BAB 35 Lelaki Misterius

1106 Words
Kedua mata itu secara perlahan terbuka. Wajah pertama yang ia lihat adalah seorang lelaki yang lebih tua darinya. Lelaki yang sedang menatapnya dengan wajah cemas. “Kau ...” ingatannya kembali beberapa menit yang lalu sebelum ia pingsan. Lelaki yang ada di hadapannya ini adalah orang yang membantunya tadi. Rei segera bangkit dari tidurnya dan segera berdiri dan membungkuk. “Kau adalah lelaki yang membantuku tadi. Terima kasih banyak telah membantuku ... dan ...” Rei mengantungkan perkataannya ia sedikit ragu untuk melanjutkan perkataannya. Sedangkan lelaki itu sedang menunggu kelanjutan dari apa yang ingin Rei katakan.”Bisakah kau menjadi guruku?” tanya Rei dengan nada pelan dan sedikit memohon. Ia sedikit malu untuk meminta pertolongan lelaki yang ada di hadapannya. Padahal mereka baru saja bertemu. Lelaki itu adalah orang asing yang tak pernah ia temui sebelumnya. Tapi, lelaki itu telah membantunya tadi. Maka ia yakin lelaki itu adalah orang yang baik dan dapat di percaya. “Aku tidak bisa,” jawab lelaki itu cepat membuat hati Rei seakan terbelah menjadi dua. Tak menyangka dia akan di tolak. Lelaki yang belum ia ketahui namanya itu segera membelakangi Rei tak ingin menlihatnya. Masih tak menyerah. Rei segera menghadapat lelaki itu terus memohon. “Aku mohon bantu aku ... hanya kau satu-satunya yang ...” Rei segera memegang perutnya yang berbunyi-bunyi sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya. “Makanlah daging ini. Kau pasti lapar,” ujar lelaki itu. Sambil menyodorkan potongan daging bakar di hadapan Rei. Tanpa membuang waktu Rei mengambil pemberian lelaki itu dan memakannya dengan lahap. “Sebaiknya kau kembali ke rumahmu. Orang tuamu pasti sedang mencarimu.” Rei mulai menyadari keadaannya. Sekelilingnya sangat gelap gulita. “Gawat ... ibuku pasti sedang mencariku!” pekiknya kaget. “Maafkan aku orang baik. Aku harus pergi sekarang. Ibuku pasti sedang mencariku!” pekiknya cepat dan segera meninggalkan lelaki misterius itu sambil membawa daging bakar yang masih belum habis. Setelah kepergian Rei lelaki itu menyeringai. *** Esok harinya. Rei bangun pagi-pagi sekali. Mengambil makanan dan cemilan labih banyak dari apa yang ia bawa kemarin sebelumnya. Ia bermaksud memberikan sedikit makanan untuk lelaki misterius itu sekaligus untuk menyogok. Dia berharap dengan pemberiannya lelaki itu akan bersedia menerimanya menjadi murid. “Rei kenapa kau mengambil makanan banyak sekali? Tak seperti biasanya.” “Maafkan aku, Ma. Akhir-akhir ini napsu makanku terlalu tinggi ...” jawab Rei berbohong sambil tertawa kaku. Lalu meninggalkan ibunya keluar dari rumah menuju hutan tempat pertemuannya dengan lelaki misterius yang ia temui kemarin. Rei terus melangkah dengan wajah gembiranya. Sesekali ia bernyanyi-nyanyi kecil karena telah menemukan cara untuk menjadi lebih kuat dari Gin. Di tengah perjalan ia melihat Gin yang juga berjalan ke arahnya. “Rei kau mau ke mana? Bukankah hari ini kita akan bertarung lagi?” tanya Gin. “Aku lupa jika hari ini aku sudah janjian dengan Gin untuk bertarung hari ini,” batin Rei. Lelaki itu menghela napas. “Maafkan aku Gin. Sepertinya aku tidak bisa untuk hari ini. Kita lakukan di lain waktu. Aku masih punya urusan di hutan,” jawab Rei lalu mulai berjalan mendahului Gin. “Apa kau sedang latihan di hutan? Percuma saja kau latihat dengan serius... sampai kapan pun kau tidak akan bisa mengalahkanku...” Rei menghentikan langkahnya mendengar perkataan menyakitkan dari Gin. Ia berbalik dan berusaha untuk tersenyum. “Kau tunggu saja. Suatu saat nanti aku akan mengalahkanmu dan saat itu tiba kau tidak akan mengingkari janjimu bebebrapa tahun yang lalu kan?” “Tentu saja. Aku bukanlah lelaki yang suka mengingkar janji.” Sejenak keduanya saling memberikan tatapan serius seakan ada aliran listrik di kedua mata mereka. Dalam hitungan detik kemudian keduanya pun memutuskan pandangan. Rei pun meninggalkan Gin menuju hutan. *** Setibanya di hutan tempat pertemuannya kemarin. Wajah caria Rei seketika berubah saat tak menemukan lelaki itu. “Sepertinya dia sudah pergi dan tidak akan kembali ...” lirihnya sedih. Rei pun duduk bersandar pada pohon sambil memakan cemilan yang ia bawa dari rumah. Setelah itu ia kembali berlatih. “Water shot.” Rei mengulang latihannya kamarin. “Sial...” maki Rei dalam hati. Lagi-lagi tembakan airnya tidak sampai di pohon. “Ayolah ... “ Rei menyemangati dirinya. Namun, sekali lagi ia menelang kekecewaan. Walau ia berusaha untuk mengingat apa yang diajarkan lelaki misterius itu ia tetep tidak bisa mengenai sasaran. “Sial.” Rei memukul pohon yang ada di belakannya cukup keras hingga jari-jari tangannya mengeluarkan darahh. “Kenapa aku selalu gagal ...”batinnya sedih. Rei menundukkan kepalanya menatap tanah yang ia pijak saat ini. “Kalau seperti ini kapan aku bisa mengalahkannya,” batinnya. Kegalauan Rei terhenti saat merasakan tanah yang ia pijak bergoyang-goyang seakan terjadi gempa bumi.“Kenapa rasanya tanah bergoyang-goyang. Apa ini hanyalah perasaanku saja yah.” lelaki itu bertanya-tanya dalam hati dan masih bengong di tempatnya. Tak menyadari tak jauh darinya seekor monster berlari ke arahnya. “AWAS ... PENYINGKIR DARI SANA!” Sebuah teriakan mengangetkan Rei. “Apa sih ... ” Baru saja mengeluh orang yang menganggu kegalauannya. Wajahnya pun berubah menjadi panik seketika dan berteriak kencang. Monster itu berlari sangat kencang ke arahnya hingga tanah yang ia pijak bergiyang-goyang. “Dia ...” Rei tak bisa berkata-kata. Lelaki yang ia cari kini berada di atas punggung monster itu seakan berusaha untuk menghentikannya. “MINGGIR....” Lelaki itu berterik kencang berharap Rei segera pergi dari tempatnya. Namun, sayangnya kedua kaki Rei seakan kaku dan tak ingin bergerak saking takutnya. “Apakah ini akhir hayatku,” batin Rei dan secara perlahan menutup kedua matanya. “Sial...” maki lelaki itu dalam hati. “Ice spear.” Sebuah tombak es keluar dari telapak tangannya. Segera lelaki itu menancapkannya di tubuh sang monster. Monster itu mengaum sangat kencang saat merasakan sakit pada tubuhnya sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya berharap lelaki yang ada di atanya terjatuh. Lelaki itu hanpir saja terjatuh. Untuknya ia bisa mempertahankan posisinya dengan perpegangan pada tanduk sang mosnter. Seranagan tombk es lelaki itu tidak menghentikannya. Monster itu malah menambah kecepatan larinya ke arah Rei yang kini mematung menunggu kematian. Sekali lagi lelaki itu menangcapkan tombak es hingga ketiga kalinya. Namun langkah mosnter itu tak kunjung berhenti. “Ice Rope.” Sebuah tali es memanjang tiba-tiba keluar dari telapak tangan lelaki itu dan segera mengikatnya pada leher sang monster dan saat itu jugalah monster itu ambruk tepat beberapa inci dari tubuh Rei yang mematung. Secara perlahan Rei membuka kedua matanya. Kedua kakinya pun lemas seketika dan akhirnya ia terduduk di tanah masih dengan perasaan takut dan kaget. “Apa kau tidak apa-apa?” tanya lelaki misterius itu dan turun dari tunggangannya menghampiri Rei. “Aku tidak apa-apa. Terima kasih kau telah menyelamatkanku.” “Syukurlah ... kau membuatku kaget tadi.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD