BAB 50

1695 Words
           “Prohibere. (berhenti)” Terdengar suara lelaki yang mengucapkan mantra.            Tubuh Kiana yang terjung bebas seketika berhenti tepat sebelum wanita itu mendarat di tanah. secara perlahan Kiana membuka kedua matanya saat tak merasakan sakit sakit sama sekali. “Apa jangan-jangan aku berada di surga?” tanyanya dalam dirinya sendiri.            Saat membuka kedua matanya. Indah ... satu kata yang menggabarkan suasana keberadaaannya saat ini.            “Apa aku benar-benar berada di surga?” tanya Kiana sekali lagi dengan raut wajah takjub.            Namun, baru saja Kiana tersenyum-senyum senang memikirkan dia berada di surga. Tiba-tiba saja tubuhnya terjatuh dan terdengar pekikan keras.            “Auuuu ...” Kiana memperbaiki posisinya sambil memegang punggungnya yang sakit. Namun rasa sakitnya menghilang saat ia menatap sekelilingnya.            Di sekitarnya terdapat banyak jenis bunga-bunga indah dan langka. “Waahhhh ... indahnya ...” “Jika aku menjualnnya aku bisa mendapatkan uang yang banyak,” gumamnya pelan. “Apa di surga ada yang namanya transaksi jual beli yah?” tanya Kiana dalam hatinya. “Masa bodo ahhh.” Sambil tersenyum-senyum dan bercetoh sendiri Kiana segera memtik bunga-bunga itu satu persatu. Mulai dari bunga yang ia cari-cari yaitu bunga Higanbana setelah di rasa cukup barulah ia memetik bunga yang lain.  Namun,“Siapa kamu?” tubuh Kiana seketika membeku saat merasakan sesuatu di belakan tubuhnya. Segera wanita itu bedriri dan berbalik badan. Di hadapannya kini terdapat seorang lelaki tampan sambil mengarahkan tongkat sihir ke arahnya. Dan di belakan lelaki itu terdapat banya lelaki yang mungkin adalah teman-temannya. “Kenapa diam? aku tanya siapa kamu?” tanya lelaki itu sekali lagi sambil mengancam Kiana. Membuat bunga-bunga yang ia petik tadi terlepas dari genggamannya dan terjatuh di tanah. “Itu ... aku tidak sengaja jatuh ke jurang ini ...” lirih Kiana takut. “Bohong. Aku lihat sendiri kau memetik bunga-bunga ini. Kau ingin mencurikan ...” “Apa?” tidak ... aku tidak mencuri.” Kiana mencoba membela diri. “Bohong ... dia pasti ingin mencuri. Daniel, kau tidak boleh percaya padanya. Wanita jelek itu pasti sedang membohongimu,” ujar salah satu teman lelaki yang mengarahkan tongkat sihir di hadapan Kiana. “Lelaki ini ternyata bernama Daniel,” batin Kiana. Awalnya dia terpesona dengan ketampanan lelaki itu. Namun, tuduhan lelaki itu membuatnya kesal dan membencinya.  “Daniel, kau tidak boleh percaya pada gadis jelek itu. Kau harus memberinya pelajaran.” “Apa! gadis jelek! Yakkk ! dengar yah. Kini wajahku memang jelek saat ini. Namun perlu kau ingat dulu wajahku sangat cantik melebihi wanita yang ada di luar sana. Saat kau tahu wajah asliku aku yakin kaupun akan terpesona dengan wajahku!” pekik Kiana kesal tak terima dengan apa yang dikatakan teman-teman Daniel tentangnya. “Lihat! Gadis jelek ini ingin melawan kita. Dengar yah! wahai gadis jelek apa kau tak tahu dia siapa?” “Mana aku tahu dan aku tak ingin tahu dia siapa. Yang jelas aku betul-betul tejatuh dari jurang dan aku tidak ingin mencuri. Jadi aku mohon lepasakan aku. aku hanya ingin mengambil bunga ini sedikit.” “What? Kau tak tahu dia siapa? Dia adalah putra pemilik Karion_” “Sudah, Riko,” tegur Daniel menghentikan perkataan Riko. Jadi mau tidak mau temannya pun menghentikan perkataannya. Di sisi lain Daniel sedikit senang mendengar perkataan Kiana. Baru kali ini ada orang yang tak mengenalnya. Jika ia tahu dia siapa maka Kiana akan berprilaku sama seperti yang lainnya. Dan ia tidak menginginkan hal itu. Semua yang ada di sekitarnya semuanya munafik. Tak ada yang tulus bersahabat dengannya. “Tunggu dari tadi kau selalu mengataiku pencuri. Emangnya bunga ini milikmu? Apa kalian yang menanamnya? Pasti bukankan.” Ujar Kiana membela diri dan membuat teman Daniel tak bisa berkata-kata. “Apa kah ada undang-undang atau surat tersegel yang mengatakan bunga yang ada di jurang ini adalah milikmu dan tak boleh di ambil?” “Kau ...” geram teman Daniel bernama Riko. “Sudah, Riko ... abaikan saja dia,” ujar Daniel yang mencoba menenangkan temannya yang terlihat sangat emosi. “Kita biarkan saja dia. Ayo kita naik ke atas,” ujar lelaki bernama Daniel itu pada teman-temannya. “Baiklah, ayo kembali.” Daniel dan teman-temanya pun bersiap-siap untuk naik ke atas tebing dengan menggunakan mantra sihir. “Tunggu!” pekik Kiana. Dengan cepat Kiana menghentikan mereka. Wajahnya sedikit memerah akibat malu harsu meminta pertolongan mereka. Tapi, mau bagaimana lagi. hanya mereka satu-satunya cara agar ia bisa naik ke atas. “Ada apa, sih?” tanya teman Daniel kesal karena Kiana tak segera menjawab. “Bisakah aku membawaku juga naik? Aku tidak bisa naik sendiri ...” mohon Kiana dengan wajah memelas. “Apa! kau kan tinggal menggunakan sihir angin untuk naik.” “Tapi aku benar-benar tidak bisa. Aku mohon ... tolong bantu aku sekali saja.” “Daniel, kau tidak boleh peduli padanya. Sebaiknya kita cepat-cepat naik.” Akhirnya Daniel dan teman-temannya pun naik ke tebing meninggalkan Kiana sendirian di jurang. “Yakkk! Kalian tunggu saja  jika aku bertemu dengan kalian lagi. Aku akan memberimu pelajaran telah meninggalkanku di jurang ini sendirian!” maki Kiana. Daniel melirik Kiana sejenak dan tersenyum mendengar makian wanita itu. “Dia lucu sekali,” batinnya. “Yakkk!!! Kalian betul-betul meninggalkanku!!” “AISSSSS ... SIALLLL ... TUNGGU SAJA PEMBALASANKUUU!” Pekik Kiana pada angin yang menghembus. Kiana mendudukkan tubuhnya. Mengambil pasokan udara yang mengebu-ngebu setelah tadi berteriak-teriak kencang bak orang gila seorang diri di jurang ini. Sekarang dia seorang diri. Tak ada yang bisa menolongnya kecuali ia harus naik dengan dengan kekuatannya sendiri. Namun, sebelum naik ... Kiana menatap sekelilingnya. “Aku harus membawa bunga-bunga ini ke atas. Dengan begitu aku bisa menjualnya dan mendapatkan uang yang banyak.“ Kiana pun memetik bunga langka itu satu persatu. Setelah merasa cukup banyak wanita itu segera berjalan mendekati tanah yang menjuntai ke atas tebing. “Bangaimana caranya aku naik?” batinnya. Ia tak bisa menggunakan kekuaannya. Juga tak ada tali yang bisa ia gunakan untuk memanjat. Dan pada akhirnya Kiana menunggu seseorang datang menolongnya. Dan berharap yang menolongnya adalah Drake. “Drake ... cepatlah kemari ...” **** “Gadis tadi sangat jelek. Aku yakin semasa hidupnya ia tak pernah pacaran,” celetoh seorang lelaki benama Riko bersama dengan teman-temannya. Kini Daniel dan teman-temanya berada di sebuah kafe mengobrol sambil memakan makan yang telah mereka pesan sebelumnya. “Iya. Aku jadi ilfil melihatnya. Dia benar-benar jelek. Ha ha ha ...” mereka pun tertawa terbahak-bahak bersama kecuali seorang lelaki salah satu teman mereka yang bernama Daniel. “Apa yang kau pikirkan? Apa kau mencemaskannya gadis jelek itu? tanya salah satu temannya. Namun Daniel tak menjawab. “Dia pasti bisa naik sendiri.” “Tapi, bagaimana jika ia betul-betul tak bisa naik? Bagaimana jika ...” pemikiran-pemikiran negatif menghantuinya ia sangat mencemaskan wanita yang baru saja ia temui tadi. Namun, teman-temanya terus menyakinkan dirinya bahwa gadis itu baik-baik saja. Daniel dan teman-temanya pun kembali makan. setelah makan Daniel pun berjalan ke kasir untuk membayar makanan mereka berserta makanan teman-temanya. “Aku dengar misi mencari bunga Higanbuna itu sangat berbahaya.” Daniel menajamkan pendengarannya mendengar pembicaraan dua wanita yang sedang bergosip di dekat kasir. “Iya. Dan aku dengan ada seorang wanita jelek dan bodoh yang bersedia melakukan misi itu.” “Mungin yang di maksud mereka adalah gadis bodh yang aku temui tadi. Ternyata wanita itu petualang baru dan sedang menjalankan misi,” batin Daniel yang masih sibuk menguping. “Ha ha ha ... iya aku juga sudah mendengarnya. Misi itu sudah bertahun-tahun tak ada yang mengambil misi itu. Tapi seorang gadis jelek dan pendatang baru mengambil misi itu.” “Iya. Dan kau tahu. Hingga saat ini wanita itu masih belum kembali juga.” saat itu juga tubuh Daniel membeku. Wanita itu belum kembali. Apa jangan-jangan gadis itu betul-betul tak bisa naik. Daniel kembali mencemaskan Kiana. “Aku harus menyelamatkannya,” batinnya. Namun, saat ia kembali pada teman-temannya lelaki itu di ajak untuk berlatih. Jadi mau tidak mau Daniel harus mengurunkan niatnya untuk menyelamatkan gadis tersebut. **** Tak terasa malam pun tiba. Daniel dan teman-temannya pun berpisah setelah makan di kafe dan berlatih sihir sebentar. Di sebuah kamar, Daniel terus menatap langit yang begitu gelap. Perasaanya tidak tenang. Ia terus kepikiran tentang wanita yang ia temui tadi. “Bagaimana jika dia benar-benar tidak bisa naik?” Trassss Lelaki tersontak kaget saat suara petir bergelegar dan hal itu semakin membuatnya tidak tenang. Langit mendung dan tak lama lagi akan turun hujan. “Ahhh. Sialll ... aku harus mengeceknya,” batinnya. segera lelaki itu menganti bajunya dan keluar dari kamarnya. Saat akan keluar dari rumah ibunya memergokinya. “Kau mau ke mana? Sebaiknya kau diam di rumah saja. Di luar sedang hujan deras.” “Aku hanya pergi sebentar, Ma.” Lelaki itu pun melangkah keluar rumah tak menghiraukan peringatan ibunya. Tarasss Trasss Lelaki bernama Daniel itu semakin mempercepat langkah kakinya saat merasakan cuaca semakin tak bersahabat. Ia tak memperdulikan pakaiannya yang basah dan sangat kotor akibat derasnya air hujan dan jalanan yang ia pijak saat ini sangat becek. “Aku harus cepat-cepat menolongnya,” batin lelaki. Tak lama kemudian langkah kakinya pun terhenti saat ia tiba di tepi jurang. Lelaki sejenak melirik ke bawah jurang. “HEIIII APA KAU MASIH ADA DI BAWAHHH!” Teirak Daniel. Namun tak ada jawaban. “Aiissss ... sial ... aku harsus turun,” batinnya. Lelaki itu pun melompat dan membiarkan tubhnya terjun bebas bersamaan dengan air hujan yang jatuh dari bumi. Selama di udara lelaki itu tak henti-hentinya berdoa semoga wanita itu baik-baik saja saat ia menemukannya. “Prohibere. (berhenti)” Daniel mengucapkan mantra penghenti saat jarak tanah dan tubuhnya sudah sangat dekat. Setelah itu Daniel pun mulai mengelilingi kawasan tersebut sambil mencari wanita jelek yang ia temui tadi siang. “Heiii .... gadis jelek kau ada di mana!!” teriak Daniel sambil mengeliling sekitar bunga. Berjam-jam lelaki itu terus mencari dan hingga saat ini ia tak menemukan wanita itu di mana-mana. Tak lama kemudian cuaca mulai membaik. Air hujan sudah tak mengguyurnya. Hanya saja perasanya mulai bercampur aduk saat ini. Ia sudah terlanjur marah dan kesal. Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya. “Gadis jelek berengsekkk ... bisa-bisanya dia membohongiku ... tunggu saja jika aku menemukanmu suatu saat nanti aku tidak akan membiarkanmu hidup damai.” TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD