BAB 47

1816 Words
Pagi harinya, Kiana mulai terusik oleh berat badan Drake yang menimpa tubuh kurusnya. Ia melenguh pelan saat ia berusaha mendudukkan tubuhnya. Tapi, ia tak bisa menggerakkan tubuhnya serasa ada sesuatu yang menimpa dan berada di atas tubuhnya.            “Berat sekali ...” lirihnya.            Dengan berat hati wanita itu membuka matanya sekilas. Namun, ia kembali menutupnya karena silau cahaya matahari yang menyilaukannya. Segera Kiana mengucek kedua matanya lalu membukanya secara perlahan.                   Dan saat mata itu bisa melihat. Kiana pun memekik panik. “Drake!” pekiknya. Sesuatu yang menimpanya sedari tadi adalah Drake.            Kiana pun memindahkan Drake. kedua matanya berkaca-kaca melihat tubuh Drake yang pucat pasih. “Ada apa dengan mu? Darake .... apa yang terjadi? Kenapa kau tidak bangun ...” lirih Kiana. Tapi lelaki itu masih setia untuk menutup kedua matanya.            Kiana memeriksa suhu tubuh dan nadi lelaki itu. “Dia sangat lemah dan suhunya sangat dingin. Aku harus menyembuhkannya.” Jadi, dengan kekuatannya. Kiana pun bisa menolong Drake. Tubuh lelaki itu tidak dingin lagi. ****            Saat terik matahari mulai panas, Kiana baru pulang dari mencari makan di sekitar hutan tersebut. Saat tiba di tempatnya. Saat itu juga Drake membuka kedua matanya. Kiana tersenyum senang dan buah-buahan yang barus saja ia petik pun berhamburan di tanah. Lalu menghampirinya atau langsung memeluknya erat. Menumpahkan segala ketakutannya. Wanita itu menangis layaknya anak bayi yang merengek pada ayahnya.            “Hiskkk ... hiskkk kau membuatku takut .... hiskkk aku kira aku terlambat menyelamatkanmu ... hiskkk ... hiskkk ...”            Drake tersenyum dan menepuk-nepuk punggung wanita itu berusaha untuk menenangkannya. “Sudah ... tidak usah menangis lagi. Aku kan sudah sadar dan aku baik-baik saja.” Drake melepas pelukanya dan kedua tangannya terulur menghapus butiran-butiran kristal di wajah Kiana.            “Jangan menangis lagi ... kau terlihat jelek jika menangis ... he he he ...”kata lelaki itu di selingi dengan tertawa mengejek Kiana sambil mengacak rambut panjang Kiana hingga berantakan dan semakin terlihat jelek.            “Hahahahah ...” melihat rambut Kiana yang berantakan membuat Drake tertawa keras. Kiana pun mengembungkan mulutnya malu. Lalu dalam hitungan detik kemudian wanita itu membalas ejekan Drake dengan pukulan bertubi-tubi di tubuh lelaki itu.  Setelah itu keduanya pun tertawa bersama. ****            Tak terasa hari tak lama lagi berganti malam. Kiana pun membersihkan tubuhnya di sebuah danau kecil yang ada di hutan itu. Sedangkan Drake sedang mencari kayu bakar lalu membuat api unggun untuk menyambut malam.            Saat malam pun tiba. Keduanya kini menatap api unggun yang ada di hadapan mereka sambil makan buah-buahan sisa buah tadi siang. Mereka melahapnya dengan lahap.            Drake tiba-tiba mengeluarkan buku sihir Kiana dari telapak tangannya. Sejak penyerang Reonald lelaki itu lah yang menyimpan buku sihir Kiana. Buku itu lebih aman di bawa Drake ketimbang Kiana yang sangat ceroboh dan sering tertimpa masalah.            “Untuk apa kau mengeluarkan buku sihirku?” tanya Kiana.            “Bukalah ...” dan saat itu juga Kiana mengambil buku itu di tangan Drake dan membukanya. Wanita itu tersenyum. “Wahhh ... aku dapat kekuatan baru!” pekiknya senang.            “Sudah aku duga,” batinnya. Kiana segera duduk di samping Drake dan memperlihatkan isi dalam buku sihir nya.            “Emmmm ... ini sepertinya sihir api. Sihir ini sangat cocok untukmu. Lagian dari kemarin aku juga berpikir untuk mengajarimu sihir penyerang. Dengan begitu saat aku tidak ada kau bisa membela diri dan menjauh dari masalah.”            “Em! Aku juga tidak sabar untuk belajar sihir api ini.”            Dan esok harinya, pelajaran kedua pun dimulai. Kiana sangat antusia belajar saat itu juga. dan sepert biasa wanita itu bisa menguasai kekuatan sihir dengan mudah hanya dalam tiga hari saja. Drake tersenyum. Sepertinya Kiana lebih kuat dari Daisy.            Setelah menguasai ilmu api. Dua sihir tentang angin dan petir muncul. Dan dalam sebulan wanita itu bisa mengusai semuanya. Sisa beberapa ilmu sihir lagi yang belum dikuasainya. Yaitu sihir air, tanah dan cahaya.            “Semua mantra sihir sudah tertulis di buku sihir ini. Tapi, ada sihir yang tidak aku kuasai. Jadi, mungkin lebih baik kau belajar ilmu sihir di Kairon Academic of Magic.”             “Karion Academic of Magic?”             “Iya, di sana kau bisa belajar ilmu sihir. Academic itu terletak di kota Karion di mana para penyihir tinggal.”             “Wahhh. Aku sudah tidak sabar untuk belajar di sana.”             “Emmm. Tak lama lagi pembukaan semester baru akan di selenggarakan. Sebelum itu kita harus ke Kota Karion untuk mendaftarkanmu. Tapi, sebelum itu, sebaiknya kau mengubah wajahmu.”             “Kenapa aku harus mengubah wajahku?”             “Banyak orang yang mengincarmu. Sebenarnya ada rahasia yang belum sempat aku katakan padamu.”             “Rahasia? Apa ini ada hubungannya dengan sang dewi?” tanya Kiana tepat sasaran. Wanita itu sudah sangat bertanya-tanya setelah ia di tangkap oleh lelaki misterius. Lelaki itu selalu mengatakan jika ia sangat mirip dengan sang dewi.             “Benar. Wajahmu sangat mirip dengannya karena kau adalah keturunan terakhirnya.”             “Bukankah itu bagus jika wajahku mirip dengannya? Aku lihat sang dewi sangat di hormati oleh warga dan banyak yang mengidolakannya.”             “Memang sang dewi sangat berlegenda dan sangat di sanjung oleh beberapa masyarakat. Tapi, tidak dengan tiga ras berbeda. Mulai dari para penyihir,  ras serigala dan ras vampire sangat mengincar keturuan terakhir sang dewi. Karena darah mereka bisa di jadikan sebahai obat penguat. Itu sebabnya keturuan sang dewi tak bisa betahan hidup lama. Mereka selalu di buru dan di ambil darahnya,” jelas Drake membuat Kiana bergidink ngeri.             “Jadi karena aku adalah keturuna terakhir ....” Kiana tersenyum kecut. Drake berusaha menghibur dengan mengacak rambut wanita itu.             “Kau tenang saja. Ada aku di sisimu. Aku akan selalu menjaga dan merawatmu. Tak akan kubiarkan kau dalam bahaya lagi. Apa pun akan aku lakukan untukmu. Jadi, kau tak perlu takut dan cemas. Percayalah padaku ...” Kiana pun tersenyum senang. Ia bersyukur ada Drake yang selalu ada di sisinya.             Esok harinya, Drake dan Kiana pun saling barhadapan. Tak lama lagi Drake akan menggunakan kekuatannya untuk mengubah wajah Kiana.             “Apa kau sudah siap? Pengubah wajah ini tak bisa dihilangkan. Selamanya kau akan hidup dengan wajah baru mu. “             “Emmm. Aku siap. “ dan ritual pengubah wajah pun di lakukan dan tak lama kemudia wajah Kiana pun berubah sedikit demi sedikit. Rambut yang semula hitam gelap kini menjadi merah kecoklatan.             “Selesai ...” gumam lelaki itu. “Periksalah wajah barumu.” Saat itu juga Kiana lari ke tepi danau dan melihat pantulan wajahnya di air danau tersebut.             “Jelek banget ....” wanita itu memanyunkan mulutnya.             “Yakkk! Kenapa kau mengubahku seperti ini? Ini sangat jelek dan tidak cantik ...” racaunya.             “Maaf. Ini aku lakukan demi kebaikanmu juga. Jika kau cantik kau akan menjadi sangat populer dan banyak orang yang mendekatimu. Dengan wajah jelekmu itu akan menghindarkanmu dari bahaya. Tak ada yang akan tertarik padamu. Bahkan ke tiga ras itu pun mungkin memalingkan wajahnya. Itu lebih baik dari pada cantik dan kau diincar banyak orang. “             “Ya ... ya ... baiklah ...” ****             Setelah pengubah wajah itu di lakukan. Segera Drake dan Kiana pun bergegas melakukan perjalan menuju kota Karion untuk mendaftarkan Kiana di Karion Academic of Magic. Keduanya pun tiba setelah lima hari lima malam perjalanan mereka.             Di sebuah gunung besar, Kiana dan Drake manatap sebuah kota yang sangat ramai penduduk itu dari kejauhan. Ia tak ingin terlalu mencolok jika mendarat di kota itu. Dari atas gunung mereka bisa melihat sebuah bangunan yang sangat megah dan tinggi.             “Lihatlah. Banguna itu adalah tempat di mana kau akan belajar ilmu sihir. Apa kau sudah siap untuk belajar di sana?             “Emm. Aku sudah siap.”             Drake berbalik dan menatap Kiana. Lelaki itu mengucapkan sebuah mantra sihir dan sebuah kalung muncul dari telapak tangannya. “Pakailah kalung ini. Dengan kalung ini bisa menghilangkan aura dan menyegel sedikit kekuatanmu. Sehingga orang-orang yang mengincarmu tidak akan mengenalimu.”             “Terima kasih,” kata Kiana sambil mengambil kalung pemberian lelaki di hadapannya.             Kiana pun mencoba memasang kalung itu di lehernya. Tapi, ia merasa sangat kesulitan untuk memasangnya. “Biar saya yang pasang,” ujar Drake dan mengambil kalung di tangan Kiana. Lelaki itu pun memasangkan Kiana.  Setelah itu keduanya pun berjalan menujut kota Karion. ****            Saat tiba di kota Karion. Mereka pun memesan penginapan tersebih dahulu dengan uang seadanya yang mereka punya. Lalu membeli makanan untuk mengisi perut mereka yang minta diisi.            Setelah itu mereka pun berjalan menuju Karion Academic of Magic. Terlebih dahulu Drake mengubah wujudnya menjadi naga kecil dan berdiam diri di tas Kiana. Sudah banyak orang yang menganal lelaki itu. Jadi ia tak bisa menunjukkan wujudnya.            Banyak siswa yang berbisik-bisik saat melihatnya masuk. Tapi Kiana tidak perduli dan tetap melangkah menuju tempat pendaftaran siswa baru.            “Maaf menganggu, Mba. Saya kesini untuk mendaftar menjadi siswa baru.”            “Oh. Silahakah menuju ruangan yang ada di sana untuk menuntaskan pembayaran administrasi.”            “Baiklah. Terima kasih, Mba.” Kiana pun berjalan menuju ruang administrasi yang di tunjukkan oleh staf sekolah itu.            Kiana mengetuk puntu ruangan itu sebanyak tiga kali hingga seseorang yang ada di ruangan itu mengijikannya masuk.            “Maaf menganggu. Kedatangan saya kesini untuk mendaftar sebagai selah satu siswa di Academic ini berapakah yang harus saya bayar untuk bisa masuk?”            “Emmm. Silahakan isi data ini dulu. “ staf adminsitrasi itu memberikan Kiana selembar kertas untuk di isi.            Kiana pun mengambilnya dan mengisi lembaran kertas itu. lalu saat ingin menandatangani surat tersebut. Wanita itu memekik kaget.            “Apa! 10000 keping emas dan 10000 keping perak!” Staf itu tersenyum. “Di sini memang mahal, Nak. Tapi, kalau soal fasilitas Academic ini sangat lengkap.”            “Tapi, aku tidak punya uang sebanyak ini ...” lirih Kiana.            Staf itu berpikir sejenak. “Emm. Mungkin sebaiknya kau kerja dulu untuk mencari uang. Lagian semester baru akan di mulai tiga bulan lagi. Kau masih punya banyak waktu untuk mencari uang pendaftaran sebelum kelas di mulai.”            “Kau bisa bekerja sebagai petualang di kota ini. Tak jauh dari sekolah ini ada sebuah bangunan khus pekerja petualang di sana kau bisa mendaftar untuk bekerja. Cukup melangkanakan misi-misi yang ada setelah itu kau akan mendapatkan uang. Semakin berat misi yang kau ambil maka semakin besar pula bayarannya.”            “Emmm. Baiklah. Kalau begitu aku pulang dulu untuk mencari uang. Nanti aku akan kembali lagi setelah aku punya cukup banyak uang.” ****            Sesuai perkataan staf administrasi Kiana pun mendaftarkan dirinya di sebuah bangunan khusus petualang dan dalam tiga bulan kemudian wanita itu berhasil mengumpulkan uang yang banyak lalu mendafkar di Karion Academid of Magic.            Kiana pun berdiri di depan sebuah gerbang yang tinggi.  Ia menatap bangunan mewah di hadapannya. Tempat yang akan menjadi kelanjutan kisahnya bersama empat ras yang berbeda.            “Yoss! Ini lah saatnya.” Wanita itu pun melangkah masuk.  Untuk sementara cerita ini berhenti update. Nunggu love mencapai 200 dulu..❤ soalnya bulan depan yang update Find The Magic Book. mohon bersabar yah.. soalnya author mau ikut event dulu.. Jangan lupa baca cerita aku yang lainnya yah..❤
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD