15

1035 Words
Lova melirik sinis ke arah Rey yang masih menelepon seorang wanita. Dari panggilannya sih, sambungan telepon itu dari mamanya. Tapi, soal panggilan mama itu bisa kepada siapa saja kan? Mungkin Pak Rey punya bucinan yang dia tutup rapat agar tidak ada orang yang tahu dan mereka saling memanggil papa mama. Bisa jadi kan? Lova merapikan kembali rambutnya agar masih tetap mencepol ke atas. Telingannya di pasang dengan tajam untuk mendengarkan sedikit percakapan antara Pak Rey dengan wanita yang dipanggilnya dnegan sebutan Mama. Pandangan Lova berjalan dari arah kanan ke kiri. Ia melihat semua aktivitas orang -orang di weekend ini. Cukup seru, dan cukup menyenangkan. Sepertinya joging memang jadi tren masa kini, tapi tetap kulineran yang dituju banyak orang. Joging hanya sebatas kamuflase saja. Samar Lova mendengar Pak Rey bicara lembut, "Iya nanti pulang. Iya nanti dibawain ... Iya. Udah dulu ya ..." Suara Pak Rey terdengar lembut, manja, meyakinkan dan sedikit kekanak -kanakan. Rasany ingin tertawa tapi harus Lova tahan. Takutnya, Pak Rey tahu kalau sedang dipantau olehnya. "Papa dan Mama kamu kemana ya?" tanya Rey tiba -tiba sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celana trainingnya. Lova menoleh ke arah Rey dan tersenyum lebar. "Kalau ada urusan, lanjut aja. Nanti Lova bilang sama papa dan mama kalau Pak Rey sudah pulang duluan dan kita bsia naik taksi online kok," ucap Lova tersenyum penuh arti. Rey menggeelngkan kepalanya pelan, "Enggak. Saya gak ada acara kok." "Oh iya ... Nanti kalau kelamaan disini malah ditelponin terus lho ... Lova yang merasa bersalah," ucap Lova dengan sedikit nada mengejek. "Maksud kamu apa sih, Lova?" tanya Rey bingung. "Ya ampun ... Katanya dosen lho ... Sekelas dosen itu kuliahnya juga lulusan S2 kan? Masa mencerna kalimat gadis yang katanya si botol yakult aja gak bisa sih ..." ucap Lova sengit. Rey terkekeh lalu megangguk paham. "Karena kamu gadis botol yakult, makanya sulit saya cerna. Bahasamu itu kelabu, harus pake bahasa kalbu ..." ucap Rey malah menggoda Lova. Senjata makan tuan kan? Tadinya Lova yang mau godain Rey dengan mengejek. Tapi malah dia yang kea batunya sendiri. "Sh1t! Nyebelin banget sih, Pak!" ucap Lova keras. Rey langsung menoleh ke kiri dan ke kanan. Untung saja tidak ada orang yang melihat ke arah mereka. Bisa runyam nanti. Dikiranya Rey melakukan perbuatan tidak baik pada gadis di bawah umur. "Ssstt ... Jangan keras -keras, Lova. Saya cuma bercanda lho ..." terang Rey dengan nada memohon. "Bodo! Lova pengen buru -buru satu bulan. Kenapa sih, masih lama banget!" umpat Lova dengan suara keras. "Apanya yang atu bulan Lova?" tanya Candra yang baru saja kembali dari jalan sehat yang sudah mendapat dua putaran di GOR. "Eh ... Anu ... Papa kok udah dateng sih?" ucap Lova gugup. "Kenapa memang kalau Papa sudah datang? Memang kamu mau ngapain?" tanya Candra melotot. "Eung ... Gak ngapa -ngapain Pa. Cuma, kok udah datang. Gitu aja," ucap Lova bingung. "Gini Pa. Lova katanay tadi mau main ke rumah, biar lebih dekat sama Mama dan Papa Rey. Mereka juga pastinya senang kalau Lova datang," jelas Rey dengan kalimat yang begitu lancar sekali. Lova langsung menggoyangkan tangannya seperti sedang melambai. Ia ingin meyakinkan kedua orang tuanya bahwa ia tidak bicara seperti itu tadi. "Enggak Pa," ajwab Lova cepat. Rey langsung merangkul Lova dan tersenyum sambil menjelaskan lagi, "Maklum kalau perempuan kan sering manipulatif kalau malu." "Aha ... Benar sekali. Bawalah, Lova ke rumah kamu, biar bisa masak juga. Biar gak introvet bisanya cuma jajan dan nonton drakor. Papa pusing liatnya. Untung saja, Lova sudah punya pacar kayak kamu. Kayaknya hidup dia bakal bisa lebih produktif lagi ..." jelas Candra pada Rey. "Siap Pa. Asal Papa dan Mama percaya dengan Rey. Rey siap menjaga Lova dengan baik sampai maut memisahkan kita berdua ..." jawab Rey begitu mantap dan sangat yakin. "Apa?! Papa kita berdua tuh ...." ucapan Lova langsung disela oleh Ayu. "Pa ... Kayaknya mereka udah cocok banget. Gimana kalau kita nikahin saja. Rey juga sudah mapan, bisa ngasih pengaruh yang baik sama Lova juga .."pinta Ayu pada suaminya. Candra menatap Ayu dan menjawil dagu sang istri dengan gemas. Mungkin kalau bukan berada di luar, Candra sudah mencium pipi kanan dan kiri Ayu hingga basah. Tidak lupa, bibir Ayu yang tipis juga harus kena kokopan kasih sayang. "Ide bagus sayang. Rey, Papa kasih kamu waktu satu bulan untuk mempersiapkan pernikahan kalian. Sanggup?" tanya Candra serius. "Sanggup Pa," jawab Rey begitu lantang tanpa ada keraguan sedikit pun. Lova menoleh ke arah Rey dan melotot tajam sambil memukul lengan Rey hingga rangkulan itu terlepas dari bahu Lova. "Awww ... Sakit sayang ..." ucap Rey dengan suara manja menggoda. "Ihhh .... Jijay banget sih, Pak!" teriak Lova risih. Lova langsung berdiri dari tikar anyaman plastik itu dan menunjukkan raut wajah tak suka. "Lova ... Mulai sekarang kamu harus nurut sama Rey. Dia calon suami kamu. rey, bawa orang tua kamu main ke rumah Papa dan Mama ...." titah Candra pada Rey. Senyum Rey semakin lebar dan puas. Ia merasa semua usahanya ini berjalan lancar dan tidak sia -sia. Niat hati ingin cari pacar pura -pura saja, malah beneran dikasih restu tanpa banyak effort lagi. Ini yang dinamakan rejeki anak sholeh. *** Rey mengantarkan Papa dan Mama Lova pulang ke rumah dulu dan menunggu Lova mengganti pakaian yang pantas untuk main ke rumah Rey atas perintah Candra, papanya. Lova tidak bisa berkutik lagi. Dari pada Papanya murka dan tidak lagi memberikan uang jajan dan tidak mau membayar uang kuliah Lova. Itu lebihg mengerikan dibandingkan harus berjodoh dengan dosen tua sok muda yang alay banget. "LOva sudah siap ..." ucap Lova tanpa menunjukkan ekspresi bahagia. Rambutnay dibiarkan terurai tapi kusut seperti tidak menyisir. Dan parahnya lagi, Lova memilih pakaian dres yang kebesaran agar tidak terlihat cantik. Lova sengaja agar dirinay terlihat kuno dan sama seklai gak moderen. Biar orang tua Rey ilfil. Candra menatap Lova dari ujung kaki sampai ujung kepala. Pakai sandal jepit pelangi, dres biru tua seperti noni belanda dan rambut panjang ayng terurai tanpa di sisir. Wajahnya juga hanay memakai bedak bayi yang sama sekali tidak rata di kulit wajahnya. "Kamu apa -apan Lova? Mau mempermalukan Papa dan Mama kamu? Pakai pakaian begini sama saja kamu mengejek orang tua kamu!" tegas Candar tak suka. Candra berdiri dan langsung masuk ke dalam rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD