BAB 51

1618 Words
           “Ini ...” pekik sang kasir tak percaya dengan apa yang Kiana letakkan di atas meja kasir. Melihat tatapan kaget wanita itu membuat Kiana tersenyum-senyum dengan penuh percaya diri sekali.            Beberapa petualang pun mendekat melihat apa yang Kiana bawa. Dan sekali lagi mereka pun kagum dengan kehebatan Kiana setelah berhasil menyelesaikan misi yang tak ada yang mengambilnya.            “Bukankah ini bunga yang sangat langka? Bunga ini sangat berkhasiat bagi kesehatan,” pekik salah satu petualang yang memeriksa bunga-bunga Kiana.            “Iya. Selain itu ada juga bunga yang terkenal beracun dan bunga yang sangat mahal jika di jual.”            “Wahhh... tak kusangka kau ternyata hebat juga ...” ujar salah satu petualang. Yang di tanya hanya tersenyum.            “Apa kau ingin mejual semua bunga ini di sini?” tanya sanga kasir.            “Tentu saja.” “Emmmm ... total keseluruhan 1300 perak ditambah gaji penyelesaian misi jadi jumlah keseluruhan 1400 perak,” uajr sang kasir. “Wahhhh... banyak juga ... ngomong-ngomong di mana kau mendapatkan bunga-bunga ini?” tanya salah satu petualang. “Aku medapatkannya di bawah tebing yang ada di hutan.” Beberapa sang petualang pun mengangguk-ngangguk mengerti lalu satu persatu mulai meninggalkan Kiana. “Terima kasih.” Kiana pun mengambil uang pemberian dari transaksi bunga-bunga yang ia dapat di bawah tebing.            Setelah itu Kiana pun keluar dari gedung petualang. Di luar ia melihat Drake yang sedari tadi menunggunya dengan sabar. Kiana sengaja meminta Drake untuk jangan masuk ke gedung petualang karena ia takut Drake akan berulah lagi dan membuat mereka harus menganti kerugian. Keduanya pun berjalan kaki menuju penginapan mereka karena hari mulai gelap. Di samping Draka Kiana terus menundukkan kepalanya. Wajahnya masih sangat merah akibat kejadian beberapa jam yang lalu.            “Berapa yang kita dapat hari ini?” “1400 perak.” “Wahhh ... lumayang banyak yah.” “Iya.,” jawab Kiana singkat. Selama di perjalanan Kiana terus diam dan hanya menjawab singkat pertanyaan Drake. hingga tak menyadari Drake kini berada di hadapannya dan diam menatapnya. Karena tidak menyadari Drake berhenti di depannya wanita itu pun menabrak Drake. “Akhhh ...” Kiana memekik sambil memegang kepalanya saat menabrak Drake. Kiana mengangkat kepalanya dan melihat wajah Drake yang begitu dekat dengannya. Wajahnya semakin memerah saat itu. Namun, wanita itu kembali terkejut saat Drake tiba-tiba saja meletakkan telapak tangan kanannya di dahi Kiana dan tangan yang satunya ia letakkan di dahinya sendiri. Lelaki itu pun mengecek suhu tubuh Kiana. Raut wajah lelaki itu seketika berubah panik dan merasa bersalah. “Sepertinya kau benar-benar sakit. Apa karena semalam kau tidak bisa tidur semalam, yah?” perkataan Drake membuat Kiana kesal dan seketika melepaskan tangan Drake dari dahinya.  “Dasar bodohhh ...” maki Kiana cepat dan berjalan mendahului Drake meninggalkan lelaki itu yang tak tahu apa kesalahannya yang telah membuat Kiana marah. “Heiii ... tunggu aku.” Drake segera mengejar Kiana lalu memegang tangan wanita itu cepat. “Ada apa? kenapa kau marah?” “Itu ... karena kau sangat bodoh ...” maki Kiana sekali lagi dan kembali melanjutkan larinya meninggalkan Drake. Hingga akhirnya keduanya pun kejar-kejaran hingga tiba di penginapan. ****  Setelah makan malam. Kini Kiana berada di dalam kamarnya sedangkan Drake berada di luar kamar karena tidak ingin menganggu tidur Kiana. Dan membiarkan wanita itu tidur tenang. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. “Masuk.” “Apa kau sudah tidur? Aku membawakanmu obat demam ... he he he ...” sang pelaku pengetukan yang ternyata adalah Drake itu pun berjalan masuk sambil membawa nampan yang telah di isi  segelas air hangat dan obat. Kiana menerima obat pemberian Drake lagian dia juga merasa sedikit demam. “Terima kasih,” ujar Kiana pada Drake. lelaki itu hanya tersenyum membalas Kiana dan keluar dari kamar meninggalkan wanita itu. Setelah meminum obat wanita itu pun mebaringngkan tubuhnya untuk segera tidur. Namun, malam ini Kiana tidak bisa tidur. Kiana terus membolak-balikkan tubuhnya karena hatinya sedikit tidka tenang memikirkan kejadian beberapa jama yang lalu di mana Drak lagi-lagi menyelamatkannya.   FLASHBACK            “Tunggu saja. jika aku melihatmu lagi aku akan memberikanmu pembelasan setelah apa yang kau lakukan padaku. bisa-bisanya kau meninggalkanku seorang diri di jurang ini!” maki Kiana pada bunga. Mengingat Daniel dan teman-temanya sungguh membuatnya sangat kesal bukan main dan tangannya seselaki memetik bunga-bunga yang ada di sekitarnya.            “Bgaimana caranya aku naik yah?” tanya Kiana pada dirinya sendiri sambil menatap ke atas tebing. Jurang yang terlalu dalam membut langit di atas sana sangat gelap dan tak terlihat ujungnya.            “Haruskah aku memanjat?” batin Kiana.            “Aisss ... Drake mana sih. Kenapa tidak turun? Apa dia tak menyadari aku terjatuh di jurang dan di atas sana dia enak-enakan menghabiskan semua cemilan! Tunggu saja jika aku naik aku akan emmbirkannya pengajaran ...”            Sebelum naik Kiana terlebih dahulu mencari kantong yang bisa ia tempat bunga-bunga yang ia petik tadi. Setelah menemukan kantongan barulah Kiana mencoba untuk memanjat. Namun baru beberapa langkah panjatan wanita itu kembali terjatuh.            Walau terjatuh. Kiana tak putus asa wanita terus mencoba untuk memanjat hingga akhirnya kini ia melihat ujung tebing. “Sebentar lagi,” batinnya.            Wanita itu kembali melanjutkan panjatannya. “Akrhhh ...” ringisnya saat tak sengaja ia enginjak tanha yang rapuh dan ia hampir saja terjatuh. Untungnya ia masih bisa memegang akar-akar tumbuhan yang ada di sekitar terbing.            Kiana menatap ke bawah tebing dengan tatapan takut. “Jangan melihat ke bawah Kiana,” batinnya.            Kiana pun melanjutkan manjatannya dan akar tumbuhan yang ia pegang pun patah membuat ia tak bisa mempertahankan keseimbangnya.            “AAAAAA!” Kiana pun berteriak nyaring saat itu juga. tubuhnya terjun bebas ke bawah tebing.            “Apa kali ini aku tak akan selamat?” batin Kiana dan menutup kedua matanya.            “Drake ...” lirihnya.            Dan saat itu juga lah Drake berada di atasnya terjun bebas lalu dua sayap lelaki itu keluar dari punggungnya. Saat Kiana hampir mencapai tanah lelaki itu segera memutar tubuhnya dan segera menagkap tubuh wanita itu ala bridal style.            “Apa kau tidak apa-apa?” tanya Drake.            Kiana segera membuka kedua matanya. Wajah pertama yang ia lihat adalah wajah Drake yang begitu dekat dengannya. Kedua mata wanita itu pun berkaca-kaca melihat Drake kini ada di sampingnya.            “Hiskkk ... hiskkk ...” wanita itu mulai terisak pelan.            “Ada apa? apa kau terluka? Maafkan aku yang datang terlambat ...”ujar Drake penuh kepanikan saat merasakan tubuh Kiana bergetar dalam endongannya tak hanya ia juga mendengar suara tangis Kiana yang pelan.            Tatapan panik Drake membuat Kiana semakin terharu. “Hisikkkk .... heikkkk ... aku kira aku akan mati ... hiskkk ... aku kira kau tidak akan menyelamtaknku lagi ... hiskkk ...”  masih berada di udara Kiana semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Drake dan menangis sangat kencang meluapkan segala ketakutan dan kecemasan yang ia tahan sejak tadi.            Hingga tak terasa keduanya kini berada di atas tebing. Kiana masih setia memeluk tubuh Drake dan menangis histeris. Tangan Drake terulur megelus punggung Kiana yang masih bergetar.            “Sudah ... jangan menangis lagi. Aku sudah ada di sini. Kau tidak perlu takut lagi.” lelaki itu masih berusaha menenagkan Kiana yang menangis layaknya anak kecil. Di lain sisi Drake ini tertawa melihat Kiana terlihat sangat lucu saat mengis.            Dua puluh menit berlalu, Kiana mulai tenang walau sesekali Drake masih mendengar suara terisak Kiana dan sesegukan. Kiana dan Drake masih betah dalam posisi mereka yaitu Drake duduk bersandar pada pohon besar dan Kiana masih setia memeluknya erat.            “Ahhh ... tubuhku mulai keram ...” ujar Drake pelan. Saat itulah Kiana mulai menyadari posisinya yang sungguh memalukan.            Kedua pipinya pun kembali merona merah. Segera melapas pelukannya. “Maafkan aku ...” lirihnya dan menghapus jejak-jejak air matanya.            “Tidak masalah.”            Sejak kejadian itu wajah Kiana tak henti-hentinya memerah terus bak kepiting rebus. FLASHBACK END            “Semakin hari dia semakin tampan,” batin Kiana tanpa sadar saat memikirkan kejadia beberapa jam yang lalu.            “Ahh... apa yang kau pikirkan Kiana. Kau tidak boleh suka padanya ...” Maki Kiana pada dirinya sendiri sambil mengeleng-gelengkan kepalanya mencoba menghilangkan pemikiran-pemikiran liarnya yang mulai melayang-layang.            Dorrrr ...            Saat sedang asyik dengan pemikirannya sendiri ia terkejut saat suara petir mengelegar di luar penginapan. Dan tak lama kemudian hujan deras pun mulai turun membawa hawa dingin masuk melalui celah-celah dinding hingga merasuk di tubuh Kiana.            “Ahhh... dinginnnya.” Wanita itu segera memeluk tubuh dinginnya. Bulu-bulunya mulai meremang saking dinginnya.            “Apa dia kedinginan juaga yah,” batin Kiana yang mulai mencemaskan Drake.            “Sebaiknya aku mencarinya dan memberikannya selimut.” Wanita itu segera bangkit dan turun dari ranjangnya mencari Drake.            Wanita itu keluar dari kamarnya dan tak menemukan siapa pun. Ia turun ke lantai bawah juga ia tak menemukan Drake. “Dia ada di mana sih.”            Akhirnya karena lelah mencari wanita itu kembali ke kamarnya. Wanita itu duduk di ranjangnya sambil mencoba berpikir di mana kah Drake akan tidur malam ini.            Tukk ...            Terdengar suara di dalam kamar mandir. “Apa jangan-jangan ...” wanita itu segera berlalu menuju kamar mandi membukanya dengan cepat. Dan kedua matanya pun membulan sempurna menatap lelaki yang ia cari sedari tadi ternyata mengurung diri di kamar mandi.            Kiana pun semakin merasa bersalah. Ia yakin Drake tidur di kamar mandi karena tidak ingin menganggunya tidur. Lelaki itu pasti mencoba mencari tempat tidur di luar namun tak menemukan tempat yang nyaman. Karena itu Drake memutuskan untuk tidur di kamar mandi.            Drake terlihat tidak nyama dalam tidurnya. Lelaki itu memeluk tubunya sendiri dan sedikit mengingau.            Kiana segera mengambil selimut tebal dan saat wanita itu akan menyelimuti Drake saat itu jugalah ia mendengar suara igauan Drake manun tidak terlalu jelas.            Kiana pun mendekatkan dirinya pada tubuh Drake mencoba mendengar apa yang lelaki itu igaukan dan saat itu juga lah tubuhnya membeku.            “Daisy ...” TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD