16

1488 Words
Ayu keluar dari dalam rumah dan menarik Lova masuk ke dalam lagi. Ayu hanay bisa berbisik pelan, "Kamu gak malu apa, Lova? Mau ketemu sama calon mertua kamu?" Lova memilih diam dan enggan bicara. Rasanya percuma membela diri kalau pada akhirnya, Lova hanya menelan pil pahit karena Papa Candra dan Mama Ayu lebih percaya pada Pak Rey dari pada putrinya sendiri. Ayu membawa Lova masuk ke kamar pribadinya dan di dudukkan di kursi rias. Ayu memnag pandai berdandan, ia pernah mengikuti les make up artis tapi tidak untuk dikomersilakn melainkan hanay untuk ilmu diri sendiri karena bosa berada di rumah setiap hari. Dalam sekejap, wajah Lova pun sudah mirip seperti artis korea yang sedang di elu -elukan disini. Ayu juga membuka lemari pakaiannay dan mengambil dres miliknya yang kini sudah kekecilan. Memang koleksi dres pendek sang mama itu bagus -bagus dan cantik -cantik. Ayu termasuk wanita yang mengikuti tren baik gaya rambut dan model pakaian. Jadi koleksi pakaiannay pun sangat modis. "Lova gak suka baju ini, Ma ... Tipis banget ... Mana keteknya kelihatan lagi ..." ucap Lova tidak percaya diri. Ayu terkekeh melihat putrinya yang sudah beranjak gadis tapi kurang mengikuti mode. "Kamu ini anak kuliahan tapi alim banget. Kamu gak lihat apa? Teman -teman kamu itu pada keren, modis dan ngikutin tren masa kini. Lha kamu? Lihat, milih baju kayak gini, sendal begini. Kamu mau bikin malu orang tua kamu?" tanya Ayu segera membuka pakaian yang akan dikenakan oleh Lova. "Mama gak ngerti sih ..." ucap Lova kesal. "Lho .. Papa dan Mama itu sanagt ngerti Lova. Kamu bawa pacar yang ternyata kalian ingin serius. Kita apresiasi dengan baik lho. Papa kamu juga effort dan merasa cocok sama Rey ... Udah, ngobrolnya nanti lagi. Kasihan Rey nanti nunggu lama ..." titah Ayu pada putrinya. Lova terpaksa memakai dres kuning berbahan tipis seperti sutera. Panjangnya hanya di atas lutut dan tanpa lengan. Rambutnya di kepang dua ala gadis tempo dulu. Tetap cantik dan sanagt unik sekali. Tidak lupa memakai sepatu flat berbahan rajut berwarna putih. Temanya seperti musim semi. Ayu kembali mmebawa Lova ke dpean dan kini membuat Rey menatap Lova sampai tak berkedip. Rey dan Candra sedang melanjutkan permainan caturnya. Karena ada suara dari dalam, Rey pun menoleh ke arah dalam dan tidak bisa berkata -kata. Rey spontan berdiri, begitu juga dengan Candra yang menyenggol lengan Rey dengan keras, "Putrinya Papa tuh. Si botol yakult ..." Candra terkekeh sendiri setelah menyebut Lova dengan sebutan botol yakult. Lova juga menatap Rey yang tak berkedip. Hatinay was -was dan jantungnya berdegup lebih cepat. Serasa ingin lepas dari dalam tubuhnya. "Cantik kan? Rey, Mama cuma bisa bilang, titip Lova dan pulang jangan larut malam ..." titah Ayu pada Rey. "Siap Ma ..." jawab Rey mantap. Candra merangkul Rey dan menepuk bahunya dengan pelan. "Kalau mau beli seserahan dari sekarang juga gak apa -apa. Atau mahar gitu ..." ucap Candra denagn sneyum lebar. "Siap Pa ... Asal Lovanya mau dan gak keberaan aja .." jawab Rey dengan sennag hati. "Papa ... Lova cuma mau main bukan mau pindahan kesana. Jadi gak perlu seserahan atau mahar. Buat siapa?" ucap Lova kesla. "Buat kamu dong, Lova sayang .. Rey itu maunya sama kamu. Kalau dengan mama kamu, bakal papa ajak tarung ..." jelas Candra lagi. Lova segera menutup pembahasan ini. "Ayo Pak Rey ... Kita berangkat sekarang. Lova pergi dulu, Pa, Ma ..." pamit Lova pada kedua orang tuanya. Pacara pura -pura ini malah buat Lova jadi ribet dan rugi. Ya, rugi waktu, rugi tenaga dan rugi mental. Rey dan Lova sudah berada di dalam mobil. Sejak tadi, Lova sibuk dengan ponselnya. Gadis mungil itu begitu tenang dan santai memainkan jari jemarinya dia tas keypad dan raut wajahnya terlihat sangat serius sekali. Musik jazz yang menemani perjalan mereka pun hanay dianggap angin lalu saja. Mobil Rey sudah berbelok ke arah perumahan elit dan masuk di gang pertama di kavling clustre VIP. Rey menghentikan mobilnya dan menetralkan mesinnay agar tidak berjalan lagi sambil mengangkat rem tangan. Lova mengangkat wajahnya dan melihat ke depan yang sudah berada di daerah perumahan milik Rey. Mobil itu berhenti tepat di depan rumah Rey. "Bisa turun sekarang tuan putri ..." ucap Rey terkekeh. "Hmmm ... Kita cuma pura -pura, Pak. Jadi gak usah bikin Lova baper ..." jelas Lova lagi. Lova turun dari mobil dan tanpa sengaja, ia menatap seorang laki -laki naik motor besar yang ada di seberang jalan. Wajah laki -laki itu sangat tidak asing sekali. Lova mengerutkan keningnya dan menatap lekat untuk memastika di atidak salah lihat. Benar saja, lelaki itu Cakra. Cakra membuka helm ful facenya dan turun dari motornya menghampiri Lova. Beberapa hari yang lalu, Lova dan Cakra sedang salah paham. Tapi, bukan salah paham. Bukti itu snagat jelas dan sangat nyata. Cakra tidak bsia mengelak lagi dan harus mengakui kesalahannya. "Lova ..." panggil Cakra dengan lantang. Lova membelalakkan kedua matanya yang indah ke arah Cakra. Ia begitu kaget sekali. Ia pikir, ia bakal memergoki Cakra tapi malah ia yang dipergoki seperti ini. Kesalahan Cakra sanagt fatal. Lova bersumpah tidak akan pernah kembali lagi dengan Cakra, apapun alasannya. Walaupun Cakra menangis dan memohon -mohon. Perselingkuhan Cakra sudah intim. Itu tandanya sudah tidak ada maaf lagi. Cakra memegang lengan Lova dan menarik lengan kecil itu ke arah Cakra. "Kamu apa -apaan? Mau jadi cewe gak bener?" tanya Cakra sinis sambil melihat ke arah rumah yang besar di gang itu. "Lo apa -apan sih?!" teriak Lova menepis tangan Cakra dari lengannya. Satu kata saat ini untuk Cakra. RISIH! Rey keluar dari mobilnya. Ia sempat melihat Cakra dari arah seberang lalu mendekati Lova. Rey memutari mobilnya dan merangkul pinggang langsing Lova dengan erat dan merapatkan ke tubuhnya. "Kamu siapa? Berani sentuh istri saya?" ucap Rey tegas. Sejauh ini, Cakra tidak akan mebgenal Rey. Mereka tidak berada di Fakultas yang sama dan bukan dari jurusan yang sama juga. "Istri? Dia pacar saya," titah Cakra denagn galak. "Pacar? Baru jadi pacar saja sudah bangga. Saya sudah jadi suaminya ..." ucap Rey lantang. "Buktiin kalau anda suami Lova? Paling selingkuhan? Atau Lova sudah jadi wanita panggilan?" ejek Cakra membuat Lova sangat geram. PLAK! "Cukup Cakra! Kita udah putus sejak saat lo selingkihin gue. Lo malah bercinta sama Siska di Kos. Lo gila! Sakit jiwa! Kalau lo sekarang mau sama gue? Lo udah terlambat. Gue sama Mas Rey itu sudah SAH jadi suami istri ..." jelas Lova lantang. "Buktinya apa? Lo berdua aja gak punya cincin kawin ..." ejek Cakra lagi. "Ini rumah mertua gue ..." jelas Lova lagi. "Bukti gitu gak cukup." Suara Cakra semakin terdengar sengit sekali. Rey ikut naik pitam dan kesal dnegan orang seperti Cakra. Tangannya semakin erat memeluk pinggang Lova dan mencium pipi Lova secara spontan. Alih -alih ingin membuat Cakra semburu. Sayang Cakra hanya tertawa. Dua orang di depannya ini nampak canggung dan tidak lepas. Ini yang dinamakan suami istri. "Masih mau main drama?" tuduh Cakra lagi. Ucapan Cakra membuat Rey semakin marah. Ia mendorong tubuh Lova ke mobil agar tubuhnya bersandar dan memluk Lova dengan erat. Tangannya memegang pipi Lova yang dingin. Lova terkejut bukan main. Kedua matanya melotot menatap Rey. Bibir Rey mendekati bibir Lova dengan pasti. Bibirnya gemetar dan menempel di bibir Lova. Niatnya cuma ingin meyakinkan Cakra saja. Lova terdiam, tubuhnya mendadakk beku tak bergerak dan kedua matanaya terpejam. Seolah sedang merasakan ciuman Rey yang sama sekali kaku itu. Ini ciuman pertama Lova. Cakra belum pernah mencium bibir Lova. Karena Lova tidak pernah mau pergi nge -date. Alasannya selalu tidak diijinkan oleh Mama dan Papa Lova. Jadi, Cakra tidak pernah punya kesempatan untuk mencium Lova. Tapi, lelaki di depan Lova ini dengan mudahnya mencium Lova. Padahal, Cakra yakin seklai, kalau lelaki ini bukan kriteria Lova. "Cukup! Muak, lihatnya! Liat lo, Lova! Gue bakal bikin perhitungan sama lo!" ucap Cakra begitu marah. Rey menatap Cakra yang sudah kembali ke motor besarnya dan pergi dengan laju motor yang sangat kencang. Rey melepas pelukannya pada Lova dan merapikan kembali pakaian Lova dan dirinya yang terlihat agak kusut. "Maafkan saya ..." ucap Rey lirih. Lova hanya mengangguk kecil. Ia tahu, Rey hanya ingin melindungi Lova. Cuma itu saja. "Saya malah merepotkan Pak Rey ... Ma -maaf ..." jelas Lova terbata. "Yuk ... Masuk ke dalam ..." titah Rey menggandeng tangan Lova yang dingin sekali. Rey membawa masuk Lova ke dalam dan langsung disapa oleh Sela. "Halo ... Mantu kesayangan yang imut -imut ..." sapa Sela begitu sumringah. "Iya Tante ..." jawab Lova masih gugup. Ia masih syok dengan kejadian baru saja. "Kok manggilnya Tante sih ... Mama aja, kayak Rey manggilnya ..." titah Sela pada Lova. "Iya Tan ... Eh Ma ,..." jawab Lova kikuk sekali. Ternyata bermain sandiwara itu tidak mudah. Banyak hal yang harus dipelajari dan kompak. "Ma ... Biarin Lova istirahat dulu. Lelah lho habis joging ..." bela Rey pada Lova. "Ya udah, Mama buatkan minuman yang segar ..." ucap Sela lagi yang langsung masuk ek dalam rumah. Lova tidak tahu bagaimana beretika ke rumah orang. Apalagi ini rumah Pak Rey.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD