12

1056 Words
Pagi ini, Lova sengaja tidak mandi, bahkan ia tidak cuci muka, apalagi gosok gigi. Ia sengaja membuat Pak Rey itu ilang filing dengannya. Lova hanya mengganti pakaiannya dengan apakain olah raga. Ia sengaja memilih pakaian yang seidkit seronok dengan warna terang agar menjadi pusat perhatian. Celana pendek warna putih berbahan jersey yang pas dengan tubuhnya dengan tanktop pendek warna pink yang begitu seksi. Cukup emmakai sport bra agar payud4r4nya yang kecil agak terlihat sedikit berisi. Lova tertawa di dalam hati. Pak Rey pasti kesla melihat ia memakai baju seksi begini. Karena menurut cerita Pak Rey, ia dulu paling sebal dengan kekasihnya yang suka memamerkan aurat. Lova memakai bandana kuning dengan rambut di gulung ke atas semua yang hanya di jepit asal namun tetap rapi dan stylish. Ponselnya digantungkan di leher menggunakan tali ponsel khusus yang kuat dan ia memakai sepatu berwarna pelangi. Sepatu baru pemberian sang Papa saat ulang tahun beberapa bulan lalu. Dan kali ini baru di perawani. Not Bad, batin Lova mengaca di depan kaca panjang dekat pintu kamar. "Cukup berisi lah ya ..." ucap Lova dengan dirinya snediri sambil memegang dua bok0ngnya yang memang tidak sem0k. Dan memegang dua gunung kembarnya yang sama sekali tidak terlihat belahannya. Apa karena ini, Lova diselingkuhi oelh Cakra? Siska itu mont0k abis. Tubuhnya sintal dan mengegmaskan. Sedangkan dirinya? Seperti kutilang darat (kurus tinggi langsing, dad4 rata) Lova menuruni anak tangga dan ia berteriak keras hingga smeua orang menoleh ke arahnya. "I'm coming ... Ayo joging," ucap Lova keras. Saat sudah berada di lantai bawah, Lova hanya bisa nyengir kayak kuda kelaparan. "Kenapa pada ngeliatin Lova kayak gitu?" ucap Lova langsung turun rasa percaya dirinya. Lova pikir, Mama dan Papanya bakal bilang. "Cantik banget anak mama. " Ternyata enggak. "Eum ... Ayo kita berangkat sekarang," ucap Rey kemudian memecah keheningan yang tercipta beberapa detik saja itu. Ayu dan Candra juga langsung mengangguk dan menjawab kompak, "Ayo." "Lova begini bagus kan?" tanya Lova pada ketiga orang yang berdiri di depannay seperti sedang terkejut. "Bagus kok. Cantik," ucap Rey memuji. Lova memutar kedua bola matanya malas. Rey yang menyetir, Candra duduk di samping Rey. Sedangkan Lova dan Ayu duduk di kursi bagian belakang. Lova menyilakan kedua kakinya diatas jok. Ia memang selalu begitu. Punggungnya bersandar dengan nyaman. Tidak lupa kaca mata potokromik sudah terpasang menutupi mata indahnya. Ayu mendekati Lova dan berbisik pelan sekali, "Sayang ... Kamu gak malu pakai baju kayak gitu?" LOva mneoleh ke arah sang mama dan tersenyum lebar, "Enggak. Ini kan pakaian joging, Ma. Kenapa malu? Orang mau renang cuma pakai bikini aja juga gak malu." Suara Lova yang khas dengan lengkingan manja itu membuat Rey menatap Lova dari arah spion tengah mobilnya. Candra juga menoleh ke arah Lova dan hanya menatap sekilas pada putri semata wayangnya itu. "Lova cantik kok, Ma," ucap Rey denagn senyum lebar. Lova langsung mendelik. Keduanya matanay melotot tajam ke arah spion tengah itu. "Pak Rey manggil apa tadi? Ma? Gak salah?" tanya Lova bingung. "Lova ... Kalian itu kan sudah berjodoh, tinggal eksekusi pernikahan saja. Wajar dong, manggil Papa dan Mama sam aseperti kamu manggilnya dnegan sebutan Papa dan Mama. Letak salahnya dimana?" tanya Candra mengulang. "Papa ... Kita ini cuman ...." Suara Lova terpaksa diturunkan setelah Rey dengan sengaja berbicara keras hingga membuat Candra lebih memilih menanggapi Rey yang bertanya soal jalan. Lova memilih diam dan tak bicara lagi. Ia tahu, Pak Rey sedang mengalihkan pembicaraan agar Lova tidak bicara macam -macam. Hampir setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di GOR Pusat Kota. Lova turun dari sisi belakang sebelah kanan. Candra dan Ayu langsung pergi begitu saja menuju lapangan luas di dalam GOR. Lova menatap Rey yang masih mengunci pintu mobil dan menunggunya dengan sabar. Rey menoleh ke arah Lova dan bertanya dengan nada lemah, "Nungguin saya?" "Enggak! Nungguin dosen yang nyebelin dan pintar cari muka. Pak Rey yang terhormat, bapak gak lupa kan sama perjanjian kontrak kita? Hanay satu bulan saja," ucap Lova lagi. "Lovana Putri, mahasiswi saya yang paling menggemeaskan seantero Kampus. Kebetulan, semalam kepala saya kepentok botol yakult kosong. Jadi isi kepalanya saya hanya dipenuhi wajah kamu, si botol yakult," jawab Rey sambil tertawa puas bisa menggoda Lova. "Apaa -apaan sih, Pak. Itu kan ejekan Papa kalau lagi kesal sama Lova. Kenapa juga harus dikasih tahu ke Pak Rey!" ucap Lova kesal. Ia melipat kedua tangannay di depan dad4 dan bibirnya sengaja mengerucut untuk memperlihatkan kalau sebenarnya dia itu lagi kesal dan merajuk. "Saya gak lagi mengejek kamu, Lova. Saya suka kiasan botol yakult itu. Karena menggambarkan kamu banget, yang imut, lucu, dan menggemaskan. Saya suka ..." ucap Rey serius sambil menatap dua bola mata Lova yang indah. Ucapan tadi benar adanya. Sebenarnya suatu ungkapan jujur dari dalam hati. "Dahlah, Lova mau olah raga," ucap Lova lagi. Lova beralri pelan menuju lapangan dan Rey mengikutinya. Rey mensejajarkan langkah Lova yang tak panjang itu. Langkah Lova hanay setengah langkah Rey. Terlalu mudah untuk mengejarnya. Semoga saja, cinta Lova juga mudah dikejar. "Kamu sering joging?" tanya Rey pada Lova. "Enggak," jawab Lova singkat. "Kok bajunya keren banget sih? Kayak pelari profesional," goda Rey lagi. "Hmmm ... Emang salah?" tanya Lova lagi. "Enggak salah. Kan bajunya di jual bebas. Kamu juga makenya di lapangan besar ini, dan untuk olah raga. Yang salah mata -mata hidung belang itu yang dari tadi ngeliatin kamu. Karena kamu cantik banget," ucap Rey lagi. "Hmmm ... Membual terus Pak dosen yang satu ini," ucap Lova terkekeh. "Saya bicara jujur, dikira membual. Ngomong -ngomong, kamu gak mandi, gak gosok gigi, gak dandan tapi tetap cantik ya? Aroam kamu juga khas," ucap Rey sambil tersenyum. "Hah! Sial!" Umpat Lova di dalam hati. Sial. Sial! Batin Lova lagi. Tahu gitu dia tadi mandi, gosok gigi, pakai minyak wangi yang banyak dan sunscren biar gak item begini. Lova memilih diam. Ia malu setengah mati. Rey pun hanya tersenyum melihat Lova yang wajahnya memerah karena malu. "Aku suka kok. Mau kamu belum mandi juga ..." ucap Rey kemudian agar membuat Lova seidkit tenang. Tapi, nyatanya Lova yang tidak percaya diri sekarang. Rasanya, kulitnya bersisik dan panas karena paparan sinar matahari pagi. Belek -belek matanya juga masih mengumpul di ekor dan sudut mata depan. Belum lagi aroma ketek yang aduh hai wangi rujak bebek. Boleh gak sih balik ke rumah terus mandi dulu atau ambil minyak wangi biar gak kayak gini jadinya. Niatnya bikin ilfil, malah Lova kena batunya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD