BAB 76

1216 Words
           Saat tengah malam Kiana kembali ke kamarnya dengan tubuh lelah dan lesu. Hari ini ia masih belum bisa mencapai lima puluh putaran. Tubuhnya keburu lelah dan tak bertenaga lagi jadi ia memutuskan untuk cepat pulang.            Setibanya di depan kamarnya ia melihat sebuah tumbuhan hijau dekat pintunya. Wanita itu mendekat dan mengambil tumbuhan itu. “Inikan tumbuhan obat herbal. Siapa yang menaruh tumbuhan ini di sini?” tanya Kiana bingun. Wanita itu memeerhatikan pintu kamar Krein yang tepat berada di sampingnya. Dari luar ia bisa melihat lampu kamar Krein sudah mati yang menandakan sang pemilik kamar sudah tidur.            “Mungkin kah ... Karin dan dua temannya yang menaruh obat herbal ini di kamarku? Bukankah hanya mereka yang tahu jika aku sedang latihan ...”            “Sepertinya besok aku harus berterima kasih pada mereka bertiga.”            Dengan langkah tertatih wanita itu pun masuk ke kamarnya. Mengolah tumbuhan hijau itu mejadi obat. Setelah ramuannya selesai wanita itu segera mengolekannya pada tubuhnya yang sedikit memar dan kedua lututnya yang berdarah akibat terus terjatuh saat latihan tadi.            “Arkggg ...” Kiana meringis saat merasakan perih pada lututnya saat ia mengoles ramuat tersebut.            “Sangat sakit dan perih,” Lirihnya.            Tanpa menganti pakaian wanita itu segera membaringkan tubuhnya. Ia sudah sangat lelah dan letih. Yang ia butuhkan saat ini juga adalah istirahat.            Dalam hitungan detik dengkuran halus pun keluar dari bibir gadis tersebut. Seorang lelaki yang sedari tadi bersembuyi pun keluar. Drake mendekati ranjang Kiana dan duduk di samping wanita itu. mengelus pelan rambut Kiana.            “Tidurlah yang nyenyak ...” bisiknya lalu menghilang. ****             Esok harinya di kelas. Kiana terus memikirkan bagaimana caranya ia berterima kasih pada Karin dan dua temannya.            “Apa yang kau pikirkan?” tanya Krein saat melihat sahabtanya bengong dari tadi.            “Tidak ada. Aku ke kamar mandi dulu ...” Kiana segera melangkah keluar kelas dengan langkah tertatih. Melihat langkah Kiana yang tak bisa membuat Krein curiga. Wanita itu pun mengikuti Kiana dan menunggu Kiana di  luar toilet.            “Ahhh. Leganya ....” desah Kiana lega.            “Kakimu kenapa?” sebuah suara yang sangat ia kenal menghentikan langkah Kiana saat wanita itu akan berjalan kembali ke kelas            Kiana berbalik dan mendapati Krein tengah menatapnya dengan penuh selidik. “Ahh. Krein aku kira siapa.”            “Kau belum menjawab pertanyaanku. Kakimu kenapa? Kenapa jalanmu pincang?”            “Ohhh. Itu kemarin aku tak sengaja terjatuh. He he he. Dan kedua lututku pun terluka ...” jawab Kiana gugup.            “Apa kau tak apa-apa?” tanya Krein cemas seketika saat mednegar Kiana sudah jatuh.            “Aa. Aku sudah tidak apa-apa. Aku sudah mengolesnya dengan obat.”            “Em. Baiklah. ayo kita kembali ke kelas.”            Krein pun mengandeng tangan Kiana menuju kelas. Dan tak lama kemudian sang guru yang sedari tadi mereka tunggu pun akhinya datang. Pelajaran pun di mulai. ****            Saat berada di kantin, Kiana terus memperhatikan sekelilingnya. Melihat ke kanan dan ke kiri. Mencari Karin dan dua temannya. “Kau mencari siapa?” tanya Daniel.            Krein dan Daniel yang melihat tingkah Kiana pun semakin bingun. “Tidak ada, kok. He he he  ...” jawab Kiana berbohong.            Ketiganya pun kembali makan bersama sambil mengobrol dan hingga selesai makan. Kiana masih tak menemukna Karin membuatnya terus mendesah kecewa.            “Mungkin aku akan mencari di kelasnya,” batin Kiana. ****            Selesai jam pelajaran. Saat Krein dan Daniel sudah kembali ke asrama. Kiana pun berjalan menuju kelas dua tempat Karin dan dua temannya belajar. Dan sesuai dugaan tiga gadis cantik itu memang berada di kelasnya. Sayangnya mereka bertiga tengah mengobrol dengan teman sekelasnya. Membuat Kiana harus bersabar menunggu.            “Hei. Lihat kenapa gadis jelek itu berada di sana?” tanya salah satu siswa saat menyadari keberadaan Kiana di depan pintu kelas. Karin dan dua temannya yang melihat Kiana pun menjadi kesal. Karin memeberikan sebuah kode pada Kriya untuk mengusir Kiana.            Mengerti maksud temannya. Kriya pun berjalan mendekati Kiana. “Ada apa kau kemari?”            “Aku hanya ingin menemui kalian.”            “Memangnya ada apa? Kau menganggu saja. Kau membuat Karin malu. Sebaiknya kau pergi dari sini.” perkataan Kriya membuat Kiana sedikit sakit hati. tapi ia mencoba untuk tidak marah.            “Aku hanya ingin berterima kasih padanya telah membawakanku cemilan saat latihan kemarin.”            “Apa cemilan? Untuk apa Karin membawakanmu makanan.”            “Jadi bukan kalian yang membawa cemilan itu?”            “Tentu saja bukan kami. Kami terlalu sibuk untuk mengurusimu. Sebaiknya kau cepat pergi dari sini. Sebelum banyak orang yang melihatmu.”            “Baiklah. Aku akan pergi ..”Lirihnya. ****            Kini Kiana duduk menyendiri di lapangan yang ada di belakan Academic. Wanita itu terus memikirkan dan bertanya-tanya siapakah yang memberinya cemilan kemarin. Tapi, satu jam telah berlalu dan wanita itu masih tak menemukan jawaban.            “Mungkinkah Drake kembali?” tanya Kiana dalam hati. semua cemilan yang ada kemarin semuanya adalah kesukaannya. Dan hanya Drake yang tahu tentang makanan kesukaanya.            “Ah. Tidak mungkin. Lelaki itu pasti sudah hidup bahagia entah di mana.” Wanita itu mengeleng-gelengkan kepalanya dan menyangkal dan terus menyakinkan dirinya bahwa Drake tidak mungkin kembali.            “Ahhh. Aku latihan saja deh.”            “Semangat Kiana. Kau pasti bisa mencapai angka lima puluh!” pekik Kiana menyemangati dirinya sebelum memulai latihan pisik. Tanpa Kiana sadari Drake terus memperhatikannya dan mengawasi apa yang Kiana lakukan. ****            Seperti hari-hari sebelumnya, wanita itu akan menyudahi latihan saat hari sudah sangat gelap. Kiana melepas ikatan karung pasir di tubuhnya dan berjalan mendekati kursi tempat ia menyimpan tas dan buku-bukunya.            Sama seperti kemarin. Saat ia kembali untuk mengambil tasnya ia terus mendapati cemilan di dekat tasnya. Kiana pun melihat ke kanan dan ke kiri memncari siapa pun yang ada di sekitarnya. Tapi bola matanya tak kunjung melihat siapa pun. Hanya ada dia sendir di lapangan luas itu.            Angin tiba-tiba berhembus dan mengelitk tengkuk Kiana membuat bulu kudung wanita itu meremang. Aura di sekitarnya sektika berubah. Kiana mengusap tengkuknya dan berbalik menatap belakan tubuhnya. Tak ada siapa pun.            “Jangan-jangan ada hantu di sekitas sini ....” gumam Kiana yang mulai merasa takut.            Kiana segera mengambil cemilan-cemilan itu dan memasukkannya ke dalam tas sebelum ia lari terbirit-b***t menuju asramanya.            Drake yang sedari tadi bersembuyi seketika tertawa terbahak-bahak melihat Kiana ketakutan dan lari terbirit-b***t.            “Dia lucu sekali saat ketakutan ... ha ha ha ...” ****            Kiana terus berlari sekuat tenanga dan tak ingin melihat ke belakan. Bangunan-banguna yang ia lewati sangat sepi tak ada siapa pun yang berlalu lalang menambah aura mencekam saat itu juga.            “Kenapa rasanya asramaku sangat jauh ...” pekik frustasi. Kiana ingin cepat-cepat sampai di kamarnya. Berada di luar saat malam hari sangatlah berbahaya apa lagi dia adalah seorang gadis.            Kiana hanya fokus pada pelarianya hingga ia tak melihat seorang lelaki berada di depannya. Dan tak lama kemudian Kiana pun terjatuh saat menabrak tubuh kekar lelaki tersebut.            “Arkhhh ...” Kiana meringis kesakitan.            “Yakkk! Kalau jalan lih_” bentakan Kiana seketika terhenti saat melihat siapa yang ia tabrak. Perkataan-perkataan Krein tentang lelaki di hadapannya pun terlintas di pikirannya.            “Gawat! Aku menabraknya, apa dia akan marah dan menerkamku?”            “Apa ka_”            “Maafkan aku. Sungguh aku tak sengaja. Maafkan aku ... dan .. dan jangan bunuh akuuuu!” Kiana segera berdiri dan memohon maaf sebelum melancarkan aksi pelariannya.            Icarus menatap kepergian Kiana aneh. “Ada apa dengannya?” TBC  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD