BAB 48

1582 Words
           Kiana menatap bangunan yang ada di hadapnnya dengan perasaan gembira dan sedikit grogi. Mulai hari ini ia akan bertemu dengan teman-teman baru. Entah apakah mereka akan menerimanya dengan baik atau malah sebaliknya.            Berkat bantuan Drake ia bisa mendapatkan uang dan mendaftar di Academic yang sangat terkenal ini. Ingatannya kembali tiga bulan yang lalu di mana ia dan Drake berjuang mati-matian untuk mengumpulan uang. Melakukan berbagai macam misi baik misi yang berat maupun misi yang ringan. TIGA BULAN YANG LALU            “Tak kusangka Academic ini sangat mahal,” gerutu Drake di samping Kiana. Kini mereka berdua berada di sebuah pengunungan memperhatikan kota Karion yang sangat indah dan damai dari atas gunung.            “Apa kita batalkan saja?” tanya Kiana ragu. Ia tidak ingin merepotkan Drake dengan membantunya mencari uang pendaftaran.            “Tidak bisa. Kau harus berlatih di Academic ini. Kau harus menjadi kuat karena ...”            “Karena apa?” tanya Kiana karena Drake tak melanjutkan perkataannya.            “Karena suatu saat nanti kau akan sangat membutuhkan kekuatan yang besar. Akan ada banyak orang yang akan mengincarmu suatu saat nanti. Apa kau lupa apa yang aku katakan beberapa minggu yang lalu? Kau adalah keturunan terakhir sang dewi. Suatu saat jika identitasmu terbongkar kau akan diburu.”            Kiana menundukkan kepalanya. Benar juga, dan ia telah mengalaminya berkali-kali ia bertemu masalah mulai dari serangan vampire hingga diculik oleh manusia serigala. Sungguh nasibnya sangat sial.            “Baiklah. Aku akan mengikuti setiap perkataanmu.”            Besok kita akan mendaftarkan diri sebagai petalang. Di sana kita bisa mendapatkan uang sesuai apa yang dikatakan staf Academic tadi.            “Emmm. Tapi, sebelum itu kita harus mencari mencari penginapan.” Drake memukul kepalanya karena lupa satu hal yang penting. Hari sudah mulai gelap dan mereka tak punya tempat tinggal. Mereka berdua tak mungkin terlunta-lunta di jalanan.            Drake dan Kiana pun mulai mencari penginapan. Selama perjalanan mencari penginapan keduanya menjadi pusat perhatian. “Kanapa mereka terus menatap kita?” tanya Kiana sambil berbisik.            “Ahhh. Abaikan saja,” gumam Drake cepat. Akhirnya Kiana menurut walau kadang ia merasa risih dengan tatapan mereka.            Lama mereka berjalan keduanya pun menemukan sebuah bangunan yang di depannya bertuliskan “KAFE DAN PENGINAPAN”            Segera keduanya masuk ke dalam bangunan tersebut. Setibanya di dalam mereka disambut suara hiruk-hiruk dan sorakan yang memenuhi kafe tersebut.            “Di sini sangat ribut,” batin Kiana. Namun ia berusaha untuk tidak perduli sesuai apa yang dikatakan Drake padanya.            Kiana dan Drake pun berjalan menuju kasir. “Apa di sini masih ada penginapan?”            “Ehhh. Sisa satu kamar. Apa kalian ingin mengambilnya?”ujar kasir tersebut.            Drake menatap Kiana sejenak. “Dia pasti akan sangat risih jika kita tidur dalam satu ranjang. Tapi, hari sudah sangat gelap. Haruskah aku menerima penginapan ini atau tidak, yah,” batin Drake bingung.            “Kita mengambilnya.” Ujar Kiana tiba-tiba. Jika ia tahu Kiana akan menerimanya maka dia tak perlu merasa bimbang tadi.            “Mungkinkah Kiana benar-benar bersedia tidur denganku dalam satu ranjang? Apa dia tidak marah lagi jika kita tidur bersama yah,” batin Drake dan tersenyum-senyum sendiri hingga kedua pipinya memerah bak kepiting rebus.            “Apa yang kau pikirkan? Cepat bayar penginapan ini,” tergur Kiana melihat Drake yang hanya bengong entah apa yang dipikirkan lelaki itu.            “Ahhh. Maaf. Ini uangnya.” Drake segera membayar pengianpan tersebut. Lalu sang kasir memberinya kunci kamar.            “Apa kau tidak lapar? Sebaiknya kita makan dulu.” Dreka menganguk mengerti. Keduanya pun duduk di antara lautan manusia yang sangat ribuk bersama dengan teman-temamnya.            Setelah memesan tak lama kemudian makanannya pun siap. Kiana memakan makanannya dengan lahap sedangkan Drake sedari tadi pikirannya melayang-layang.            “Apakah malam ini kita benar-benar akan tidur besama yah,” batinnya sekali lagi.            Sedari tadi beberapa pasang mata pengunjung bahkan kasir dan pelayan tengah memeperhatikan mereka berdua sambil berbisik-bisik. Menyadari tatapan mereka Drake segera membalas tatapanna dengan wajah dingin dan mengintimidasi hingga mau tidak mau para pengunjung pun menunduk dan mengalihkan tatapan.            “Ada apa?” tanya Kiana.            “Tidak ada.” Keduanya kembali melanjutkan makanan mereka. Tapi, lagi-lagi Drake merasa terganggu akibat dua wanita cantik kini berjalan kearahnya lalu duduk di tiap sisi kanan dan kiri Drake mencoba menggodanya.            “Gantenggg ... ayo main bersamaku yukkk,” ujar salah satu wanita sambil sedikit mendesah menggoda Drake. Salah satu tangan wanita itu bergerak-gerak di tubuh Drake. Para pengunjung memperhatikan Drake dan Kiana. Banyak yang iri dengan Drake karena lelaki itu berhasil membuat dua wanita yang terkenal cantik di penginapan ini tertarik padanya.            “Apa yang kalian lakukan!” pekik Kiana yang merasa risih dengan apa yang dua wanita itu lakukan pada Drake. Namun, pekikan wanita itu malah diabaikan.            “Tampan ayo main bersama kami yukkk. Untuk apa bersama dengan wanita jelek seperti dia,” ujar wanita itu sambil mengejek Kiana. Para pengunjung yang sedari tadi mempehatikan mereka pun tertawa terbahak-bahak. Seakan ikut membenarkan perkataan dua wanita cantik tersebut.            Kiana pun mengepalkan kedua tangannya tak terima dengan hinaan yang dua wanita itu berikan padanya. Segera Kiana mendekati salah satu wanita dan menjambak rambutnya dengan sangat kasar.            “Apa katamu? Kau berani mengataiku jelek? Benar saat ini aku memang jelek tapi perlu kau ketahui wajahku yang dulu itu sangat cantik melebihi kecantikan kalian!” maki Kiana.            Salah satu w*************a yang tak terima melihat temannya di jambak oleh wanita jelek segera membantunya.            “Lepaskan tangan kotormu itu padanya, dasar wanita jelek.” Ketiga wanita itu pun mulai adu mulut sedangkan Kiana masih tak ingin melepas jambakan tangannya di salah satu w*************a.            Merasa kesal dengan Kiana. Wanita itu segera melayangkan sebuah tanparan keras di wajah Kiana hingga jambakannya lepas dan akhirnya tersungkar di lantai. Para pengunjung kembali menertawai Kiana yang kini tak berdaya sambil memegangi wajahnya yang merah akibat tampara tersebut.            Drake yang dulunya hanya diam menyaksikan pertengkaran para wanita mulai tak terima Kiana disakiti. “Apa yang kalian lakukan padanya! Cepat minta maaf padanya sekarang juga!” pekik Drake keras membentak dua w*************a itu. “Aku tidak mau. Untuk apa meminta maaf pada wanita jelek itu.” seketika wajah Drake berubah drastis. Dia sangat marah saat ini. Salah satu tangannya mencengkam tangan w*************a itu dengan kasar. “Apa kau bilang tadi?” tanya Drake dingin tentu membuat wanita itu takut. Namun, ia masih terlalu gensi untuk meminra maaf. “Aku tidak mau meminta maaf ...” ujar wanita itu pelan sedikit ragu. “Apa ...” “Arkhhhh ...” wanita itu pun memekik kesakitan saat Drake menguatkan cengkramannya di pergelangan w*************a tersebut. “Apa yang kau lakukan pada wanita, berengsek ....” salah satu lelaki pengungjung memaki Drake yang telah menyakiti wanita. “Dia pantas menerimanya setelah apa yang ia lakukan pada Kiana,” ujar Drake dingin. Tak terima perkataan Drake lelaki itu pun menyerang Drake namun sayang hanya satu detik lelaki itu berhasil di lumpuhkan. Tak terima temannya di permalukan beberapa lelaki pun menyerang Drake secara bersamaan. Perkelahian itu pun membuat dua w*************a berhasil kabur membiaran Drake dan para pengunjung berkelahi. Perkelahian itu pun berhasil di hentikan oleh si pemilik penginapan dan  meminta Drake  bertanggung jawaban setelah apa yang ia lakukan pada isi kafe. Banyak perabotan yang rusak, mulai dari meja, kursi dan makananan banyak yang hancur akibat lelaki itu. Dengan terpaksa Drake membabayar kerugian. Setelah itu mendekati Kiana yang masih duduk terdiam sambil memegang wajahnya yang bengkak. “Apa kau tidak apa-apa?” tanya Drake. Kiana mengangguk menangggapi pertanyaan Drake. Ia sedikit terpesona dengan tingkah Drake tadi. Lelaki itu berkelahi demi membanya. “Terima kasih ...” lirih wanita itu sambil menunduk merasa bersalah. Karena dia Drake harus membayar kerugian penginapan. “Tidak masalah. Ayo kita tidur ...” Drake segera menggendong Kiana ala bridal style menaiki tangga menuju lantai dua di mana kamar mereka berada. ****            Di dalam kamar, Drake duduk di atas ranjang dengan perasaan gugup. Padahal mereka sudah sering tidur bersama saat di hutan. Tapi, saat tidur dalam satu ranjang sungguh membuatnya sangat gugup karena ini adalah pertama kalinya ia tidur seranjag dengan Kiana.            Sesekali ia melirik kamar mandi. Di mana Kiana sedang memebersihkan diri di dalamnya. Tak lama kemudian Kiana pun keluar dari kamar mandi lengkap dengan baju tidur.            “Apa yang kau lakukan? Kau tidak ingin mandi?” tanya Kiana.            “Ahhh. Tentu saja aku mau mandi.” Secepat kilat Drake berjalan menuju kamar mandi. Di kamar mandi, lelaki itu masih tidak tenang.            “Ini adalah malam pertama kita,” batinnya. Seking gugupnya Drake telalu lama di kamar mandi hingga tak menyadari Kiana sudah tidur duluan dan mematikan lampu.            Tiga jam kemudian.            Drake pun selesai mandi. “Ahhh. Gelap sekali,” batinnnya saat kegelapan menyapnya. Walau begitu dengan dua matanya ia masih bisa melihat jelas seisi ruangan.            “Apa aku tidur saja yah di sampingnya,” batinnya bimbang.            “Tapikan dia sendiri yang kepengen satu kamar.”            Drake pun mengangguk dan memantapkan dirinya. Lalu dengan perlahan lelaki berbaring di samping Kiana tak lupa ia juga mengambil selimut Kiana dan menyelimuti dirinya.            “Ahhh ... sempit sekali,” batin Kiana yang mulai merasa sesak. Tak hanya itu ia juga merasa kedinginan. Segera wanita itu menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya. Namun, tarikannya mak membuahan hasil seakan ada seseorang yang juga memakai selimutnya.            Kiana segera membalikkan tubuhnya smabil mengucek-ucek kedua matanya. “khoorrrr ...” saat kesadarannya mulai kembali sempurna indra pendengarannya pun di sambut oleh suara ngorok lelaki yang ada di hadapannya.            Saat itulah aura membunuh tiba-tiba mengerbuni Kiana. “SIAPA BILANG KAU BOLEH TIDUR DI RANJANGKUUUUUU ....” Pekik Kiana cepat sekaligus memberikan tampara telak di wajah Drake yang kesadarannya belum kembali. PLAKKKK PLAKKKK TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD