23. Perhatian yang Intens

2144 Words

“Hahaha aku ngomong apa sih? Makin malem obrolan kita bukannya makin bener malah makin ngaco ya?” Alle menertawakan dirinya sendiri, merasa konyol dengan apa yang baru saja ia sampaikan pada pria di seberang meja itu. Sena tidak ikut tertawa, bahkan tersenyum pun tidak. Raut wajah pria itu terlihat serius, bahkan menarik napasnya panjang juga keras. “Nggak. Buatku itu nggak ngaco. Apa yang kamu bilang bener. Kita butuh waktu sendiri untuk sadar, kalau kita rindu, kalau kita butuh kehadiran satu sama lain.” Senyum di wajah Alle hilang, wanita itu kini menatap pria di seberangnya dengan tatapan lurus yang serius. Mereka bertatapan satu sama lain, tanpa kata, tanpa sela, tanpa intrupsi selama beberapa detik yang berlalu begitu saja. Alle yang akhirnya mengalihkan pandangannya lebih dulu,

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD