sebagai naga hitam.”            “Tadi kau bilang ada di Karion?” tanya Icarus. Lelaki itu mengangguk dan mengiyakan perkataan tuannya.            “Baiklah. Kau boleh pergi,” ujar Icarus dingin. Lelaki yang merupakan pelayannya itu pun menghilang tiba-tiba.            Lelaki itu pun membuka sebuah laci yang ada di mejanya. Mengambil sebuah gulungan gambar kuno. Gambar itu memperlhitakan empat pemuda dan satu wanita yang berdiri di tengah sambil tersenyum bahagia.            “Mungkinkah ... dia benar-benar ada di Karion? Tapi ... untuk apa Drake ke sana? Mungkinkah dia membawa sang keturunan terakhir untuk berlatih sihir di Karion of Magic? Aku tak boleh tinggal diam. Aku juga harus ikut mendaftar di Academic itu. Akan kujauhkan sang keturuan terakhir dari naga hitam itu.            “Tapi bagaimana caraku menjauhkan mereka? Wajah sang keturunan terakhir saja aku tak tahu ... aisss. Seandainya mata-mataku yang aku kirim di desa itu kemarin masih hidup aku pasti bisa menemukannya dengan mudah.”            “Hanya satu kata yang aku tahu tentang keturunan terakhir itu. Sebelum musnah anak buahku sempat mengatakan kalau sang keturunan terakhir sangat cantik. Jadi aku hanya perlu mencari wanita tercantik di Academic itu.”            Lelaki itu kembali menatap gamabar Daisy dan tersenyum. “Kau tenang saja. Aku pasti akan menemukannya ...” lirihnya. ****            Tiga bulan kemudian, Icarus benar-benar mendaftarkan dirinya di Academic. Hari ini adalah hari tes pertama masuk untuk menentukan kelas mereka.            Lelaki itu sibuk memperhatikan semua gadis siswa baru. Tiba-tiba lelaki itu mencium aroma yang sanga ia kenal. Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya. “Dia benar-benar ada di sini,” batinnya.            Lelaki itu pun semakin menajamkan penciumnnya. Aroma itu semakin kuat pada diri seorang wanita yang sangat jeleek. “Bukankah sang keturuan sangat cantik. Kenapa dia sangat jeleek? Itu pasti bukan dia ...” desah Icarus.            Icarus terus memperhatikan gadis jelekk yang ada di hadapannya hingga ia melihat gadis cantik yang ada di samping Kiana. “Mungkinkah dia? Aku harus mencari tahu tentangnya.”            Icarus tersenyum saat giliran Krein. Wanita itu sangat lemah. “Mungkin keturunan terakhir memang sangat lemah karena itu Darake membawa wanita itu latihan di Academic ini.”            Tak lama kemudian giliran sang gadis jelekkk yang ia lihat tadi. Ia tertawa melihat kekuatan wanita itu yang sangat lemah. “ Ha ha ha  ... sang keturunan terakhir tak mungkin selemah itu.            Pandangan Icarus tak pernah lepas dari Krein. “Aku harsu masuk di kelasnya,” batinnya.            Dan sesuai rancana. Icarus benar-benar masuk ke kelas Kiana dan Krein. Di hari pertama masuk kelas. Icarus lagi-lagi mencium aroma yang sang ia kenal pada Krein yang juga saat itu berada di samping Kiana. Saat jam pelajaran berlangsung Icarus terus memperhatikan Krein.            Hingga tak terasa satu minggu telah berlalu. Hari ini ada latihan sihir. Icarus sangat senang saat Krein yang ia kira adalah sang keturunan terakhir ada peningkatan. Ia ikut sedang.            “Aku harus mencari kesempatan untuk berbicara dengannya,” Batin Icarus.            Lelaki itu terus mengikuti ke mana pun Krein pergi. mencari kesempatan saat wanita itu sendiri. Hingga beberapa hari kemudian ia menemukan kesempatan itu. Krein akan ke kamar mandi. Lelaki itu pun mengambil kesempatan itu untuk mengikutinya.            Dan saat itu juga ia melihat Krein sedang mengobrol dengan seorang lelaki yang ia kenal. “Sudah aku duga. Krein benar-benar adalah keturunan terkhir. Aku harus mencari kesempatan untuk membunuh lelaki itu. Tak akan kubiarkan lelaki itu berkeliaran di sekitar Krein,” batin Icarus sambil mengepalkan kedua tangannya sebelum akhirnya ia pergi.            Beberapa hari ini Krein terus latihan bersama dengan Kiana. Membuat Icarus tak punya kesempatan untuk dekat dengannya. Tak hanya itu ia juga semakin cemburu saat melihat Krein dan Kiana sangat dekat dengan lelaki bernama Daniel.            “Aiiisss. Sial ... lagi-lagi bertambah satu saingan ...” desah Icarus kesal.            “Aku juga harus menyingkirkannya,” ujar lelaki sambil tersenyum menyeringai sebelum menghilang. ****            Icarus tengah duduk diam di kamarnya. Sudah satu bulan berlalu dan ia masih belum punya kesempatan untuk dekat dengan Krein. “Sepertinya aku harus menyingkirkan Drake dulu baru bisa dekat dengannya.”            “Aku harus mencari lelaki itu  dan membunuhnya.” Icarus bangkit dari tempatnya keluar dari kamarya menuju asrama Krein. Di tengah jalan saat ia melewati lapangan. Ia melihat Drake sedang memperhatikan Kiana latihan. “Mungkikah lelaki itu ingin menyingkirkan sahabat Krein? aku harus membunuh lelaki itu sekarang juga.” Baru saja Icarus ingin menyerang lelaki itu keburu mengilang. Icarus pun memeprhatikan sekelilingnya. “Di mana dia ...”            “Sebaiknya aku kembali ke asrama Krein. Sepertinya lelaki itu pergi menemui Krein,” batin Icarus.            Namun baru beberapa langkah, lelaki itu mendengar suara langkah cepat ke arahnya. Icarus berbalik dan saat itu juga terdengar suara keras saat sang penabrak terjatuh.            “Dia lagi ... seandinya dia bukan sahabat Krein aku pasti sudah menyingkirkannya,” batinya kesal dengan wajah dingin.            “Maafkan aku. Aku tak sengaja ak_...” lirih Kiana memohon maaf tapi perkataannya terpotong saat menatap siapa yang ia tabrak.            “Kau ...”            “Aku malas berurusan dengannya, sebaiknya aku pergi,” batin Icarus.            “Tidak apa-apa,” ujar lelaki itu dingin lalu meninggalkan Kiana.            Baru saja Icarus melangkah pergi, Kiana tiba-tiba saja menarik tangannya. “Hei. Dengar yah. Aku berbicara baik-baik dan kau malah berkata dingin padaku. Kau pikiri aku takut padamu ...” maki Kiana kesal.            “Ada apa dengannya? bikin kesal saja. Hari ini aku sudah sangat kesal karena kehilangan Drake dan dia malah mengangguku. ” batin Icarus marah.            Raut wajah lelaki itu berubah. “Banarkah kau tidak takut padaku?” Icarus berjalan maju dan Kiana berjalan mundur. Icaurs terus menyudutkan wanita itu hingga membuat wanita itu ketakutan.            “Dengar aku tak pernah takut padamu!” wanita itu mendorong Icarus lalu melancarkan aksi pelariannya. Icarus tersenyum menatap Kiana yang lari terbirit-b***t. ****            Beberapa hari kemudian, Icarus terus mencari keberadaan Drake saat jam pelajaran selesai. Lelaki itu terus mengelilingi Academic berharap ia bertemu sang musuh.  Tapi, lelaki itu tak kunjung menunjukkan wajudnya.            “Aissss. Sial. Dia sangat mahir dalam bersembuyi. Tunggu saja kalau aku menemukanmu. aku tak akan pernah melepaskanmu.”            “Aiiiisss ...” Icarus menggaruk rambutnya kasar. “Aku ke asrama krein saja deh,” batinnya kesal.            Saat ia berbali. Lagi-lagi ia mendengar suara langkah cepat ke arahnya. Saat ia berbalik. Lagi-lagi ia di tabrak oleh seorang wanita. Dan wanita itu adalah gadis jelekk yang tak ingin ia lihat.            “Lagi-lagi dia. Kenapa sih dia terus muncul di hadapanku,” batin Icarus geram. Lelaki itu mengambil napas dalam-dalam mencoba untuk tenang. Ia tak bisa membunuh sahabat Krein.            “Apa ka_”            “Maafkan aku. Sungguh aku tak sengaja. Maafkan aku ... dan .. dan jangan bunuh akuuuu!” Kiana segera berdiri dan memohon maaf sebelum melancarkan aksi pelariannya.            Icarus menatap kepergian Kiana aneh. “Ada apa dengannya?” ****            Saat jam pelajaran Kiana terus memperhatikan Icarus membuat lelaki itu risih. Namun ia tetap mencoba untuk tetap tenang. Tiga hari berlalu dan Kiana terus memperhatikan Icarus. Membuat Icarus tak punya kesembapan untuk dekat dengan Krein. Bahkan berbicara dengannya pun tak pernah.            Hingga hari ini adalah kesabarannya telah habis. Wanita jelekk yang terus menggagalkan rencannya membuatnya semakin marah. Icarus menatap marah pada Kiana yang kini ia cekik. Mengeratkan cekikannya membuat wanita itu mulai kesulitan bernapas.            Seorang lelaki mendekat. “Apa dia ingin menjadi sang pahlawan?” batin Icarus kesal. Hingga amarahnya pun reda saat wanita yang sangat ingin ia ajak bicara mulai menatapnya dengan wajah memohon. Sungguh wanita itu sangat cantik dan imut di mata Icarus. “Aku mohon … lepaskan Kiana. Aku tahu kau sangat marah. Tapi, kau tidak  oleh seperti itu. Kau harus bisa tenang. Hmmm… aku mohon lepaskan dia…” Melihat Krein yang berbicara pedanya membuatnya sangat bahagia seakan ada bunga-bunga yang bertebaran di sekitarnya. Icarus menatap Krein lama seakan semua yang ada di sekitarnya menghilang dan hanya ada mereka berdua. “Akhinya dia berbicara padaku ...” batin Icarus senang. Tapi itu tak berlangsung lama. Lelaki itu segera mengambil napas lalu secara perlahan melepaskan cekikannya pada Kiana. Kiana pun terbatuk-batuk dan terduduk di lantai. Krein ikut duduk dan menanyakan keadaannya. Icarus mengepalkan kedua tanganya. Tangannya sedikit gemetar.            “Apa yang aku lakukan? Aku malah membuatnya kecewa. Aku hampir membunuh sahabat baiknya. Apakah dia akan membenciku?” batin Icarus cemas. Lelaki itu segera meninggalkan tempatnya.            Lelaki itu pun berjalan menuju belakan Academic untuk menyendri. Meredakan amarah dan ketakutanya. Ia sangat takut Krein tak ingin melihatnya lagi setelah apa yang ia lakukan pada sahabatnya. FLASHBACK END TBC    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD