BAB 73

1134 Words
             Esok harinya, setelah selesai pelajaran Kiana kembali berlatih di lapangan bersama Krein. Tak lama kemudian Daniel juga ikut latihan bersama mereka. Beberapa orang terus-menerus memperhatikan kami dan Kiana mulai risih dengan tatapan para siswa.              “Mereka kenapa melihat ke arah kita terus?” bisik Kiana pada Krein. Wanita itu hanya menggelengkan kepala tidak tahu. Setelah dua jam latihan Kiana dan dua temannya pun istirahat di tempat biasa yaitu di bawah pohon.              “Aku pergi ambil air dulu, yah.”              “Okey.” Daniel pun melangkah pergi. Saat lelaki itu pergi. Beberapa siswa masih saja memperhatikan Kiana dan Krein menatap Kiana dan Krein dengan tatapan yang tak bersahabat. Membuat Kiana yang awalnya cuek saja menjadi risih.              “Mereka kenapa sih. Tatapannya itu menganggu sekali,” gumam Kiana kesal.              Krein yang duduk di samping Kiana terlihat menunduk seakan ingin mengatakan sesuatu tapi tak berani. “Kiana ...” bisik Krein pelan.              “Iya. ada apa, Krein.” Kiana menatap Krein menanti apa yang akan Krein katakan. Tapi wanita masih bungkam dan tak ingin bersuara.              “Ada apa Krein? Apa ada sesuatu yang ingin kau cerita? Katakan saja.”              “Itu ...” Krein merasa ragu untuk bercerita. Ia tahu bagaimana tanggapan Kiana saat tahu jika Daniel adalah putra dari pemilik Academic.              “Ada apa, kerin? Kau membuatku semakin penasaran dengan apa yang ingin kau katakan padaku.”              “Itu ... kemarin aku tak sengaja mendengar dua lelaki bercerita tentang Daniel saat kau latihan bersamanya.”              “Terus.?”              “Mereka bilang Daniel adalah putra dari pemilik Academic ...” jawab Krein gugup. Saat itu juga kebetulan Daniel kembali dengan kantongan di tangannya. Ia mendengar Krein bercerita tentangnya. Tangan lelaki itu mengepal.              “Apa kah Kiana akan menghindariku? Dan tak ingin lagi menemuiku,” batin Daniel cemas.              “Memangnya kenapa kalau Daniel putra dari pemilik Academic?”              “Apa kau tidak masalah dengan status keluarganya?”              “Tentu saja. Daniel kan sudah menjadi teman kita. Selamanya dia adalah sahabat kita.”              Mendnegar perkataan Kiana membuat Daniel tersenyum. Ia bersyukur dan sangat beruntung mengenal Kiana.              “Kalian lagi membicarakan apa?” tanya Daniel mendekat.              “Tadi Krein cerita tentangmu katanya ka_” Krein tiba-tiba saja membekap mulut Kiana dan berbisik agar Kiana tak menceritakan apa yang tadi ia katakan.              “Menceritakan apa?” tanya Daniel penuh selidik.              Kiana segera melepas pegangan Krein. “Dia bilang kau sangat tampan ... ha ha ha a....”              “Yakkk! Kianaaaa!” pekik Krein kesal dan besiap-siap memukulnya. Dengan cepat Kiana pun lari menghindar. Tak terima Kiana menghindar Krein pun mengejar dan jadilah kejar-kejaran di lapangan  luas itu. Di bawah pohon Daniel tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Kiana dan Krein yang sangat lucu.              Tiga gadis cantik yang kebetulan lewat di lapangan itu melihat keakrapan Daniel dengan dua wanita itu dengan wajah kesal dan marah. “Tak kusangka rumor itu memang benar. Kita tak bisa tinggal diam. kita harus memberi kedua wanita itu pelajaran,” bisik salah satu dari wanita itu. ketiganya pun menyeringai dan mengangguk. Setelah itu ketiganya pun berjalan pergi.              Di sisi lain Icarus juga memperhatikan Daniel, Krein dan Kiana. Telapak tangannya mengepal erat sebelum akhirnya ia menghilang. ****              Seperti biasa Kiana akan latihan seorang diri di lapangan saat sore hari. Tak ada siswa yang berlalu lalang hanya dia seorang. Hingga latihannya terhenti saat tiga gadis yang selalu menjahilinya mendekat.              “Kenapa mereka berjalan ke sini sih, ganggu kosnentari saja,” batin Kiana kesal menatap Kriya, Resyka, Karin. Ia mencoba tak menghiraukan tiga gadis tersebut.              “Apa kau sedang latihan?”              “Apa kau buta? Kau sudah lihat dengan mata kepalamu sendiri dan kau masih bertanya.”              “Wahh. Sepertinya kau sangat kesal dengan kejadian di kantin kemarin,” ujar Kriya. “Aku minta maaf. Sungguh aku tak sengaja,” mohon Karin dengan mengetupkan kedua telapak tanganya di khas orang yang sangat menyesal. “Sebaiknya kalian pergi dari sini. Kalian menganggu latihanku saja,” ujar Kiana dingin. Melangkah sedikit untuk menjauh menjaga jarak pada ketiga gadis itu. Karin tersenyum. “Emmm. Bagaimana kalau kami membantumu latihan?” langkah Kiana terhenti. Tawaran Karin sangat menggiurkan baginya. Tapi mengingat kejahatan yang di lakukan Karin dan teman-temannya padanya membuatnya tak bisa menutup mata akan hal itu. Kiana kembali menjauh tak menghiraukan tawaran karin. “Kami punya tempat khusus untuk latihan. Kami bisa membawamu ke sana dan melatihmu hingga kekutan sihirmu meningkat. Dari pada kau latihan terus di sini tanpa ada peningkatan. Mending kau menerima tawaran kami.” Kiana tetap tak menghiraukan perkataan mereka dan tetap berusaha fokus walau pikirannya mulai berpikir sedang menimbang-nimbang tawaran ketiganya. Merasa kesal karena diabaikan. Ketinganya mulai berjalan pergi. tapi terlebih dahulu Karin berpesan pada Kiana. “Jika kau minat. Temui kami di belakan Academic besok dan ingat jangan membawa siapa pun karena ini adalah rahasia.”              Kiana terus mencoba untuk fokus. Tapi sekuat apa pun dia berusaha kekuatanya tak kunjung meningkat. Keringat membanjiri tubuhnya. Dan pakaiannya juga sudah kotor.              Kiana pun membaringkan tubuhnya di rerumputan lapangan luas itu dan menatap langit malam yang penuh dengan bintang. Cahaya rembulan menerpa wajahnya yang tepat berada di atasnya.              “Haruskah aku menerima tawarannya? Tapi bagaimana jika mereka mengerjaiku.”              Tak jauh dari tempat Kiana, Drake sedari tadi memperhatikan wanita itu dengan tatapan sendu. Ia sedikit sakit melihat wanita itu terlalu berusaha keras untuk meningkatkan kekuatan. Dan ia juga sedih tak bisa berada di sisi wanita itu lagi.              “Maafkan aku, Kiana. Aku tak bisa membantumu ...” lirihnya dan hanya di dengar oleh angin malam.              Tiba-tiba angin berhembus kencang tepat di belakan Kiana. Wanita itu segera bangkit dari posisnya dan menatap tepat di mana Drake tadi. Lelaki itu bersembuyi dan tak ingin terlihat oleh mata Kiana.              “Apa hanya perasaanku saja, yah. seperti dari tadi ada yang mengawasiku,” batin Kiana.              “Mungkin sebaiknya aku kembali ke asrama.” Kiana segera berdiri dan berjalan kembali ke asrama. Selama di perjalanan wanita itu terus berbalik menatap belakannya karena merasa ada seseorang yang mengawasinya.              Langkah kakinya semakin ia percepas saat perasaanya mulai tidak nyaman. Hingga akhinya tubuh wanita itu terjatuh dan tersungar di tanah. ia menabrak seseorang. “Maafkan aku. aku tak sengaja ak_...” lirih Kiana memohon maaf tapi pekataannya terpotong melihat lelaki yang ia tabrak tadi.              “Kau ...” lelaki yang ia tabrak ternyata adalah Icarus salah satu siswa dari klan vampire yang tak ada yang ingin berteman dengannya.              “Tidak apa-apa,” ujar lelaki itu dingin lalu meninggalkan Kiana.              Tentu saja perkataan dingin itu menyulut emosi Kiana. Wanita itu segera menarik tangan Icarus hingga membuat lelaki itu berbalik menatapnya. “Hei. Dengar yah. Aku berbicara baik-baik dan kau malah berkata dingin padaku. Kau pikiri aku takut padamu ...” maki Kiana kesal.              Drake yang sedari tadi bersembunyi mengawasi Kiana terlihat sangat kaget melihat lelaki yang tengah bersama dengan Kiana. “Sialll ... tak kusangka dia juga ada di sini.” TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD