14

1049 Words
Lova terlihat sangat menikmati sekali, malahan terkesan seperti orang yang kelaparan. Ia membuka kantung plastik berisi cilor dan sempol ayam secara bersamaan. Lalu mengambul masing -masing stau tusuk dan menikmatinya secara bergantian. Rasa aci dan daging ayamnya benar -benar terasa sekali di tambah saus yang sudah diencerkan ditambahkan bumbu ajaib ala abang tukang jualannya semakin endul rasanya. Rey menyuap buburnya pelan -pelan. Ia tremasuk tim bubur yang di aduk. Smeua diaduk rata termasuk sambal satu plastik yang diberikan sang penjual tadi. Beberapa sate telur puyuh, ampela ati ayam dan usus ayam di lepaskan dari lidi dan dicampur menjadi satu. Candra sudah selesai makan. Ia menyeruput teh manis yang ada di cup. Ayu juga sudah hampir selesai makan ketupat sayurnya. Kuahnya sanagt enak sampai beberapa kali di seruput dan di cocol dengan kerupuk berwarna pink. Top markotop sekali. Keringat Ayu sampai keluar semua, karena rasa segar dan panas bercampur menjadi satu hingga membuat suhu di dalam tubuhnya juga meningkat. "Sudah selesai sayang?" tanya Candra menyodorkan cup teh pada sang istri dan mnegelap sisa bumbu ketupat sayur di dekat bibir Ayu. Ayu hanya mengangguk pelan karena mulutnya maih penuh dengan suapan terakhir. "Hmm ... Kebiasaan kalau makan kayak anak kecil ..." ucap Candra tanpa rasa malu membuat Lova dan Rey yang ada disana merasakan malu. Lova memilih menunduk dan menghabiskan satu per satu tusukan sempol ayam dan cilor. Katanya sih, gak bagus makan makanan beginian kalau terlalu banyak. Tapi mau gimana lagi, makanan viral ini tuh enak pake banget ditambah semakin nyandu. Walaupun terbuat dari bahan alami tapi campurannya memang kadang kurang agak sehat. Tapi enak. Ahhh ... Bodo amatlah. kapan lagi ada yang traktir kayak begini. Candra memberikan kode keras kepada Ayu saat menutup sterofom sisa ia makan tadi. "Lanjut olah raga lagi sayang ..." ucap Candra sambil menepuk -nepuk perutnya yang besar dan membulat ke depan seperti badut. "Yuk Pa ... Sekalian cari kulineran lainnya lagi ..." ucap Ayu begitu sumringah. Suatu kewajaran, jika Mama Ayu itu senang jalan dan makan. Ini disebabkan waktunya sudah habis berada di rumah. Mama Ayu termasuk wanita dependen yang pyur hanya mengurus rumah saja. Jadi segala sesuatunya memang harus di provide oleh Candra. Tikar anyaman plastik itu hanya menyisakan dua anak manusia yang masih sibuk dnegan makanan mereka. Kedua orang tua LOva juga langsung pergi tanpa pamit seolah mereka berdua itu tidak ada. Lova semakin keki dan bingung. "Pa ... Ma ... Lova gimana?" tanya Lova teriak keras. "Ada Rey ..." jawab Papa Candra menoleh sekilas dan menunjuk ke arah Candra yang mengangguk sambil tersenyum. Lova menoleh ke arah Rey yang menurutnya sok kegantengan walaupun memang ganteng tapi capernya itu sanagt luar biasa. Eh ... Gak caper juga sih. Tapi, pokoknya dia ngeselin banget. Gampang banget ngambil hati Papa Candra sampai se -luluh itu pasti dia pakai pelet. Lova kembali fokus pada makanannya. Memnag makanan ini cocoknya sambil rebahan dan nonton drakor bukan malah duudk di atas tikar sambil joging. Rey menutup sterofom miliknya karena bubur ayamnya sudah habis. Ia meminum cup teh miliknya dan mengumpulkan sampah menjadi satu untuk dibuang ke tong sampah nantinya. Lova hanay melirik saja. Makanannya masih sangat banyak sekali. Masih ada martabak telor, cilung, batagor, tapi perutnya mulai penuh sesak dan terasa kenyang. "Hawanya enak ya ..." ucap Rey tiba -tiba. Rey menseonjorkan kakinya dengan dua tangan menyangga ditubuhnya di belakang hingga posisinya seperti setengah duduk. Lova melirik ke arah Rey sekilas sambil mengangguk dan bersuara sekenanya, "He em." Tatapan Rey mulai fokus pada satu anak balita yang berjoget -joget di atas tikas sambil memegang kue karena ada musik dari ponsel orang tuanya yang di setel dengan sangat keras. Sangat lucu sekali. Senyumnya terbit dan bibirnya mmebntuk lengkungan bulan sabit seperti orang tertawa. Sudah lama, Rey mendamba memiliki anak kecil. Pasti lucu dan menggemaskan sekali. Apalagi kalau ibunya si botol yakult, ini sih bakal double coulpe lucunya. "Ngapain Pak? Senyum -senyum gitu," ucap Lova ikut terekkeh. Lucu lihat wajah Rey yang tampan tapi kayak takjub lihat sesuatu. Pandangan Lova ke arah mata yang di tuju Rey. Lelaki itu ikut tersenyum emlihat balita satu tahun lebih itu berjoget denga riang. "Lihat itu aja, lucu ..." jawabnya singkat. "Bikin dong yang lucu kayak gitu ... Secara Pak Rey kan tampan, pasti anaknya juga gak kalah ganteng kayak Bapak ..." puji Lova sambil menyeruput es cekek di tangannya. Perutnya benar -benar kenyang. Sudah tidak bisa lagi ditambah makanan lagi, padahal nafsu makan Lova sangat besar sekali. Rey menoleh ke arah Lova yang juga sedang menatap Rey dengan kagum dari arah samping. baru kali ini, ia santai melihat Rey, dosen bisnisnya itu. Ternyata sangat tampan sekali. Wajahnya dari samping trelihat menggemaskan. Semuanya nampak sempurna. "Sama kamu buatnya?" tanya Rey serius. "Ehh ... Kok sama Lova. Sama pacar Pak Rey ... Lova cuma pacar pura -pura. Ingat tuh ..." jelas Lova lagi. "Kalau emang cuma pacar pura -pura, jangan sampai kamu jatuh cinta sama saya," ucap Rey tertawa. "Dih ... Pak Rey kepedean banget sih. Siapa juga yang jatuh cinta sama Bapak. Inget ya, Saya Lovana Putri bin Candra Putra Kusuma tidak akan jatuh cinta dengan dosen sendiri. Itu tidak akan terjadi. Dan kalau itu terjadi, Lova siap berlari keliling lapangan kampus sambil berteriak saya jatuh cinta dengan nama dosen saya itu sebanayak seratus kali putaran ..." ucap Lova tertawa puas. Ia merasa hal itu tidak mungkin terjadi. Tepat di saat itu, si cupid yang bertugas mengawal dunia manusia untuk menguntit Rey dan Lova pun memanah hati Lova dan Rey agar benar -benar menyatu tidak lama lagi. (Kalian itu berjodoh tapi gengsi kalian itu terlalu tinggi) Si Cupid tertawa puas dan tetap terbang menebarkan aura kebahagian dan cinta di antara mereka. "Deal ... Saya bakal melamar kamu di Kelas, kalau samapi saya jatuh cinta sama kamu, botol yakult," ucap Rey serius. "Oke deal. dan berhenti ngomong botol yakult!" ucap Lova kesal. "Papa kamu aja manggil kamu si botol yakult, kenapa saya gak boleh? Toh, di Kampus juga, cuma saya yang tahu," ucap Rey mengejek. "Ihhh ... Ngeselin banget Pka Dosne ini ..." ucap Lova kesal. Ponsel Rey berbunyi, ia melihat nama sang Mama muncul di layar ponselnya. Rey menoleh ke arah Lova dan memberikan telinjuknya di depan bibir dnegan maksud agar Lova diam dulu untuk smeentara waktu karena Rey mau angkat telepon. (Hallo Ma ... Gimana?) Suara Rey terdengar lembut dan sopan sekali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD