BAB 72

1204 Words
             “Apa dia terus menyendiri saat makan?” tanya Kiana. Krein pun mengalihkan pandangannya ke arah lelaki yang Kiana maksud.              “Emm. Iya. Aku dengar banyak siswa yang takut padanya. Diakan dari klan Vampire berbeda dengan kita,” jawab Krein acuh dan kembali makan. Kiana masih saja memperhatikan lelaki bernama Icarus itu hingga lelaki itu juga menatapnya. Tatapan keduanya bertemu dan Kiana segera memalingkan wajahnya pura-pura tak lihat.              “Aiisss. Sial dia melihatku ...” batin Kiana malu dan wajahnya memerah padam.              “Ada apa?”              “Tidak ada.” Tanpa keduanya sadari Icarus menatap Krein dan Kiana sambil tersenyum menyeringai. ****              Selesai jam pelajaran Krein dan Kiana latihan bersama di lapangan. Hanya ada mereka berdua di lapangan yang luas itu. keringat dingin menghiasi tubuh keduanya. Keduanya telah latihan dua jam yang lalu. Seluruh tenaga mereka sudah terkuras habis.              Tiba-tiba saja seorang lelaki melihat keduanya dan tersnyum lalu melangkah pergi menjauh. Tak lama kemudian lelaki itu kembali dengan air di tangannya.              “Kalian latihan sangat keras. Beristirahatlah sejenak.” Lelaki itu pun menyodorkan air yang ia bawa pada Krein dan Kiana.              “Teirama kasih.” Kiana dan Krein pun beristirahat dan berteduh pada pohon besar yang ada di lapangan tersebut.              “Kemampuanmu semakin meningkat. Tapi kenapa aku tidak bisa yah?” tanya Kiana sedih.              “Mungkin kau perlu latihan lebih keras lagi.”              “Tapi aku sudah berusaha keras. Tapi, kekuatanku tak kunjung meningkat.”              “Bagaimana kalau aku membantumu latihan.”              “Benarkah? Kau mau membantuku!” pekik Kiana senang dengan perkataan Daniel yang tiba-tiba.              “Tentu saja.”              “Baiklah. Ayo kita memulai latihan.” Kiana segera menarik lengan Daniel menuju tengah lapangan. “Aku dan Kiana latihan dulu yah!” teriak Daniel pada Krein yang duduk diam melihat keduanya berjalan menuju tengah lapangan.              Kiana dan Daniel bersiap-siap untuk latihan. Pertama-tama wanita itu menunjukkan kemampuannya. Sejenak Daniel tertawa tapi ia terdiam saat mendapatkan pukulan dari Kiana karena kesal telah ditertawakan.              “Maaf. Aku tidak akan tertawa lagi.  he he ...”              “Mungkin kau perlu memperbaiki posisimu.  Coba perhatikan posisiku.” Daniel pun memperlihatkan posisi yang menurutnya baik dengan kedua kaki yang terbuka sedikit.              “Saat membacakan mantra rasakan udara yang merepa tubuhmu yang semakin panas. Dan rasakan aliran darahmu mengalir dan pusatkan pada telapak tanganmu sehingga kekuatanmu bisa lebih kuat pada telapak tanganmu.”              Kiana mengangguk lalu mulai memperagakan posisi yang Daniel tunjukkan. “Ulurkan salah satu tanganmu ke depat dan satunya lagi pegang pergelangan tanganmu untuk memberikan sedikit tenaga saat kau melemparkan kekuatan sihirmu.”              Kiana menurut dan mengikuti instruksi. Daniel memndekat saat merasa posisi Kiana masih kurang bagus. Lelaki itu memegang tangan Kiana dari belakan satu tangannya berada di pundak Kiana. Merasakan Daniel berada di belakannya membuat wanita itu sedikit memekik kaget. “Jangan tegan dan pusatkan perhatianmu hanya pada boneka jerami yang ada di sana.” Kiana mengangguk lalu mulai menarik napas dalam-dalam lalu muluai membacakan mantra sihir api. Setelah pembacaan mantra selesai wanita itu pun mulai menembakkan kekuatan sihirnya. Piuuuuuu .... “Ha ha ha ha ...” seketiga gelak tawa menyambut pendengaran Kiana. Kiana pun memukul-mukul Daniel kesal. “Sudah aku bilang jangan menertawaiku.” “ Ha .. ha ha  maaf. Tadi itu terdengar seperti bunyi angin kentut. He he he sangat lucu.” Keduanya pun kembali latihan lebih serius lagi. dua siswa yang tak sengaja lewat di lapangan tersebut melihat Daniel dan Kiana. Posisi mereka terlihat seakan tengah berpelukan erat di lapangan saat ini. “Lihat. Bukankah lelaki itu adalah Daniel? Putra pemilik Academic?” Krein yang sedari tadi duduk memeprhatikan Kiana dan Daniel tak sengaja mendengar pembicaraan siswa yang lewat. Wanita itu memasang pendengaran baik-baik karena mendengar sesuatu yang tak biasa. “Daniel adalah putera pemilik Academic?” batin Krein tak percaya. “Ohh. Benar. Dia adalah Daniel anak pemilik Academic.” “Ada hubungan apa dengan mereka? Kenapa mereka terlihat sangat dekat?” “Aku juga tidak tahu. Kalau aku jadi dia mana mau aku dekat-dekat dengan wanita jelek itu.” “Ha ha ha  kau benar. Gadis itu sangat jelek. Sungguh selera Daniel di bawah standar.” Raut wajah Krein berubah saat mendegar para siswa itu menjelek-jelekkan Kiana. “Yakkk! Apa yang kalian katakan? Kau pikir wajahmu cakap? Mana ada wanita yang mau sama kalian yang suka menjelek-jelekkan pisik orang. Kalian juga tidak ganteng amat.” “Apa-apa wanita itu. Ayo kita pergi.” Dua siswa itu pun berjalan pergi menjauh meninggalkan Krein. “Husss. Tunggu saja kalau aku melihat kalian. Aku akan memberika kalian pelajaran.” Mendengar suara ribut dari tempat krein. Kiana dan Daniel menghentikan latihan dan mendekati Krein. “Ada apa, Krein?” tanya Kiana penasara. “Tidak ada apa-apa, kok. Hanya ada dua tikus yang menyebalkan lewat tadi.” “Oh.” Kiana dan Daniel pun insterahat. “Bagaimana? apa ada kemajuan?” tanya Krein penasaran. Dengan sedih Kiana menggelengkan kepalanya. “Yang sabar yah.” Kiana menunduk sedih. Krein dan Daniel berusaha untuk menyemangati Kiana. Tak terasa hari mulai gelap. Tiga lelaki kebetulan lewat dan mendapati Daniel sedang mengobrol dengan dua wanita. “Daniel? Apa yang kau lakukan di sana? Kau tidak ingin kembali ke asrama?” “Iya. Tunggu sebenar. Kalian kembalilah dulu!” teriak Daniel membalas perkataan temannya. tiga lelaki itu pun berjalan pergi meninggalkan ketiganya. Krein memperhatikan langit yang mulai gelap. “Ayo kita kembali ke asrama. Hari sudah gelap,” ujar Krein. “Kalian pergilah duluan aku masih ingin latihan sebentar.” “Baiklah. Kami pergi dulu.“ Keduanya pun bejalan pergi. Namun Daniel tiba-tiba kebali berbalik menatap Kiana. “Jangan terlalu memaksakan diri yah. Tidak baik untuk tubuhmu.” “Emmm. Kau tenang saja. Aku tidak akan lama kok. Hanya beberapa kali tembakan saja.” **** Di lapangan yang sepi, hanya di temani oleh satu cahaya lampu dan cahaya rembulan. Kiana terus berlatih. Deru napas wanita itu mulai tak teratur. Ia sangat lelah dan kelaparan. Wanita itu membungkuk dan memegang kedua lututnya. Membiarkan keringatnya jatuh ke tanah.  Sudah lebih dari lima puluh kali tembakan pada bonek jerami yang ada di hapannya. Tapi masih tak ada peningkatan sama sekali. Wanita itu terduduk sedih. “Kenapa? Kenapa hanya aku yang tak bisa meningkat? Kenapa aku tak bisa seperti yang lainnya.” Wanita itu bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Sekuat apa pun ia berlatih tetap tak ada kemajuan. Tiba-tiba saja angin berhmbus kencang membuat bulu kudung wnaita itu meremang. Wanita itu memperhatikan sekelilingnya. “Sepertinya tadi ada yang lewat,” batinnya sambil memegang tengkuknya. Wanita itu mengendarkan pandangannya. Namun tak menemukan siapa pun. “Apa hanya perasaanku yah.” Wanita itu menepuk-nepuk kedua pipinya.  Mengatur napasnya sekali lagi. “Yosss. Tak boleh patah semangat.” Kiana kembali menengakkan tubuhnya menatap benek jerami bersiap-siap untuk latihan sekali lagi. Tapi lagi-lagi angin berhembus di belakannya seakan ada sesorang yang lewat. perasaannya mulai tidak enak. Merasa ada seseorang yang tengah mengawasinya. “Sebaiknya aku kembali ke asramaku,” batinnya cepat dan belarian di sekitar Academic menuju asrama. Di tengah perjalanan menuju asrama. Kiana berpapasan dengan Icarus lelaki misterius yang di takuti oleh siswa yang lain. Kiana menunduk sejenak dan sedikit tersneyum sebagai tanda sapa. Namun yang ia dapat hanyalah tatapan dingin dari lelaki itu. Dengan wajah kesal wanita itu berlalu meninggalkan Icarus. “Lelaki aneh,” batin Kiana. TBC                                                                                                
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD