BAB 52

2270 Words
           “Daisy ...” Trasss ...            Satu kata membuat hati Kiana seakan teriris pisau. Daisy adalah wanita yang Drake cintai wanita yang mirip dengannya. Kiana tersenyum kecut, sudah saatnya ia kembali pada kenyataan Drake tak akan menyuakainya. Lelaki itu sudah memiliki wanita yang ia cintai.            Dengan perasaan yang sedikit terluka Kiana segera memberikan Kiana selimut lalu kembali ke ranjangnya. Mulai sekarang ia harus bisa menghilangkan perasaannya yang tak akan pernah terbalaskan.            Di atas ranjangnya wanita itu tak bisa tidur. Hatinya terlalu sakit kembali pada kenyataan. Cinta yang tumbuh dalam hatinya semakin hari semakin menguat dan membesar. Kiana pun menangis dalam diam di dalam kamar itu. Perasaan yang tak akan pernah terbalaskan. Menyukai seseorang yang tak akan mungkin menyukainya sungguh membuatnya terluka.            Setelah beberapa menit wanita itu menangis akhirnya wanita itu pun bisa tertidur di malam yang hujan yang turun begitu deras.            Tak lama setelah Kiana tertidur, Drake bangun dari mimpi buruknya yang tiap malam selalu menghantuinya. Lelaki itu memperbaiki posisinya dan saat itulah ia menyadari ada selimut tebal yang menutupi tubuhnya.            “Apa Kiana yang memberikanku selimut, yah,” batinnya bertanya-tanya. Lelaki itu pun keluar dari kamar mandi dan mengendap-endap mendekati Kiana yang tertidur di atas ranjang. Takut membangunkan wanita itu dan membuat Kiana marah dan akan memukulnya lagi.            Saat dirinya berada tepat di samping Kiana lelaki itu bingung dan sedikit cemas. “Kenapa dia menangis?” tanya Drake bingun melihat jejak air mata Kiana yang belum kering di wajah wanita itu.            Lelaki itu pun duduk di samping ranjang Kiana mengulurkan tangannya untuk menghapus jejak-jejak air mata wanita itu dengan lembut. “Apa dia lagi mimpi buruk yah.”            “Nek ...” wanita itu mulai mengigau dengan suara lirih.            Drake yang sedari tadi menemani tidur Kiana sedikit panik apalagi setelah lelaki itu mengecek suhu tubuh Kiana yang sedikit panas.            Dengan sabar lelaki itu mengelus-elus kepala Kiana berusaha untuk menenangkannya. Tak lupa lelaki itu mengambil selimut yang di berikan Kiana tadi dan menyelimuti wanita itu mendobol selimutnya karena Kiana terlihat sangat kedinginan.            Dan di malam itu Drake menjaga Kiana dengan sabar dan penuh perhatian. Hingga menjelang pagi.            “Syukurlah demamnya sudah turun,” batin Drake lega.            “Jangan sakit lagi yahhh ...” gumam Drake pelan lalu dengan pelan lelaki itu mengecup dahi Kiana lembut lalu keluar dari kamar Kiana.            Setelah Drake keluar saat itu juga Kiana bangun dari tidurnya. Salah satu tangan Kiana terangkat dan memegang dahinya bekas kecupan Drake.  Lalu memperhatikan sekelilingnya. “Kenapa rasanya seseorang baru saja mencium dahiku,” batinnya bingung. Namun wanita itu segera bangkit dari tidurnya.            “Ahhh. Itu tidak mungkin,” desahnya pelan.            Kiana segera turun dari ranjangnya menuju kamar mandi ingin membangunkan Drake. “Drake? apa kau sudah bangun?” pekik wanita namun tak ada jawaban. Jadi mau tidak mau wanita itu membuka pintu kamar mandi dengan cepat.            Kosong. Hal pertama yang ia lihat saat membuka pintu. Tak ada siapa pun di kamar mandi itu.      “Ahh. Dia ke mana?” tanyanya pada diri sendiri. “Kau sudah bangun?” tiba-tiba terdengar suara lelaki yang ia cari tadi berada di belakannya membuat Kiana memekik kaget. Namun berusaha untuk tak menunjukkan kekagetannya. “Apa yang kau lakukan di sana. Kemarilah ... ayo serapan dulu sebelum berangkat ke gedung petalang mencari misi.” “Emmm,” jawanb Kiana singkat. Selama serapan Kiana terus diam tak bersuara. Ia hanya akan bersuara jika Drake bertanya padanya itu dengan jawaban yang supers singkat. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Drake penuh cemas melihat Kiana yang pagi ini terlalu pendiam di bandingkan hari-hari biasanya. “Aku tidak apa-apa.” jawab Kiana singkat. Merasa tak percaya dengan jawaban Kiana lelaki segera meletakkan telapak tangannya di dahi wanita itu mengecek suhu tubuhnya. “Emmm. sepertinya demammu benar-benar sudah turun.” “Apa yang kau lakukan!” pekik Kiana marah dan segera menepis tangan Drake dari dahinya membuat lelaki itu kaget dengan apa yang Kiana lakukan padanya. “Yakk! Aku hanya ingin mengecek suhu badanmu. Semalam kau demam dan kau membuatku cemas dan panik,” pekik Drake kesal pada Kiana. Kiana menundukkan kepalanya. “Jangan terlalu baik padaku. Aku tidak menyukainya kau hanya akan membuatku sangat risih.” “Baiklah jika itu maumu. Aku tidak akan pernah memperdulikanmu lagi. Aku tidak akan berprilaku baik lagi padamu. Apa kau sudah puas!” pekik Drake marah dan segera meninggalkan Kiana seorang diri di kamarnya. Di kamar itu Kiana menangis dalam diam. Ia sedih dan sakit saat Drake mengatakan dia tak akan memperdulikannya lagi. Tapi, ini adalah keputusannya sendiri. Ia tidak ingin Drake terlalu baik padanya dan membuat cintanya semakin kuat untuk lelaki itu. ia harus menyingkirkan rasa suka dan cintanya pada Drake. ****            Setelah beberapa menit menangis di ruangannya. Kiana segera membersihkan diri di dalam kamar mandi. Lalu keluar lengkap dengan bakaian yang baru dan wajah yang cerah. Mulai hari ini ia harus bersikap seperti biasa di hadapan Drake dan yang lebih penting ia harus berusaha untuk tidak terlalu dekat dengan lelaki itu mulai dari sekarang.            Setelah bersiap-siap keduanya pun berangkat menuju gedung petualang mencari misi.  Hubngan kedunya semakin meregang walau sesekali mereka tetep mengobrol namun mengobrol seadanya saja.            Setibanya di gedung petualang mereka pun mencari misi yang akan mereka laksanakan hari ini. “Bagaiman kalau misi ini? Misi ini memang sangat berat tapi bayarannya sangat mahal. Kita bisa cepat-cepat mendapatkan uang pedaftaran jika terus memilih misi yang seperti ini,” jelas Drake sambil menunjukkan misi yang lumayan berat.            “Baiklah, aku mengikut saja dengan pilihanmu.” Kiana mengambil misi yang di tunjuk Drake tadi lalu menbawanya pada sang kasir.            “Misi ini yang akan akan kami ambil,” gumam Kiana pada kasir tersebut.            “Apa kau yakin? Misi ini sangat susah dan terlalu bahaya!” Pekik kasir itu tak percaya apa lagi melihat tubuh Kiana yang sangat kurus dan tak bertenaga walau di sampingny ada lelaki yang terlihat sangat kuat sih.            “Tidak apa-apa. Lagian kami tak selemah apa yang kau pikirkan. Aku yakin kami berdua bisa melakukankannya,” ujar Kiana penuh percaya diri.            “Baiklah. Jika itu mau kalian. Aku harap kalian bisa kembali dengan selamat kali ini.”            “Emmm. kau tunggu saja. Kami pasti akan kembali dan mengejutkan kalian.”            Setelah memeberikan segel pada kertas misi itu barulah Kiana dan Drake berangkat ke tempat yang akan membawanya pada misi yang lumayan sulit. Yaitu menaklukkan monster bernama Erimanthia. Seekor monster yang selalu menyerang pemukiman warga yang ada di perbatasan Karion. Monster itu selalu menghancurkan bahan pertanian warga membuat warga yang ada di perbatasan Karion semakin kesulitan menghasilkan makanan. ****            Selama di perjalanan Kiana dan Drake masih saja diam-diaman. Kiana mulai menjauhi Drake tak ingin terlalu dekat dengan lelaki itu.            “Kita istirahat sejenak,” ujar Drake tiba-tiba saat melihat Kiana terlihat mulai kelelahan. Namun wanita itu tak mendengarkan. Ia bersikeras untuk melanjutkan perjalan. Ia tak ingin duduk diam bersama dengan Drake smabil memakan cemilan.            “Heii. Aku bilang kita istirahat sejenak.” Lelaki itu muali kesal dengan keras kelapa Kiana yang sangat kekanakan menurutnya lelaki itu segera menagkap salah satu tangan Kiana menarik wanita itu agar menatapnya.            “Aku tidak mau istirahat. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikan misi,” bentak Kiana lalu menepis tangan Drake dan kembali melanjutkan perjalanan membuat Drake kesal bukan main namun tetapa menuruti kemauan wanita itu. Akhirnya keduanya pun kembali melanjutkan perjalan. ****             “APA! SUDAH ADA YANG MENGAMBIL MISI ITU!” sebuah pekikan yang sangat keras pada seorang lelaki pada sang kasir gedung petualang.             Sejak beberapa hari yang lalu ia telah mengincar suatu misi. Dan saat ia ingin mengambil misi tersebut. Kertas misi itu menghilang dan saat bertanya pada kasih ia kaget ada seseorang yang telah mendahuluinya untuk melaksanakan misi tersebut.             “Iya, misi ini itu sudah di ambil oleh dua orang petualan baru.”             “Errggg ...” lelaki itu mengeram marah dan menemui teman-temannya yang tengah menunggu sedari tadi di luar gedung.             “Misi  yang kita incar sudah di ambil oleh petualang baru.”             “Apa? sialll ... apa sebaiknya kita mengikuti orang itu dan merebut misinya? Kita gagalkan mereka berdua,” ujar salah satu dari petualang tersebut pada teman-temannya sambil menyeringai.             “Ide yang bagus ... ha ha ha ... ayo kita ke perbatasan Karion.” kelima petualang itu pun tertawa terbahak-bahak dan mulai meningalkan gedung.             Tanpa kelima lelaki itu sadari seorang lelaki yang kebetulan lewat mendengar apa yang mereka bicarakan.             “Ada apa Daniel?” tanya salah satu teman lelaki yang ternyata adalah Daniel.             “Tidak ada. Ayo kita pilih misi segera,” ujar lelaki itu sambil menggelengkan kepalanya dan berjalan masuk ke gedung petualang mencari misi.             “Kita ambil misi ini saja.” tunjuk Daniel pada sebuah kertas.             “Bukankah misi ini sangat dekat dengan misi yang kelima lelaki itu bicarakan? Apa jangan-jangan kau ingin menyelamatkan petualang baru itu?”             “Tidak juga. Hanya kebetulan misi yang aku inginkan berada di perbatasan Karion,” ujar Daniel yang berusaha mengelak. Sebenarnya apa yang di katakan temannya tadi tepat sasaran. Ia tidak ingin petualang baru yang di katakan lima lelaki itu celaka. **** “Aku bilang kita berhenti sekarang juga!” pekik Drake cepat dan menarik tangan Kiana. Kali ini ia sudah sangat marah dengan sikap Kiana yang terlalu kekanakan. “Sebenarnya ada apa? apa kau marah padaku? emangnya apa salahku? Katakan apa yang telah aku lakukan sehingga kau marah padaku!” bentak Drake tepat di hadapan Kiana membuat wanita itu memundur takut pada Drake yang marah padanya. Melihat wajah takut Kiana membuat Drake tak tega. Lelaki itu pun menghela napas. “Aku mohon jangan seperti ini ... maafkan aku yang marah padamu tadi pagi ...” lirihnya pada Kiana. Namun, wanita itu masih tak menjawab pertanyaannya. “Aku mohon jangan marah lagi. Sebaiknya kita istirahat sebentar. Kau terlihat sangat tidak baik-baik saat ini. Sepertinya kau sudah sangat kelelahan.” Akhirnya Kiana menurut dan duduk menjauhi Drake. Melihat tingkah Kiana yang seperti ini hanya membuatnya frustasi. Entah apa yan terjadi pada Kiana. Sejak tadi pagu Kiana selalu marah padanya. Keduanya pun memakan cemilan yang mereka bawa dari tadi. Keduanya duduk agak berjauhan. Seskali Kiana melirik Drake yang terlihats angat frustasi. “Apa aku terlalu keterlaluan padanya, Yah?  apa sikapku sudah terlalu keterlaluan? Tapi, kalau aku seperti biasanya aku yang akan tersiksa dengan rasa cinta yang ada dalam diriku,” batin Kiana yang mulai merasa tidak enak. “Ahhh ... kenapa perustku sangat sakit yah,” batin Kiana memegang perutnya yang sedikit nyeri. Namun, sebisa mungki Kiana mempertahankan wajah biasanya. Ia tidak ingin membuat Drake mencemaskannya. Hampir lima menit keduanya saling diam-diaman. Dan saat ini Drake mulai tidak tahan lagi. dia harus bisa memperbaiki hubungannya dengan Kiana. Jika seperti ini terus maka akan memperngaruhi misi mereka. Drak eberjalan mendekati Kiana dan duduk di sampingnya. “Aku mohon jangan marah lagi. katakan apa yang kesalahanku. Aku akan berubah dan tak akan membuatmu marah lagi,” ujar Drake dengan wajah tulus. Mendengar perkataan tulus dari Drake membuat Kiana merasa tidak enak. “Haruskah aku bersikap seperti dulu lagi? tapi bagaimana jika perasaanku semakin menguat? Aku hanya akan tersiksa dengan ini semua,” batin Kiana. Karena Kiana masih tidak menjawab. Tanpa Kiana sadari Drake seketika langsung membawanya pada pelukan. “Maafkan aku. Aku mohon jangan marah lagi. Aku tak bisa jika seperti ini terus. Aku merasa tersiksa jika kau selalu marah padaku tanpa aku tahu apa yang membuatmu marah. Aku janji aku tidak akan membuatmu marah lagi.” “Mungkin aku tertalu keterlaluan. Sebaiknya aku kembali seperti dulu lagi. Aku juga tak bisa terus-terusan memusuhinya,” batin Kiana yang mulai luluh. Entah apa yang akan terjadi jika rasa cintanya semakin menguat yang jelas untuk saat ini dia pasrah pada takdirnya yang akan detang. “Emmm. Ba_ arkhhh ...” baru saja Kiana ingin mengatakan bahawa dia telah memaafkan Drake saat itu juga ia merasakan rasa sakit yang luar biasa pada perutnya. “Akrhhh ...” wanita itu meringis sambil memegangi perutnya.  mendengar suara lirih Kiana lelaki itu segera melepas pelukannya. Saat ini wajah Kiana sangat pucat dan kesaktan. “Apa yang terjadi padamu?” tanya Drake cemas. “Aku tidak tahu aku perutku sangat sakit ... hiskkk ...” lirih Kiana dan tak lama kemudian wanita itu pun tak bisa mempertahanka kesadaranya. “Yakkk ! Kiana jangan mengejaiku. Apa yang terjadi padamu. Aku mohon sadarlah.” Racau Drake sambil memeluk dan menguncang-nguncang tubuh Kiana mencoba membangunkannya. Namun wanita itu tak kunjung membuka mata. Dan tak lama kemudian lelaki itu marasakan ada cairan pada tangannya. Segera Drake mengangkat tangannya. “Darah ...” sontak saja membuat Drake panik bukan main. “Tidak ... aku mohon bertahanlah Kiana.” Lelaki itu segera mengendong Kiana. Untungnya tak jauh dari tempanya ia melihat sebuah desa. “Seandainy aku punya kekuatan penyembuh... hhiskkk aku pasti bisa menyelamatkanmu,” racau Drake sepanjang pejalanan menuju  desa terdekat. “Aku mohon bertahanlah ...” Tak lama kemudian, kedua mata Kiana terbuka walau sangat berat. Ia tersenyum lirih mendengar racauan yang di katakan Drake sepanjang perjalanan menuju desa terdekat. “Drake ...” lirihnya. “Kiana kau sudah bangun ... bertahanlah ... aku pasti akan menyelamatkanmu. Tunggu sebentar lagi ... kita akan tiba di desa terdekat di sana kau akan mendapatkan pertolongan. Jadi aku mohon bertahanlah sebentar lagi.” “Sepertinya ... waktuku tak akan lama lagi ...” lirih Kiana. “Yakk! Jangn berkata seperti itu. jangan membuatku takut. Aku yakin kau pasti bisa selamat ... hiskkk ....” lelaki yang sangat dingin dan cuek itu pun tanpa ia sadari menagis karena telalu takut kehilangan Kiana. Bayangan akan kehilanga Daisy tebesit dalam pikiranya membuatnya semakin takut tak karuan. “Aku ... ingin bilang ... aku ... menci_” dan kedua mata wanita itu pun tertup sempurnah. “Tidak ... hiskkk .. Kiana.” TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD