BAB 45 Mencari Pekerjaan

1123 Words
“Bagaimana? Apa kalian sudah mendapatkan pekerjaan?” tanya Nao pada Gin saat mereka bertemu di penginapan. Dengan wajah cemberut lelaki itu menggelengkan kepalanya. “Ternyata susah juga mendapatkan pekerjaan. Aku pikir kami akan langsung mendapatkan pekerjaan saat aku mengunjungi sebuah tokoh. Ternyata aku dan Rei selalu saja ditolak. Sungguh menyedihkan,” desah Gin bercerita. Nao pun menepuk pelan pundak lelaki itu. “Tenang kan masih ada hari esok. Kau masih bisa mencari pekerjaan besok.” Nao berusaha menyemangati sahabatnya. “Lalu bagaimana denganmu? Apa kau sudah mendapatkan pekerjaan?” Pertanyaan Gin membuat senyuman seketika merekah pada bibir Nao. “Aku sudah menemukannya. Besok aku akan mulai kerja bersama dengan Ken,” jawab Nao dengan nada bicara yang senang. “Wah, syukurlah. Aku ikut senang. Kalau boleh tahu, kau kerja di mana?” “Aku kerja di sebuah bar yang terletak satu kilo dari penginapan ini.” “Bar? Kau tidak takut? Menurut sepengetahuanku, bar itu tempat para bapak-bapak mabuk-baukkan dan kadang melakukan hal-hal yang berbau k*******n. Apa kau tidak tahu itu?” tanya Gin membayangkan bar yang akan Nao tempati kerja. “Kan ada Ken. Kalau ada apa-apa dia pasti bisa membantuku,” jawab Nao dan tertawa. “Lagian bar yang aku tempati itu adalah bar yang kadang didatangi oleh seorang petualang. Dengan begitu aku bisa mendapatkan sedikit informasi mengenai buku sihir yang kita cari,” lanjut Nao dan berbisik pada Gin agar tak ada yang mendengar pembicaraan mereka mengenai buku sihir. “Benar juga, kau benar-benar jenius bisa memikirkan hal itu,” ucap Gin kagum membuat Nao kembali tersenyum senang. Setelah percakapan singkat tersebut Nao dan Gin pun berpisah. Keduanya masing-masing masuk ke dalam kamar mereka. *** “Rei kau belum tidur?” tanya Gin saat ia masuk ke dalam kamar sewaannya mendapati Rei yang sedang duduk termenung di atas ranjang. “Kau dari mana?” tanya Rei balik tak menjawab pertanyaan Gin. “Ahh, aku dari luar bertemu Nao. Ada apa? Apa yang sedang kau pikirkan hingga belum tidur?” tanya Gin lagi. “Tidak ada apa-apa,” jawab Rei singkat dan segera menggeser tubuhnya sedikit agar bisa memberikan Gin ruang untuk berbaring di kasur sebelahnya. “Apa yang kau bicarakan dengan Nao?” tanya Rei saat Gin sedang berbaring menatap langit-langit kamar. “Hanya membicarakan soal pekerjaan. Hari ini, mereka berdua telah menukan pekerjaan. Hanya kita yang belum dapat.” “Tenang saja. Kan masih ada hari esok.” Keduanya pun terdiam setelah obrolan singkat tersebut. Gin membalikkan tubuhnya membelakangi Rei. Di sisi lain, Rei semakin mencemaskan hubungan Gin dan Nao yang semakin dekat. Jika terus seperti ini Gin pasti tak ingin berpisah dari Nao jika sewaktu-waktu dia memiliki peta yang ada di tangan Nao dan Ken. Rei pun menatap Gin. “Gin, bisakah untuk tidak terlalu dekat dengan mereka?” tanya Rei. “Mereka hanya akan menghianati kita suatu saat nanti,” lanjutnya. Namun tak ada jawaban dari Gin. Lelaki itu pun segera mengecek keadaan sahabat baiknya itu dan menghela napas saat melihat Gin ternyata sudah tertidur pulas. Rei pun memutuskan untuk segera tidur karena besok mereka harus mencari pekerjaan sekali lagi. *** Esok harinya, Nao dan Ken bangun pagi-pagi sekali. Keduanya telah bersiap-siap untuk pekerjaan mereka hari ini. “Selamat pagi, Nao, Ken.” Sapa Gin saat ia keluar dari kamarnya bersama Rei yang ada di belakannya. Kebetulan kamar mereka saling bersebelahan. “Ahh, pagi juga Gin. Bagaimana tidurmu semalam? Apa kau tidur nyenyak?” “Tentu saja.” “Apa kalian ingin berangkat kerja sekarang?” “Iya, kami harus tiba sebelum bar buka. Maafkan aku, sepertinya tidak bisa menemani kalian sarapat pagi.” “Tidak masalah kok.” Ken dan Nao pun segera keluar dari penginapan setelah pamit pada Gin dan Rei. Selama perjalan menuju bar, Nao tak pernah berhenti terenyum dengan gembira. Hari ini adalah hari pertamanya kerja. Ia penasaran bagaiamanakah perjaannya hari ini? apakah semuanya akan baik-baik saja atau tidak. walau sedikit cemas namun ia tetap senang mendapatkan pekerjaan tersebut. “Aku dengan semalam bar milik Pak Velis terbakar?” “Iya, aku juga sudah mendengar berita itu. padahal bar milik Pak Velis sangat terkenal. Sangat disayangkan barnya hancur hanya dalam waktu semalam.” Di perjalanan menuju kerja, tak sengaja Ken dan Nao mendengar dua wanita paruh baya yang tengah mengobrol. “Pak Velis? Bukankah dia adalah bos baru kita?” tanya Nao pada Ken saat ia mendengar percakapan dua wanita tersebut. “Apakah terlah terjadi sesuatu pada Pak Velis?” “Aku juga tidak tahu. Sebaiknya kita cepat-cepat ke bar.” Kedua lelaki itu segera mempercepat jalan mereka menuju bar tempat kerja mereka yang baru. Namun, setibanya di bar. Suatu hal tak terduga terjadi. Bar yang seharunya menjadi tempat mereka berkeja hari telah hangus terbakar. “Apa yang telah terjadi di sini?” lirih Nao sedih. Padahal mereka baru saja punya pekerjaan, malah berakhir seperti ini. Dengan perasaan kalut, Nao dan Ken segera mendekati pak Velis yang saat ini terduduk dengan tatapan kosong. Lelaki paruh baya itu pasti merasa terpuruk setelah kehilangan bar yang menjadi penopang hidupnya selama ini. “Pak Velis? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa bar bisa mejadi seperti ini?” tanya Ken saat keduanya mendekat. Pak Velis mengangkat kepalanya kenatap kedua lelaki itu dan tersneyum getir. Aku juga tidak tahu, tiba-tiba saja ada seseorang yang membakar bar milikku semalam setelah kalian pergi. “Apakah bapak tahu siapa yang membakarnya?” “Bapak tidak tahu,” ucap Pak Velis lemah. Nao pun memegang pundak Pak Velis. “Bapak tenang saja, aku pasti akan mencari tahu siapa yang membakar bar milik bapak. Dan kami juga akan membantu bapak untuk memperbaiki bar. Kami siap membantu, Pak,” ucap Nao menenangkan pak Velis. “Terima kasih, Nak. Kalian benar-benar baik hati.” Nao dan Ken segera bergoting royong bersama Pak Velis untuk memperbaiki yang hangus terbakar. Menganti kayu yang telah hangus terbakar dengan kayu yang baru. Tak hanya mereka bertiga, satu persatu warga yang melihat mereka pun juga turut ikut membantu. Hari sudah sangat gelap saat Nao dan Ken kembali ke penginapan. Keduanya begitu lelah setelah seharian membantu Pak Velis untuk memperbaik barnya. Karena kerugian yang dialami Pak Velis sangat banyak, membuat Nao dan Ken tak bisa bekejera di bar untuk saat ini. Pak Velis tak bisa memberi mereka gaji dan memnita kedua lelaki itu untuk mencari pekerjaan lain. “Ada apa dengan kalian berdua? Kalian terlihat sangat lelah?” tanya Gin melihat Nao dan Ken yang baru saja masuk ke dalam penginapan. Nao pun menceritakan apa yang terjadi hari ini dengan suara kesal pada sosok yang telah membakar hangus bar milik Pak Velis. “Tidak bisa dibiarkan begitu saja. Kita harus menyelidiki hal ini. Kita harus menemukan si pelaku pembakaran tersebut,” ucap Gin dan mendapatkan anggukan setuju dari Nao dan Ken.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD