BAB 49

1638 Words
           PLAKKK            PLAKKK            Kiana pun memberikan tanparan telak di dua sisi wajah Drake cukup keras. “Apa yang kau lakukan?” tanya Drake yang tak terima. Lelaki itu segera bangkit dari tidurnya menatap Kiana kesal.            “Apa salahku ...” lirihnya sambil mengusap-usap wajahnya yang merah bekas tanparan Kiana.            “Siapa suruh kau tidur di sini.”            “Ah? Bukankah kau sendiri yang bilang kita tidur sekamar?”            “Iya. Kita tidur di kamar yang sama bukan berarti kita tidur di ranjang yang sama.”            “Terus aku tidur di mana?”            “Kau kan bisa mengubah dirimu menjadi naga kecil. Kau bisa tidur di sofa itu atau di lantai.” tunjuk Kiana pada sofa yang ada di kamar itu. Dengan perasaan kesal Drake turun dari ranjang lalu tidur di sofa sesuai apa yang Kiana inginkan.            Keduanya pun kembali tidur. Namun, lagi-lagi Kiana terbangun dengan suara ngorok Drake yang begitu mengangu.            “Dia ribut sekali,” maki Kiana dalam hati. Wanita itu mendekati Drake yang tertidur pulas. Lelaki masih dalam bentuk wujud manusianya.            Dalam cahaya remang-remang Kiana menyeringai kecil saat mempunyai ide cemerlang. Wanita itu pun bersiap-siap menutup hidung Drake yang bermaksud untuk menghentikan suara ngorok lelaki itu. Namun, tangannya terhenti tepat di atas wajah Drake.            Cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya menerpa wajah Drake. “Dia sangat tanpan,” punji Kiana tanpa ia sadari. Menatap wajah lelaki itu hingga tak menyadari malam tak lama lagi berganti pagi.            “Apa yang kau lakukan?” tanya Drake tiba-tiba. Seketika Kiana tersontak kaget dan dengan spontan kembali menampar Drake dengan tangan kecilnya membuat Drake memekik kesakitan.            “Apa salahku ... kanapa kau memukulku lagi sihhh ...”            “Itu karena kau terlalu ribut. Aku tak bisa tidur karenamu ...” ujar Kiana cepat dan membalikkan tubuhnya tak berani menatap Drake. Ia terlalu malu dan gugup setelah kepergok menatap wajah lelaki itu. sesekali wanita itu memegangi wajahnya yang merah.            “Ahhhisss ... sungguh memalukan ...” batinnya dan kedua pipinya merona bak kepiting rebus.            “Maaf ... besok tak akan ribut lagi ...” ujar Drake merasa bersalah.            Namun, wanita itu tak menjawab ia masih sibuk dengan pemikirannya. “Apa kau dengar? Aku sudah minta maaf ...” lelaki itu segera menarik Kiana untuk menatapnya tepat saat Kiana akan berdiri meninggalkannya.            “Apa _” Kiana tak bisa berkata apa-apa lagi. Tarikan Drake pada tangannya membuatnya spontan berbalik dan ia jatuh tepat di d**a Drake yang tak memakai baju atasan. Kedua mata mereka bertemu sekali lagi Kiana terpesona dengan wajah tampan Drake membuat wajahnya semakin memerah. Jantung wanita itu berdetak sangat kencang saking gugupnya.            Melihat wajah Kiana yang merah membuat Drake merasa bersalah. “Wajahnya sangat merah. Mungkin karena dia tidak bisa tidur semalam karenaku,” batin Drake sedih.            Kiana segera memutuskan kontak mata mereka. “Ayo cepat bangun. Kita harus mencari uang secepatnya.”   “Ohh ... emmm.” keduanya pun bangkit dari posisi memalukan mereka cepat untuk bersiap-siap mencari uang. Sambil memegang dadanya Kiana segera berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Drake.   ****                       Sesuai apa yang di katakan staf Academic Kiana dan Drake segera mendaftak diri mereka menjadi seorang petualang. Sejak kejadian tadi pagi keduanya terlihat sangat canggung. Wajah Kiana tak henti-hentinya memerah membuat Drake semakin mencemaskannya karena mengira Kiana sakit karena ia tak bisa tidur semalam.            Kiana yang sedari tadi selalu menunduk tak menyadari seorang lelaki berbadan besar berjalan kearahnya. Dan tak lama kemudian terdengar suara tentuman keras saat Kiana menabrak lelaki itu dan tubuhnya pun terjatuh di lantai.            “Yahhh. Gadis jelek. Kalau kau jalan lihat-lihat dong. Jangan jadikan kakimu sebagai mata!” maki lelaki besar itu pada Kiana.            Tak terima Kiana dihina. Drake segera memberikan tatapan membunuh pada lelaki itu. “Apa lihat-lihat,” pekik lelaki besar itu kesal pada Drake yang menatapnya dengan benci.            “Kalau kau mau melawan, ayo maju ... kau tidak akan bisa mengalahkanku.” Lelaki besar itu menantang Drake.            Kiana segera berdiri saat Drake masju selangkah seakan ingin memukul lelaki besar tersebut. “Sudah ... sudah ... jangan berantam. Kau lupa semalam kita membayar banyak kerugian akibat perkelahian semalam. Aku tidak ingin kita akan membayar kerugian lagi,” bujuk Kiana.            Akhirnya dengan bujukan Kiana lelaki itu pun melepaskan lelaki besar yang telah menghina Kiana.  “Sebaiknya kita melihat-lihat misi,” ajak Kiana dan menarik tangan Drake untuk menjauhi lelaki besar itu.            Tak terima lawannya kabur lelaki itu segera mengucapkan sebuah mantra sihir. “Comas uri.”lelaki besar itu mengarahkan sihirnya pada rambut kepang Kiana. Namun Drake menyadarinya dan dengan cepat mematahkan sihir lelaki tersebut.            “Kau ...” geram Drake semakin kesal. Padahal ia telah berbaik hati memaafkannya tapi lelaki itu malah bertindak yang di luar dugaan.            Drake melapas tangan Kiana. Lalu mulai menghajar lelaki besar tersebut. Beberapa teman lelaki besar itu tak terima temannya di kalahkan pun ikut maju menyerang. Kini satu melawan lima.            Kiana menghela napas menatap Drake dan kelima pemuda yang mengepungnya. “Ahhh. Sepertinya kita akan menganti rugi lagi ...” lirihnya.            Dan benar dugaan Kiana. Setelah mengalahkan lima pemuda itu Drake dan Kiana di tuntuk menggati rugi sebanyak 1000 keping perak.  Tak hanya itu, mereka juga harus membayar biaya pengobatan lima pemuda tersebut. ****            Kiana dan Drake pun memulai misi mereka, yaitu mencari tanama langka bernama Higanbana sejenis bunga berwarna merah darah yang sangat indah namun beracun. Terkena sedikit saja maka nyawa bisa melayang. Kini mereka berada di pengunungan. Karena menurut informasi yang mereka dapat bunga Higanbana terada di pengunungan.            Sejak kejadian di bangunan Petualangan Kiana ngambek dan tak ingin berbicara pada Drake membuat lelaki semakin terpuruk. Ia tak tahu harus bagaimana untuk menghilangkan kemarahan wanita itu.            “Sampai kapan sih ... kau marah terus... inikan bukan salahku. Mereka yang memulai untuk berkelahi.”            Kiana berbalik menatap Drake. “Tapi kau tahu sendirikan kita tidak punya uang yang cukup dan sekarang kita harus kehilangan uang-uang kita. Padahal sangat susah untuk mengumpulkan uang.”            “Iyaa ... iya aku tahu. Kau tidak usah terlalu mencemaskan masalah uang. Aku yakin kita pasti bisa mendapatkan uang yang banyak.” Drake berusaha menenangkan wanita itu.            Akhirnya setelah beberapa kali bujukan Kiana pun melunak dan tidak ngambek lagi. keduanya pun mulai fokus mencari bunga yang menjadi misi mereka.            “Ayo kesana ... sepertinya bunga itu sangat mirip dengan bunga yang kita cari.” Kiana menunjukkan sebuah bunga berwarna merah yang sangat mirip dengan bunga yang mereka cari.            Keduanya pun mendekat dan secara serentak kedaunya menghela napas panjang. Bukan bunga itu yang mereka cari. Sudah dua jam mereka mencari. Namun hingga saat ini mereka tak menemukan bunga itu.            “Aku kira kita akan menyelesaikan misi dengan cepat. Ternyata mencari bunga sangatlah susah. Pantas tidak ada yang mengambil misi ini. Selain bayarannya sedikit misinya juga luyana sulit,” gerutu Kiana yang kini bersandar pada pohon.            Keduanya sedang beristirahat sambil memakan cemilan yang telah mereka persiapkan sebelumnya sebelum kembali mencari. Setelah beristirahat keduanya kini melanjutka pencarin mereka. Namun lagi-lagi mereka tak menemukan bunga yang mereka cari.            “Apa jangan-jangan bunganya berada di jurang pengunungan yah?” tanya Kiana dalam hati.            Tak jauh dari tempat mereka terdapat jurang sangat dalam. dari tadi keduanya tak pernah menginjakkan jurang itu.            “Kau mau ke mana?” tanya Drake.            “Kau tunggu di sini. Aku punya firasat bunga itu ada di tepi jurang.”            “Itu tidak mungkin. Menurut informasi bunga-bunga itu tak mungkin hudup di tepi jurang.”            “Kita tidak tahu apakah informasi itu  benar atau tidak. Setidaknya aku ingin mengeceknya.”            “Baiklah kau pergi saja sendir,” ujar Drake dingin karena Kiana tak ingin mendengarkannya. Kiana sejenak mendengus melihat tingkah Drake yang terlalu kekanakan. Segera wanita itu mencari bunga itu di tepi jurang.            “Wahhh ....” kaget Kiana saat angin kencang hampir saja mendorongnya terjun bebebas ke jurang. Untungnya ia segera duduk di tepi. Sambil menenagkan detak jantungnya yang berdetak kencang saking kagetnya tadi.            Dengan perlahan Kiana kembali mendekati tepi jurang dan menatap jurang dalam nan gelap itu dengan tatapan ketakutan.”Wahhh. Dalam sekali jika aku terjatuh mungkin nyawaku langsung melayang,” batinnya.            Tak lama kemudian wanita itu menemukan bunga yang mereka cari. “Ahhh. Itu dia. Sesuai dugaanku. Pantas saja bunga ini sangat langka. Selain mulai punah bunga ini juga sangat sulit untuk di dapatkan karena hidup di tepi jurang,” batinnya.            Kiana segera memakai kaos tangannya lalu mencoba mengambil bunga berwarna merah darah itu. “Ahh ... susah sekali,” keluh Kiana saat ia kesulitan.            Wanita itu berbalik menatap Drake. Lelaki itu kini sedang makan cemilan dengan lahap sambil tidur-tiduran.  “Dia tak bisa diharapkan ...” keluh Kiana kesal.  Sekali lagi Kiana mencoba mengambil bunga langka itu. saat tangannya hampir saja menggapai bunga tersebut. Terjadi sedikit reruntuhan pada pinggir-pinggir tebing. Membuat Kiana kembali memperbaiki posisinya.            Seandainya Kiana bisa menggunakan kekuatannya maka ia pasti bisa mengambil bunga itu dengan mudah. Namun, sejak Drake memakaiannya kalung penahan kekuatannya yang besar Drake berpesan untuk tidak menggunakan kekuatannya mulai sekarang hingga penerimaan siswa baru tiba. Entah mengapa Drake melarangnya.            “Ayolahhh ... aku harus bisa mendapatkanmu bungan beracunnn ...” lirih Kiana. Wanita itu lagi-lagi mengulurkan tangannya menggapai bunga merah tersebut dan satu tangannya memegang akar pohon yang sedikit kokoh. Namun dugaannya salah. Akar tersebut tak bisa menahat berat Kiana dan sedikit demi sedikit akar panjan itu mulai retak.            Dan saat ujung jari Kiana menyentuh bunga merah tersbeut saat itulah akar pohon itu patah dan Kiana pun terjatuh di jurang yang gelap nan dalam tersebut.            “AAAAAA!” Teriakan Kiana segera membuat Drake kaget lelaki itu spontan berdiri.            “Kiana!” pekiknya sambil berlari menuju tempat Kiana tadi. Namun, lelaki itu tak menemukan Kiana.            Kiana menatap langit yang bercahaya terang dan semakin lama langit semakin gelap saat tubuhnya jatuh semakin dalam.            Salah satu tangannya terulur ke langit berharap Drake menangkapnya. Sama seperti sebelum-sebelumnya.            “Drake ...” lirihnya. Dan secara peralahan kedua matanya tertutup rapat. Mungkin kali ini Drake tidak akan menolongnya. TBC                   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD