BAB 5 Kota Norm

1246 Words
Tiga jam telah berlalu, Kiana masih tertidur pulas dalam pelukan hangat Drake. Lelaki itu tak bisa tidur, tangan kirinya yang dijadikan bantal untuk Kiana kini mulai mati rasa. Ia ingin menarik lengannya namun takut membangunkan Kiana. Akhirnya ia bertahan. Menahan sakit di lenganya yang telah mati rasa. Lagi-lagi kejengkelan merasuki pikirannya. Ia menatap Kiana kesal. Bisa-bisanya wanita itu tertidur dengan pulas di atas penderitaannya yang kini menahan sakit di lengan kirinya. Lelaki itu mengecek suhu badan Kiana dengan tangan kanannya. Ia bernapas lega, wanita yang ada dalam pelukannya tidak demam lagi. Sekuat tenaga lelaki itu melepas lengannya yang di jadikan bantal. Namun semakin ia bergerak wanita itu semakin mengeratkan pelukannya. Lelaki itu mencoba lagi untuk menyingkirkan Kiana dalam pelukannya. Ia tersenyum senang saat tangan kirinya telah terbebas dari kepala Kiana, sekarang sisa tangan Kiana yang melingkarkan lengannya di perutnya. Drake memegang tangan Kiana hati-hati. Ia mengangkatnya untuk menyingkirkan lengan kurus itu. Ia bernapas lega, akhirnya tangan kurus itu telah ia singkirkan dari perutnya. Dengan gerakan pelan lelaki itu menjauh. Namun baru beberapa langkah, Kiana memegang ekornya cukup kencang. Dengan refleks lelaki itu menggit lengannya sendiri untuk meredakan suranya yang menahan sakit. “Jangan pergi.” Kiana mengigau dalam tidurnya. Akhirnya Drake menyerah dan membiarkan Kiana memegang ekornya. Ia pasrah. Ia berubah menjadi naga kecil dan tertidur di samping Kiana. Tiga puluh menit kemudian akhirnya Kiana bangun dari tidur nyenyaknya. Hal pertama yang ia lihat adalah seekor naga kecil yang ada di sampingnya. Kedua matanya berkaca-kaca. Ia mengucek matanya untuk memastikan bahwa yang ia lihat bukanlah sebuah mimpi atau pun hayalannya. “Kelvin ...” lirihnya. Drake bangun dari tidurnya. Ia menatap Kiana yang berkaca-kaca. “Ada apa dengannya?” batinnya cuek dan ingin melanjutkan tidurnya. Namun saat Drake ingin menutup kedua matanya, Kiana mengendongnya cukup erat dan menangis sejadi-jadinya. “Kelvin ... terima kasih ... kau telah kembali. Kamu ... ke mana saja?” kata Kiana sambil tersedu-sedu. Ia tak bisa membendung air mata bahagianya. Ia tak sendiri lagi. Ada Kelvin naga kecilnya yang menemaninya. “Apa kau lapar? Kamu mau makan ikan?” tanyanya pada Kelvin. Kiana tersenyum kecut. Naga kecilnya hanyalah hewan biasa, ia tak mungkin bisa berbicara dan mengerti ucapannya. Saat Kiana berdiri, ia menyadari beberapa pakaian ada di sampingnya. Selain baju, beberapa uang dan makanan juga ada di samping pakaian. “Kenapa ada pakaian, uang dan makanan di sini?” batinnya. Ia menatap Kelvin dan tersenyum. “Ternyata kau pembawa keberuntungan,” kata Kiana senang dan merasa bangga ada Kelvin di sisinya. Wanita itu memegang roti yang di bawa Drake tadi. Membagi dua makanan itu dan memberikannya pada Kelvin. Namun naga kecilnya tak ingin makan. “Ada apa? Kau tak suka makan roti?” tanyanya pada Kelvin. Sebuah ide tiba-tiba terlintas dalam pikirannya. “Ahh, mungkin kamu mau makan ikan, yah!” pekiknya. Wanita itu berdiri mencari tali, setelah itu mengikat naga kecilnya di pohon supaya Kelvin tak kabur saat ia menangkap ikan di sungai. Drake hanya pasrah saat kakinya diikat ke sebuah pohon yang ada di pinggir sungai. Lelaki itu memperhatikan Kiana yang terlihat bahagia menangkap ikan untuknya. “Mungkin dengan ini aku bisa menjaganya. Berpura-pura sebagai naga kecilnya,” batin Drake menatap Kiana sendu. “Semoga saja kejadian di masa lalu tak terulang lagi.” Tak lama kemudian Kiana kembali ke darat setelah menangkap dua ikan besar di sungai. Ia menyalakan api unggun dan membakar ikan tangkapannya. Ia mengulurkan ikan bakar untuk Drake. Lelaki itu menyantap masakan Kiana dengan lahap. Setelah menghabiskan makanan. Kiana menghitung jumlah uang yang di bawa Kelvin untuknya. “Wah! Banyak sekali!” pekiknya kegirangan. “Dengan uang sebanyak ini, aku bisa turun ke kota untuk mencari tempat tinggal.” Akhirnya Kiana memutuskan untuk turun ke kota. Namun terlebih dahulu Kiana membuat kandang kecil untuk naga kecilnya menggunakan pisau yang selalu ia bawah. Ia memotong pohon bambu untuk di jadikan kandang. Ia tersenyum senang menatap kandang buatannya. Wanita itu memasukkan naga kecilnya di kandang baru buatannya. Ia mengganti pakaiannya. Namun ia bernapa kecewa. Pakaian yang di bawa Kelvin semuanya pakaian untuk laki-laki. “Tidak apa-apalah. Setidaknya lebih bagus ketimbang pakaian yang aku gunakan sekarang,” batinnya sebelum mengganti pakaiannya. Kiana tersenyum-senyum menatapa pantulan dirinya di sungai. Ia menggulung rambutnya layaknya seorang lelaki. “Wah! Aku terlihat tampan juga,” kata Kiana narsis. Kiana merapikan semua barang-barang bawaannya sebelum berangkat menuju kota yang ada di luar hutan untuk mencari penginapan. Kiana melangkah dengan wajah gembira, sesekali ia bernyanyi untuk meredakan rasa lelahnya yang telah melangkah berkilo-kilo meter. Sesekali ia berhenti untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya. Kiana melewati sebuah desa kecil, tempat wanita yang di tolong oleh Drake tadi pagi. Seorang wanita cantik yang merupakan anak kepala desa menghampiri Kiana. “Apa kau sahabat dari lelaki pemilik baju ini?” tanyanya pada Kiana. “Lelaki?” Wanita itu mengangguk. “Tadi pagi pakaian ini aku berikan pada seorang lelaki tampan yang telah menyelamatkan ku dari para perampok,” kata anak kepala desa. “Maafkan aku. Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja pakaian ini ada di sampingku saat aku bangun dari tidur.” “Wah, lelaki itu sangat baik. Telah menyumbangkan pakaian ini untuk mu,” kata anak kepala desa. Kiana hanya tersenyum menanggapinya dan kembali melanjutkan perjalanan menuju kota yang tak jauh dari desa kecil itu. Hari semakin gelap, wanita itu mempercepat langkahnya sebelum malam tiba. Tak lama kemudian, ia tersenyum saat ia melihat siluet cahaya yang menandakan kota yang ia tuju ada di hadapannya sudah sangat dekat. Hari semakin gelap saat ia tiba di kota. Kota yang ia tempati sekarang adalah kota Norm. Kota kecil yang terkenal sangat damai dan tentram. Kiana memesan sebuah kamar untuk menginap bebrapa hari kedepan dengan uang pemberian dari lelaki yang belum ia ketahui siapa. Setelah merapikan barang-barang bawaannya. Kiana keluar bersama dengan Kelvin untuk mencari udara segar dan ikut merayakan fastival lampion yang tengah di selenggarakan sekaran. Setelah memasang lampoin wanita itu mengelilingi kota dan sesekali membeli cemilan yang belum penah ia makan sebelumnya. Setelah menikmati fastival wanita itu kembali ke penginapannya bersama Kalvin naga kecilnya untuk beristirahat. Kini kota menjadi sepi karena para penduduk telah kembali kerumah masing-masing. *** Beberapa vampire memasuki kota. Tubuhnya yang berlumuran darah dan taring panjang mencuat keluar terlihat sangat mengerikan. “Siapa di sana?” seorang lelaki paruh baya mendekati vampire yang kini tak bisa mengontrol dirinya. Lelaki paruh baya itu terduduk lemas menatap makhluk mengerikan di hadapannya. Ia berusaha menjauh. Namun vampire itu begitu cepat hingga kini berada di belakan tubuhnya. Erangan kesakitan keluar dari mulut lelaki paruh baya itu saat vampire menyerangnya dan menghisap darahnya hingga habis. Tak lama kemudian lelaki paruh baya itu membuka matanya yang kini berubah menjadi merah. Lelaki itu melangkah memasuki rumah yang ada di sekitarnya dan menyerang semua para pendudk yang ia temui. “Pesta dimulai.” Seorang lelaki, tengah mengawasi tiap-tiap vampire yang ada di kota di sebuah pohon besar. Ia tersenyum menyeringai mendengar teriakan-teriakan dari para penduduk yang di serang oleh vampire bawahannya. Vampire telah menyebar di kota itu. Terjadi p*********n. Kebakaran, teriakan minta tolong dan tangisan anak kecil terdengar di mana-mana. *** Kiana yang tertidur pulas di penginapan tidak menyadari bahaya yang ada di sekitarnya. Sedangkan Drake yang mencium aroma mayat dan kebakaran mulai merasa cemas. Drake mencoba membuka kandang buatan Kiana. Tak lama kemudian sebuah dombrakan pintu mengagetkan Drake yang berusaha membuka kandang Kiana. “Vampire?” batin Drake. Vampire itu berjalan mendekati Kiana yang tertidur pulas. Drake semaki cemas saat vampire itu semakin dekat dengan tubuh Kiana yang tertidur nyenyak. “Tidak.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD