Lova menambah tenaganya untuk berlari secepat kilat. Tapi tenaga dan energi si botol yakult itu kan tidak ada apa -apanya dibanding tenaga Pak Rey yang kuat seperti kuda sumbawa.
Pelan tapi pasti, Pak Rey tetap bisa mengejar Lova yang mati -matian berlari kencang. Keringatnya sudah mengucur diseluruh tubuh Lova. Lihat saja semakin licin dan kemilau saat terkena sinar matahari.
"Pelan -pelan aja. Nanti tenaga kamu habis," ucap Rey lagi.
Lova menoleh ke arah Rey dan kembali menatap ke arah depan. Lova sudah lama sekali tidak joging. Napasnya mulai terengah -engah padahal baru mulai. Tubuhnay mendadak lemas juga. Ia memelankan langkah kakinya dan kemudian mulai berhenti sambil mengatur napasnya yang ngos -ngosan.
"Saya bilang apa. Santai aja. Jadi gini kan. Kita istirahat dulu deh. Itu disana, kita sewa tikar aja," titah Rey pada Lova.
Lova masih mengatur napasnya. Huh ... Rasanya benar -benar lemas dan ingin pingsan.
Rey sudah mencari tempat dan menyewa tikar di tempat yang masih kosong dengan calo penyewa tikar.
Lelaki itu langsung menggandeng tanagn Lova dan membawanya ke tempat tikar yang sudah dipesan oleh Rey.
Lova menatap tikar anyaman yang berada dibawah pohon palem. Sungguh adem sekali.
Rey sudah melepas sepatunya dan membuka ikatan tali sepatu Lova agar Lova lebih cepat melepas sepatunya.
"Sini duduk," titah Rey yang sudah melepas tali sepatu Lova dan mendongak ke arah Lova.
"Ehh ... Kenapa dibukain, Pak? Lova bisa sendiri kok," ucap Lova tidak enak hati.
"Gak apa -apa. Pasangan yang baik itu kan saling membantu bukan saling menyuruh," jelas Rey lagi dnegan kata -kata yang begitu menenangkan Lova.
Rasanya tuh, nyes banget.
Lova duduk di tikar sambil melihat banyak orang yang masih berolah raga. Kakinya diselonjorkan karena sempat keram sedikit tadi.
"Kakinya masih sakit?" tanya Rey lagi.
"Eh ... Enggak sakit kok. Biasa aja," jawab Lova gugup.
"Jelas -jelas, kaki kamu itu sakit tadi. Kalau gak sakit, jalanmu gak bakal kayak orang pincang," ucap Rey lagi.
"Hmmm ... Pak Rey tuh mantau Lova ya?" tanay Lova penuh percaya diri.
"Bukan mantau sih. Lebih tepatnya, memang gak sengaja lihat. Kalau sakit juga, saya yang bakal repot," jelas Rey lagi. Intonasinya memang satu oktaf lebih tinggi membuat Lova pun keki.
"Ishh ... Tadi kayak keram gitu dibagian betis sini," ucap Lova sambil memegang betisnya yang mulus.
"Boleh saya pegang? Mau di pijat sedikit," ucap Rey lagi.
"Enggak boleh! Nanti Pak Rey m3sum!" bisik Lova amat tegas. Lova memijat sendiri kakinya yang sakit.
"Kalau saya mau, bisa saya lakukan dnegan wanita lain yang lebih cantik dan mot0k dari kamu. Ngapain saya m3sum dengan cewek kurus, kecil, kayak kamu. Kayak gak ada yang lain aja," ucap Rey sedikit kesal.
Siapa yang tidak kesal dibilang dosen m3sum. Niatnya mau bantu beneran malah dkatain m3sum.
Lova tetap kekeh dengan pendiriannya. Intinya urusannya dengan Pak Rey itu hanya pacar pura -pura saja.
Ayu dan Candra datang dengan senyum merekah. Wajah mereka berkeringat dan sedikit memerah karena cahaya matahari. Tapi aura bahagianya terpancar jelas.
"Lho ... Kok kalian sudah disini sih? Memang sudah selesai jogingnya?" tanya Candra mentaap LOva yang memijat kakinya snediri.
Rey tersneyum simpul, "Ini kakinya Lova sakit. Gimana kalau kita sarapan dulu aja. Kita pesan makanan dan makan disini?"
"Ide cakep itu. Habis joging terus makan," ucap Candra setuju.
Ayu juga mengangguk setuju. Namanya emak -emak urusan makanan dan jajan itu nomor satu. Berbeda dengan Lova yang nampak tak suka dengan ide itu.
"Lova mau pulang aja. Kaki Lova sakit," jelas Lova memelas.
"Makan dulu, sayang. Mama lapar," pinta Ayu sedikit merengek.
"Ckkk ... Iya deh," jawab Lova pasrah.
Rey mengulum senyumnya. Sampai detik ini, semuanya berjalan dengan lancar.
Rey dan Candra pergi mencari makanan. Ada bubur ayam, kupat sayur, ketoprak, cilo, seblak, dan aneka jajanan viral yang pastinya enak.
Candra memesan bubur ayam dan kupat sayur untuk istrinya. Sedangkan Rey memilih bubur ayam juga.
"Lova suka sarapan apa, Pa?" tanya Rey sopan.
"Apa ya? Si botol yakult itu susah -susah gampang," ucap Candra sambil mengusap perutnya sendiri yang besar karena mencium aroma kaldu bubur ayam yang sangat wangi itu.
Rey terkekeh setiap Papa Candra menyebut Lova dengan sebutan si botol yakult. Padahal Lova tidak sekecil itu. Mungkin itu yang dinamakan panggilan sayang.
"Rey kembali dulu ke tempat tadi. Mau tanya, Lova lagi ingin makan apa?" ucap Rey ingin pergi dari sana.
"Gak usah Rey. Mending kamu, belikan apapun yang menurut kamu dia suka. Kamu percaya sebuah cemistry gak?" tanya Candra begitu serius.
Rey mengangguk pelan. "Percaya Pa."
"Kamu kudu yakin, kalau Lova jodoh kamu. Lalu kamu juga kudu yakin, kalau apapun yang kamu beli itu, Lova pasti suka," jelas Candra.
"Perempuan itu jangan dimanjakan. Jangan ditanya mau apa. Dia bakal selalu bilang terserah. Atau bakal bilang hal yang ambigu dan ujung -ujungnya malah debat. Langsung saja kamu belikan, dan dia pasti bakal memakannya. Baik perempuan atau laki -laki pasti akan sangat berterima kasih pada pemberian pasangannya. Konteknya penerimaan ya," imbuh Candra lagi menjelaskan panjang lebar.
Rey mengangguk paham. Sesuai nasihat Papa Candra, Rey pun selain membeli bubur, juga membeli makanan lain. Walaupun ia tidak tahu makanan apa yang disukai oleh Lova. Maklum, baru kenal dan langsung ditembak menjadi pacar pura -pura. Seru juga sih, dan pada akhirnya, Rey malah ingin mengenal Lova lebih jauh.
Akhirnya, Rey mendapatkan apa yang kira -kira disukai oleh remaja saat ini. Kebetulan setelah membeli bubur dan ketupat sayur. Papa Candra kembali lebih dulu. Jadi Rey, ada waktu untuk memilih beberapa makanan dan mensurvei ira -kira makanan apa yang disukai gadis seusia Lova.
Trenyata melakukan riset itu juga penting.
"Maaf lama ya ... Antri," ucap Rey meletakkan beberapa bungku plastik di tengah -tengah tikar.
Lova menatap makanan yang biasa ia beli di abang -abang yang suka lewat di kompleks rumahnya.
Matanya tak bisa berbohong, ia suka dengan makanan yang dibawa oleh Rey.
"Mau yang mana pilih saja," titah Rey pada Lova.
Rey mengulum senyum bahagia. Ia melihat binar mata Lova saat melihat makanan itu.
Bayangkan saja, ada cilor, cilok, batagor, cimin, sempol ayam. Uh ... Sungguh berselera sekali pagi ini. Minumnya es cekek gula batu. Sungguh nikmat bukan?
Lova melihat -lihat isi makanannnya dan smeuanya memang kesukaan Lova. Tapi, Lova harus tetap bergaya sok agar tidak terlihat serakah.
"Ambil sjaa semua kalau suka. Saya yang ini aja. Bubur ayam ..." ucap Rey singkat.
Lova mengangkat wajahnya. Ia tidak bis amenhaan lagi rasa senang dan mengambil semuanya.
"Lova ..." panggil Ayu dengan kode mata.
"Mama ... Pak Rey sudah kasih ke Lova semua." jawab Lova membela diri.
"Iya tapi kan, makannya tetap satu per satu ... Jangan bikin malu ah ..." titah Ayu sambil menikmati kupat sayur kesukaannya.
Candra menyenggol lengan Rey dan tersenyum penuh arti. Rahasia antar lelaki itu tetap aman bukan.