BAB 48 Hilangnya Peta

1312 Words
Ken memekik kaget, tak kalah kagetnya dengan Nao. Lelaki itu segera mendekati saudarnya itu dan membantu Nao mencari petanya. “Kau pasti salah taruh. Sini aku bantu cari,” ucap lelaki itu dan kembali mengeledah barang-barang milik Nao. Namun, mereka tak menemukan apa-apa. Ken pun terduduk di lantai dengan wajah lemasnya. “Bagaimana ini, hanya peta itu satu-satunya jalan untuk menemukan buku sihir,” desahnya lirih. Melihat wajah Ken yang sedih membuat Nao merasa bersalah. “Maafkan aku, ini semua salahku. Sepertinya aku terlalu ceroboh dan menghilangkannya," ucap Nao merasa bersalah. “Sudahlah, bukan salahmu juga. Mau tidak mau, kita harus mencari informasi tanpa mengandalkan peta itu,” jawab Ken. Tok tok tok Sebuah ketukan pintu mengalihkan pandangan mereka. Kedua lelaki itu segera menatap pintu kamarnya. Selang beberapa detik kemudian, Gin memunculkan kepalanya sedikit di balik pintu. “Apa kalian sudah selesai berbenah?” tanya lelaki itu. Bukannya menjawab kedua lelaki itu malah memberikan tatapan sedih pada Gin. “Ada apa? Apa telah terjadi sesuatu?” tanya Gin dan segera memasukkan seluruh tubuhnya ke kamar Nao dan Ken menghampiri dua lelaki itu yang sedang duduk lemas di lantai. “Petanya hilang,” ucap Nao lirih saat Gin mendekat. “APA! PETANAYA HILANG? BAGAIMANA BISA!” Pekik lelaki itu yang juga merasa kaget. “Kami juga tidak tahu. Padahal aku menaruhnya di dalam tasku. Tapi saat aku mencarinya. Petanya sudah tidak ada.” “Jadi bagaimana ini? peta itu adalah satu-satunya petunjuk jalan mencari buku sihir. Kalau tidak ada peta kita akan ke mana.” Di saat ketiganya tengah mengobrol membicarakan peta yang hilang itu, Rei pun masuk. “Ada apa dengan ekpresi kalian?” tanya lelaki itu menatap wajah sedih ketiga sahabatnya. “Itu ... petanya hilang,” jawab Gin. Perkataan Gin seketika membuat Rei berkeringat dingin dan mulai gugup. Gin mengernyitkan dahinya menatap Rei yang diam. “Kau tidak kaget?” tanya Gin lagi saat Rei tak merespon perkataannya. “Ah? Tentu saja aku kaget. Bukankah itu adalah peta yang sangat penting. Tanpa peta itu kita tak bisa menemukan buku sihir. Hanya peta itu satu-satunya petunjuk kita,” jawab Rei cepat dan mengalihkan tatapannya tak ingin menatap Gin. Gin pun menatap Rei dengan serius. “Mungkinkah Rei yang mengambilnya,” batin lelaki itu mencurigai Rei. “Jadi bagaimana? Apakah kita lanjutkan saja perjalanan kita?” tanya Ken pada Gin dan Rei. “Emm, kita lanjutkan saja perjalanan kita menuju desa selanjutnya,” jawab Gin dan mendapatkan anggukan persetujuan dari Rei. Keduanya kembali berbenah dan segera keluar dari kamar penginapan. Setelah membayar uang sewa penginapan keduanya pun segera meninggalkan desa Renndolstra menuju desa selanjutnya. *** Setelah berpamitan pada Pak Velis, Nao dan teman-temannya segera meninggalkan Desa Renndolstra. Untungnya, Nao masih mengingat sedikit jalan menuju desa selanjutnya. Yaitu, desa Drioland. Mereka hanya perlu jalan lurus ke arah barat menyusuri hutan belantara yang bernama Nandown Wilds. Hutan yang sangat berbahaya karena di dalamnya terdapat banyak hewan liar dan monster yang tinggal di hutan tersebut. Sebenarnya ada dua jalan menuju desa Drioland. Mereka harus melewati hutan Nandown Wilds atau Hutan Lush Woods. Hutan Lush Woods adalah Hutan rimba yang tidak terlalu berbahaya. Hanya saja, jika melewati Hutan Lush Woods akan memakan waktu yang sangat lama. Bisa sampai satu bulan berada di hutan. Maka dari itu, keempat lelaki itu memutuskan untuk melewati Hutan Nandowsn Wilds, hutan yang sangat berbahaya namun sangat cepat tiba di desa selanjutnya. Keempat lelaki itu terus jalan lurus dan mengahadapi banyak rintangan yang mereka lalui. Tanpa sadar seorang lelaki yang seumuran dengannya tengah mengikuti mereka dari belakang. “Malam ini kita istirahat di sini, kita lanjutkan perjalan kita besok pagi,” pekik Ken tiba-tiba saat mereka berada di dekat danau. Nao, Gin dan Rei pun mengangguk. Mereka segera menyiapkan bahan bakar dengan mengumpulkan ranting-ranting kayu yang kering untuk persediaan mereka nanti malam. Tak lupa juga mereka mencari bahan makanan atau buah-buahan yang dapat dimakan. Setelah semua persediana mereka selesai, mereka segera beristirahat. Rei tiba-tiab berdiri dan memberikan Gin sebuah isyarat untuk mengikutinya. “Kalian berdua mau ke mana?” tanya Nao. “Ah, aku mau buang air kecil dulu,” jawab Rei cepat. “Lalu kau mau ke mana?” tanya Nao lagi pada Gin. “Ahh, itu aku juga ingin buang air kecil sebentar. Hehehehe ...” Nao pun mengangguk tanpa menaruh rasa curiga sama sekali. *** “Ada apa?” tanya Gin saat mereka sudah jauh dari tempat Nao dan Ken beristirahat. “Kita pergi sekarang juga. Kita tinggalkan mereka berdua.” Perkataan Rei membuat Gin kesal. “Pergi! Kau ingin meninggalkan Nao dan Ken? Kenapa? Bukankah lebih baik kita bersama mereka. Dan kita akan pergi ke mana? Kita tidak tahu jalan.” “Kau tenang saja. Aku punya ini,” ucap Rei sambil menunjukkan peta yang ia sembunyikan dari balik bajunya. Hal itu membuat Gin merasa kecewa pada Rei. “Jadi kau yang mencuri peta mereka,” ucap Gin lirih. “Emm, dengan peta ini kita bisa mencari buku sihir bersama.” “Kau membuatku kecewa,” ucap Gin kesal dan ingin meninggalkan Rei. Namun dengan cepat lelaki itu segera mencegah langkah Gin. “Kenapa? Apa kau masih ingin berkelana dengan mereka?” Gin pun menatap Rei. “Tidak bisakah kau mengebalikan peta itu? Peta itu adalah milik mereka. Kau tidak boleh mengambilnya.” “Aku tidak mau.” “Kenapa?” “Aku tidak bisa berkelana dengan mereka. Pokoknya aku tidak mau.” “Kenapa? Apa kau takut? Apa kau takut dikhianati lagi?” tanya Gin. Rei diam tak menjawab. Gin menghela napas. “Tidak bisakah kau memeceyai mereka? Nao dan Ken bukan orang yang seperti itu,” ucap Gin sekali lagi saat Rei masih tak ingin bicara. “Tidak bisa. Sampai kapanpun aku tidak bisa memercayai mereka berdua. Apa kau ingat saat di desa Trogil? Nao bisa bicara dengan monster, apa kau tidak merasakan ada hal aneh padanya?” “Hal aneh apa?” “Waktu desa kita diserang monster. Seseorang mengendalikan monster itu. Dengan kejam dia memerintahkan monster untuk menghancurkan desa kita dan membunuh teman-teman, kerabat dan orang yang kita sayang. Apa kau melupakan kejadian itu?” “Lalu apa hubungannya dengan Nao? Dan juga, bukan Nao yang menyerang desa kita.” “Iya, aku tahu bukan Nao. Aku juga paham dan tahu dengan jelas siapa yang menyerang desa. Tapi, Nao adalah orang yang bisa bicara dengan monster. Ada kemungkinan Nao bisa mengendalikan monster. Dan aku yakin suatu saat nanti Nao pasti akan seperti orang itu. Jadi, sebelum itu terjadi. Aku ingin kita meninggalkan mereka. Ini adalah keputusan yang baik menurut aku.” *** Di sisi lain, seorang pemuda tengah mengawasi Nao dan Ken dari kejauhan. Beberapa kali lelaki itu menelan ludah menatap Nao yang saat ini sedang memanggang daging monster yang mereka dapatkan saat di perjalanan. Salah satu tangannya pun segera memegang perutnya yang berbunyi minta diisi. Ia sangat kelaparan saat ini. Namun, ia juga tak bisa mendekati Nao dan Ken begitu saja. Di saat ia sedang sibuk mengawasi Nao dan Ken. Seekor monster bersiap-siap menyerangnya. Monster tersebut segera melompat ke arah lelaki tersebut dengan kekuatan penuh bersiap-siap untuk menerkam lelaki itu saat itu juga. Sayangnya, lelaki itu menyadari kedatangan sang monster. Lelaki misterius itu segera menghindar. Menatap sang monster dengan wajah geram karena telah diganggun di tambah saat ini ia dalam keadaan sangat kelaparan. “Berengsek, berani sekali kau menyerangku dari belakang,” desis lelaki itu marah. Tanpa sadar, aura gelap seketika mengerubuni tubuh lelaki itu. Kedua mata lelaki itu pun bercahaya merah saking marahnya. “Mati kau sekarang juga,” desisnya dan segera melayangkan sebuah serang. “Drak Destroyer!” serangan penghanur berwarna hitam itu segera melayang kencang ke arah sang monster. Tanpa bisa menghindar, serangan itu pun berhasil menghancurkan monster tersebut hingga hancur berkeping-keping tanpa sisa sama sekali. Namun, kesialan menimpanya. Saat serangan Drak tersebut menembus pepohonan dan melayang ke arah Nao yang saat ini sedang memanggang daging. “NAO! AWAS!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD