BAB 77

1851 Words
             “Kiana kenapa jalanmu masih pincang? Apa kau terjatuh lagi kemarin?” tanya Krein. Melihat Kiana yang lagi-lagi pincang membuatnya semakin cemas dan curiga tentang apa yang sahabatnya lakukan tiap hari.              “Ahh. Ha ha ha. Iya aku terjatuh lagi kemarin,” jawab Kiana gugup dan tertawa canggung.              “Kau harus lebih hati-hati lagi.”              “Emmm.”              Keduanya pun kembali melanjutkan perjalanan menuju kelas mereka. Dalam hati Krein mulai bertanya-tanya dan semakin curiga dengan kaki pincang Kiana.              “Sepertinya dia menyembunyikan sesuatu,” batinnya. *****              Di dalam kelas proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Tapi saat ini Kiana tak baik-baik saja. Ia cukup tertekan dengan Icarus yang terus menatap ke arahnya. Aura lelaki itu sangat mendominasi dan mencekam seakan ada asap hitam yang mengerubuni lelaki itu. Kiana mencoba untuk menyembunyikan wajahnya dengan buku pelajaran.              “Gawat! Gawat! Gawat! Sepertinya dia telah menaruh dendam padaku. Bagaimana ini? Apa dia akan mencari kesempatan untuk membunuhku? Apa yang harus aku lakukan? Dia pasti benar-benar ingin menerkamku karena kemarin malam menabraknya,” batin Kiana takut. Tubuhnya sedikit gemetar tapi mencoba untuk tak memeperlihatkan ketakutannya.              “Ada apa denganmu Kiana? Kenapa kau terlihat ketakutan?” tanya Krein yang ada di sampingnya.              Kiana berbalik menatap Krein. “Tidak ada apa-apa,” jawab Kiana pelan. Wanita itu kembali menatap Icarus dan lelaki itu sudah tak melihatnya.              “Ahhh. Dia sudah tak melihatku.” Kiana pun menghela napas pelan. ****            Saat jam pelajaran pertama selesai. Krein dan Kiana merapikan buku-bukunya. “Aku ke toilet sebentar. Kau tunggulah di sini.”            “Emm.”            Kiana duduk kembali di tempatnya. Tapi saat ia berbalik lagi-lagi ia melihat Icarus yang juga menatap ke arahnya. Bulu kudung wanita meremang seketika. “Krein! Tunggu aku! Sepertinya aku juga ingin ke toilet!” pekik Kiana cepat dan mengejar sahabatnya.            “Ahhh. Leganya ...” seru Krein lega dan keluar dari toilet. Kiana yang juga baru keluar langsung mengecek keadaan sekitar. Melihat ke kanan dan ke kiri.            “Sepertinya dia tidak ada,” batinnya.            “Ada apa, Kiana? Tingkahmu dari tadi sangat aneh.”            “Ahhh. Tidak ada apa-apa kok. He he he...”keduanya pun kembali berjalan menuju kantin. Di perjalana menuju kantin lagi Kiana melihat Icarus yang juga berjalan tepat di depan mereka.            Tekanan yang begitu kuat dan sangat mendominasi membuat nyalinya menciut. “Ayo cepat kita ke kantin.” Kiana segera memegang tangan Krein dan menarik wanita itu berjalan cepat. Tak ingin melihat Icarus lebih lama lagi. ****            Krein dan Daniel tangah duduk berdua kantin sedangkan Kiana sedang memesan makanan. “Aku rasa Kiana tengah menyembunyikan sesuatu. Setiap hari kakinya pincang dan ia terus pulang tengah malam. Aku tidak tahu apa yang ia lakukan saat selesai jam pelajaran.”            “Sepertinya kata harus mencari tahu tentang apa yang ia lakukan tiap hari.”            “Emmm. Selesai jam pelajaran nanti kita mengikuti ke mana Kiana pergi.”            “Emm.”            “Kalian sedang membicarakan apa?” tanya Kiana saat wanita itu telah kembali memesan makanan.            “Ahhh. Tidak ada apa-apa. kok. He he he ...”            Ketiganya pun kembali makan bersama sambil mengobrol. ****            Sesuai dengan aktifitasnya sehari-hari. Selesai jam pelajaran Kiana tetap tinggal di kelas hingga semua siswa pergi. di sisi lain. Krein dan Daniel tengah memperhatikan Kiana dari kejauhan. Menunggu apa yang akan wanita itu lakukan.            Sedangkan Kiana yang tengah duduk diam di kursi sedikit bimbang. Ia bungung antara pergi latihan di tempat biasa atau tidak. Tapi saat ia mengingat wajah Icarus wanita itu kembali ragu. Ia takut saat ia latihan seorang diri di lapangan itu Icarus akan melancarkan aksi pembunuhannya.            “Bagaimana ini? haruskah hari ini aku libur latihan saja?” tanyanya pada diri sendiri.            “Tapi kalau aku tidak latihan. Kekuatanku tak akan pernah meningkat. Arghhhh .... menyebalkan sekali ...” Kiana mengacak-acak rambutnya frustasi memikirkan keadaanya yang membingunkan.            Di sisi lain. Krein dan Daniel yang sedang memperhatikan Kiana dari balik pintu mengerutkan dahi melihat tingkah Kiana yang aneh. “Dia sedang apa? apa tiap hari dia hanya duduk diam di sana?” tanya Krein bingung.            “Ehh. Dia berdiri. Ayo cepat bersembunyi ...” bisik Krein cepat saat Kiana terlihat akan meninggalkan kelas.  Kedua sahabat Kiana pun bersembuyi dan mengikuti wanita itu ke mana Kiana pergi.            Tapi, langkah Krein terhenti saat menyadari ke mana Kiana akan pergi. “Tunggu! Sepertinya Kiana kembali ke asrama.”            Dan benar juga Kiana pun masuk ke kamarnya setibanya ia di asrama.            “Sepertinya aku kembali ke asramaku kalau begitu,” ujar Daniel yang sedikit kecewa.            “Iya. Besok saja kita mengikutinya.”            “Emmm.” ****            Esok harinya, Daniel dan Krein mengunggu Kiana meninggalkan kelas dan berencana untuk mengikutinya sekali lagi. Tapi, lagi-lagi wanita itu kembali ke asrama. Dua sahabat Kiana itu pun mendesah kecewa. Hari ini ia belum tahu ke mana wanita itu beberapa hari kemarin.            Hingga di hari ke tiga. Kiana tetap seperti biasanya. Ia tak melakukan apa-apa dan kembali ke asrama. “Apakah Kiana tahu kalau kita mengikutinya?”            “Emmm. Sepertinya begitu ...”            “Mulai besok kita berhenti saja untuk mengikutinya.”            “Iya.” ****            Di malam hari. Kiana termenung dengan berbaring di ranjangnya sambil menatap langit-langit kamarnya. “Apa Icarus sudah melupakan kejadian malam itu yah? aku sudah bolos tiga hari karena takut pada Icarus. Haaaa ... harus kah aku memulai latihan kembali besok? Tapi bagaimana jika aku bertemu dengannya lagi? apakah aku akan aman atau tidak? Aissss .... menyebalkan sekali ... kenapa juga aku harus berurusan dengan lelaki itu ...”Geram Kiana frustasi sambil mengacak-ngacak rambutnya hingga berantakan. ****            Seperti hari-hari biasanya. Kiana berangkat ke kelas bersama dengan Krein. Setibanya di kelas hal pertama kali ia cari yaitu Icarus. Desahan napas lega pun keluar dari mulutnya saat tak mendapati lelaki itu berada di kelas. Hingga jam pelajaran pertama berakhir lelaki itu tak kunjung datang membuat Kiana tersenyum senang. Itu artinya hari ini ia bebas latihan. Ia tak akan bertemu lagi dengan Icarus yang bermuka menyeramkan itu.            Melihat Kiana yang tersenyum-senyum dari tadi membuat Krein heran. “Hei. Kenapa kau cengar-cengir dari tadi? Apa ada hal baik terjadi padamu?”            “Emmm. aku senang karena Icarus hari ini tidak masuk. He he he ...”            “Apa hubungannya dengan kesenanganmu?”            “Ada deh ...” ****            Selesai jam pelajaran. Kiana pun melangkah menuju belakan Academic menuju lapangan luas tempat ia latihan. Sayangnya hari ini Krein dan Daniel tak mengikuti Kiana dan tak tahu apa yang wanita itu lakukan.            Setibanya di tempat latihan. Ia memperhatikan sekelilingnya. Karin dan dua temannya tak pernah mengunjunginya latihan. “Apa mereka terlalu sibuk yah. Hingga melupakan janji mereka untuk melatihku?” batin Kiana sedih.            Tak ingin berlarut-larut dengan kekecewaannya. Wanita itu segera latihan dengan berlari lapangan dengan karung pasir di tubuhnya.            Hari semakin gelap saat Kiana menyudahi latihannya. “Ahhh. Semoga saja besok aku sudah bisa mencapai angka lima puluh,” desah Kiana. Hari ini ada peningkatan sedikit dengan angka dua puluh lima menjadi empat puluh. Sisa sepuluh putaran lagi dan dia akan bisa mencapai angka lima pulus seperti yang Karin katakan. Ia tak sabar dengan latihan apa yang akan Karin berikan setelah ia menyelesaikan latihan pertama.            Sama seperti sebelumnya. Selesai latihan. Ia terus mendapatkan cemilan berupa makanan kesukaannya di dekat ia menaruh tas. Wanita itu menatap sekelilingnya. Lagi-lagi ia tak melihat siapa pun.            “Sebenarnya siapa sih yang menaruh cemilan ini di sini?”            Masih dengan penuh tanda tanya di otaknya. Wanita itu berjalan lemah kembali ke asramanya. Berkali-kali ia mendesah berat saat ia tak menemukan jawaban tentang pertanyaannya.            Hingga sebuah tubuh besar menabraknya. “Arkhhhh ...” Kiana terjatuh terduduk di tanah. Wanita itu menatap si pelaku penabrak. Lagi-lagi lelaki yang tak ingin ia temui berada di hadapnnya.            “Ka ... ka  .... kau ....” rasa takut seketika menghantuinya. Tubuhnya gemetar dan bersiap-siap akan melarikan diri.            “Maafkan aku ... sungguh aku tak sengaja dan jangan bunuh akuuu!” pekik Kiana cepat dan melarikan diri.            Saking takutnya Kiana melupakan arah jalan pulang berakhir di tempat  yang sangat sepi dan gelap. Kiana merutuki kecerobohannya. “Aiiissss. Siall gara-gara lelaki itu aku berada di sini.”            Kiana pun putar arah. Kembali ke tempat ia berbelok tadi. Namun, hal mengejutkan kembali terjadi. “AAAAA!” Kiana berteriak kencang kala ia melihat sosok Icarus berada di hadapnnya dengan wajah dingin dan aura yang mencekam.            Kiana meringsuk mundur. Hingga tak sengaja ia menginjak batu dan membuatnya terjatuh di tanah. Ini sudah kedua kalinya ia terjatuh malam ini. Sungguh sial nasibnya saat ia bersama Icarus.            “Ap_”            “AKU MOHON JANGAN BUNUH AKU. SUNGGUH AKU TAK SENGAJA MENABRAKMU KEMARIN. AKU MOHON LEPASKAN AKU. AKU TAK AKAN MENGANGGUMU LAGI ... SUNGGUHHH ...” pekik Kiana cepat memohon ampun dan memotong perkataan Icarus. Tak lupa ia mengetupkan kedua telapak tangannya di hadapannya Icarus.            Icarus menggaruk tengkungnya yang tidak gatal. “Ada apa dengannya?” batinnya.            “Siapa juga yang ingin  membunuhmu? Dengar yah. Aku hanya ingin mengembalikan tasmu yang terjatuh tadi,” ujar Icarus dingin.            “Eh?” Kiana segera mengangkat kepalanya dan benar apa yang di katakan Icarus. Lelaki itu sedang menenteng sebuah tas.            “Ahh. Benar juga tadi tasku terjatuh dan tak sempat mengambilnya karena keburu takut,” batin Kiana yang sedikit malu.            Kiana pun berdiri dan mengambil tasnya dengan malu-malu. “Maafkan aku dan terima kasih.” Icarus mengangguk dan mulai melangkah meninggalkan Kiana.            Beru saja Kiana ingin melangkah. Icarus tiba-tiba saja menghentikannya. “Tunggu sebentar.” Kiana berbalik menatap Icarus menunggu perkataan lelaki itu.            “Jangan berkeliaran saat malam hari. Kau adalah seorang gadis dan sangat berbahaya jika kau berada di luar,” ujar lelaki itu sebelum pergi meninggalkan Kiana.            Setibanya di asrama Kiana terus mengingat perkataan Icarus yang menurutnya sangat perhatian. Ternyata ia salah sangka pada lelaki itu. Mungkin wajah Icarus memang menyeramkan jadi banyak siswa yang takut.            Selain mengingat perkataan Icarus Kiana juga mengait-ngaitkan kejadian-kejadian aneh yang menimpanya. Terutama saat ia menemukan cemilan kesukaannya selesai latihan. Tak hanya itu, selesai latihan ia terus bertemu dengan Icarus saat pulang di malam hari.            “Mungkin kah ... dia orangnya ...” ****            Esok harinya di kelas. Kiana terus memperhatikan Icarus dari kejauhan. Semua teka-teki yang selama ini membuatnya bingung mengarah pada lelaki itu.            “Tak salah lagi pasti dia orangnnya ...” hingga jam pelajaran selesai, pandangan Kiana tak pernah lepas dari Icarus. Untuk memperjelas ia harus menanyakan langsung pada Icarus. Ada maksud apa lelaki itu membawakannya terus cemilan. Apakah lelaki itu menyukainya hingga melakukan hal seperti itu?            Saat guru yang mengajar telah keluar. Kiana segera bangkit dari tempatnya dan menghampir Icarus yang masih duduk diam di kursinya. Beberapa siswa terdiam saat melihat Kiana menghampir Icarus. Tak terkecuali Krein sahabat baiknya pun ikut terdiam mematung. Semuanya menunggu apa yang akan Kiana lakukan pada lelaki itu.            “Ada apa?” tanya Icarus dingin saat melihat Kiana berdiri di depannya.            Kiana tak menjawab. Wanita itu mengambil napas dalam-dalam dan memantapkan kepercayaan dirinya.            “Kau ....” semua mata tertuju pada mereka. Sangat penasaran dengan apa yang akan Kiana katakan pada Icarus lelaki yang terkenal kejam dan keji.            Icarus mengerutkan dahinya menunggu Kiana menyelesikan perkataannya. “Kau ...” nada suara Kiana sedikit gemeta saking gugupnya.            “Apa kau menyukaiku?” TBC                                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD