BAB 2 Perbedaan

1214 Words
Lima tahun kemudian, kedua anak yang mereka temukan telah berumur lima tahun dan tumbuh menjadi anak yang lucu dan cerdas. Hanya saja, keduannya terlahir dengan mana yang berbeda. Ken terlahir dengan mana yang kuat. Sehingga saat umur lima tahun ia dapat menguasai dua element. Yaitu, Water element dan Fire element. Sedangkan Nao terlahir dengan mana yang lemah. Sehingga ia tak dapat menguasai satu element pun. Hal itulah yang membuat Ken benci dengan Nao. Ia terlalu gensi untuk bermain dengan Nao yang sangat lemah. Ken memiliki banyak teman tak seperti Nao yang tak memiliki teman satu pun. Nao lebih memilih untuk menyendiri dan menatap Ken yang bermain dengan teman sebayanya dari kejauhan. Ia takut mendekat, karena jika anak-anak itu melihatnya ia akan di ganggu dan bully lagi. Kini Nao duduk di sebuah ayunan yang terikat langsung pada sebuah pohon besar. Dari ayunan itu, Nao melihat Ken bermain bola. Nao tersenyum senang saat melihat Ken berhasil memasukkan bola kedalam gawang. Salah satu teman sebaya Ken tak sengaja melihat Nao yang tertawa bahagia. Saat itulah ia tersenyum menyeringai dan mengucap sebuah mantra. “Air Force and blow.” Matannya bercahaya putih setelah mengucap mantra dan saat itulah bola yang ia pakai bermain tadi melayang dengan kecepatan tinggi ke arah Nao yang masih belum menyadari bola itu. Tak lama kemudian terdengar suara bunyi keras saat Nao terjatuh dari ayunan karena bola itu mengarah langsung tepat di kepalannya. Ken dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak melihat Nao yang terjatuh. Nao berusaha berdiri sambil memegangi kepalnnya yang memar. Melihat Ken dan teman-temanny menertawakannya membuat kedua matannya mulai berkaca-kaca. Lagi-lagi ia di terwakan. Nao berlari kencang menuju rumah tempat ia di besarkan. Air matannya pun menetes saat melihat ibu angkatnnya yang sedang menyiram bunga. “Ada apa, Sayang?” Nao langsung memeluk tubuh wanita tua itu dan menangis dalam pelukannnya. Nao tak menceritakan apa yang terjadi ia hanya meluapkan semua kekesalannya pada pelukan wanita itu. “Ada apa sayang? Kau tak ingin cerita? Siapa yang menganggumu?” tanya wanita paruh baya itu. Nao melepas pelukan ibu angkatnnya dan menggelengkan kepalannya. “Tidak ada, Ma. Aku hanya terjatuh dari ayunan.” Nao menundukkan kepalannya saat menjawab pertannya ibu angkatnya. “Ada apa dengan kepalamu, Nak? Kenapa memar begini?” tanya wanita paruh baya itu saat menyadari benjolan di jidat Nao. “Itu karena aku jatuh dan tak sengaja kepalaku kena batu,” kata Nao berbohong. Ia tak ingin mengatakan yang sebenanrnnya. Jika ia memberitahukan bahwa teman-teman Ken yang menggunya Ken akan akan di hukum dan Nao tak ingin itu terjadi. “Ayo, masuk ke dalam untuk mengobati lukamu.” Wanita itu menarik Nao masuk kedalam rumah. Nao duduk di sebuah kursi dan ibu angkatnnya dengan teletan memberi obat pada lukannya. Nao meringis kesakitan saat obat itu mengenai lukanya. Sangan perih itulah yang ia rasakan saat ini. “Maafkan ibu, Nak. Ibu enggak sengaja,” kata wanita itu mereasa bersalah. “Tidak apa-apa.” Nao memperhatikan ibu angkatnnya yang sedang membungkus lukanya. “Maa. Kenapa sih aku berbeda dengan anak-anak yang lain dan tak bisa seperti Ken? Kenapa hanya aku yang masih belum bisa mengeluarkan sihir?” mendengar perkataan Nao membuat wanita itu sedih. Ia juga tidak tahu mengapa Nao masih belum bisa mengeluarkan mana sedikit pun. Anak-anak sebayannya sudah bisa mengeluarkan mana dan menguasi satu hingga dua elemet sekaligus. Hanya Nao yang masih belum ada tanda-tanda dalam mengeluarkan mana. “Mungkin Mana yang ada dalam tubuhmu sangat kuat sehingga lambat untuk keluar. Siapa tahu, jika mana dalam tubuhmu sudah bisa keluar mungkin kamu bisa menggunakan lima element sekaligus,” kata ibu panti asuhan berusaha menenangkan Nao. Tak lama kemudian Ken masuk kedalam rumah. Ia menatap Nao dengan tatapan sinis saat melihat ibu angkat mereka terlalu perhatian pada Nao. Ia masuk kedalam kamarnnya dan membanting pintu. Suara keras yang di sebabkan oleh Ken membuat ibu angkat mereka kaget dan masuk kedalam kamarnya. “Ken, kau tidak boleh membanting pintu. Tidak baik di lihat orang, Nak.” Wanita itu berusaha menasehati Ken. Anak kecil itu hanya menatap ibu angkat sekilas lalu memalingkan wajahnnya. Layaknnya anak-anak yang sedang ngambek. Menyadari Ken sedang marah wanita itu mendekat. “Ada apa, Nak? Menagapa marah? Ibu hanya ingin menasehatimu untuk berprilaku yang baik.” “Aku tidak marah, kok dan sebaiknnya ibu keluar saja.” Anak lelaki itu mendorong ibunya keluar dari kamar dan menutup pintu tepat di hadapan wanita itu. Nao yang melihat insident itu mulai menundukan wajahnya sedih. Ia tahu Ken pasti marah karena melihatnnya bersama ibu angkat. Beginilah kehidupan keseharian Ken dan Nao sejak di rawat oleh suami istri yang menemukan mereka saat bayi. Ken yang iri pada Nao karena selalu di manja sedangkan Nao iri pada Ken karena dapat mengeluarkan mana dan menguasai dua element sekaligus di saat umur mereka masih lima tahun. *** Nao sedang berjalan-jalan di sekitar desa setelah membeli benda yang di minta oleh ibu angkatnnya. Tak lama kemudian ia mendengar suara tawa tak jauh dari tempatnnya. Nao mengendap-endap mendekat untuk melihat. Dalam persembuyiannya Nao melihat Ken dan ke lima temannya sedang menganggu seorang anak. Melihat kejadian itu jelas membuat Nao kesal dan marah. Namun, ia juga tak berani untuk keluar. Jika ia keluar dia akan di bully lagi. Tapi, jika ia tetap diam anak itu bisa terluka parah. Akhrinnya setelah lima menit terdiam melihat kelakuan Ken dan teman-temannya Nao memberanikan diri untuk keluar dan menyelamatkan anak itu. Nao mengambil batu lalu mendekat. “Cepat lepaskan anak itu atau aku lempar dengan batu,” ujar Nao berusaha mengancam. Ken menatap Nao sinis. “Lagi-lagi dia ikut campur,” batinnya. Kelima teman Ken tertawa terbahak-bahak. “Kau pikir kami akan takut dengan ancamanmu? Kau itu anak lemah di antara kita. Mengeluarkan mana saja kau tak bisa apalagi kalau berani melawan kita yang telah menguasi dua element sekaligus,” ujar salah satu teman Ken menyombongkan diri. Tak terima dengan ucapat anak itu Nao semakin kesal lalu melempar batu yang ia pegang di hadapan anak lelaki itu. batu itu pun melang ke arah salah satu teman Ken. Saat itulah mata Ken bercahaya dan mengucap mantra. “Mass freeze and break.” Batu itu membeku secara tiba-tiba lalu hancur berkeping-keping. Kelima teman Ken tertawa. “Lihat kan? Kau tak akan bisa mengalahkan kami.” kelama anak itu pun mengejek. Anak kecil yang mereka bully tadi. Diam-diam melarikan diri meninggalkan Nao yang sedang berhdapan dengan Ken dan kelima teman-temannya. Nao memundurkan langkahnnya takut saat kelima teman Ken mendekatinnya. Tak sengaja Nao tersandung batu membuatnya terjatuh. Saat itulah kelima teman Ken menendang dan memukuli Nao habis-habisan. Ken hanya menatap Nao yang di bully tanpa ingin membantunnya. Tak lama kemudian kelima anak itu berhenti dan menatap Nao yang kini penuh dengan luka di tubuhnya. Salah satu dari mereka menunduk. “Makanya jangan cari gara-gara pada kami.” setelah mengucapakan kalimat itu kelima anak itu pun melangkah pergi. Ken menatap Nao sejenak. Dalam hati ia juga merasa prihatin. Tapi, setelah mengingat ibu angkatnya yang terlalu memperhatikan Nao membuat Ken semakin kesal dan meranjak pergi. Tapi, baru dua langkah sebuah tangan mencengkram celannya. Ken menatap Nao sang pemilik tangan. “Apa kau senang bergaul dengan mereka? Apa kau tak punya hati saat melihat anak-anak lemah di bully oleh mereka?” tanya Nao dengan susah payah. Ken tak memperdulikan ucapan Nao berlalu begitu saja tanpa menucapkan apa-apa. Nao hanya menatak Ken sedih.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD