2. Hujan di Malam Hari (PUISI)

253 Words
Suara hujan di malam hari mengiringi tangisan pilu akan berakhir nya perjuanganku, berada di antara mereka yang hanya berdiri menonton sebuah kompetisi yang semakin mengikis hati nurani. Perihal kesempurnaan yang rasanya tidak akan mungkin pernah kudapat, namun orang-orang seolah menutup mata mereka erat-erat atas segala cobaan yang telah kutaklukkan. Pipi memerah karna pukulan seseorang yang kusebut pahlawan rasanya sama sekali tidak menyakiti fisikku, tanpa kutahu luka itu menjadi lebih berdarah ketika menembus relung hatiku. Sudah banyak darah menetes di setiap langkah perjuangan demi memenuhi sebuah perintah mutlak yang membuat batin semakin terikat seperti tidak ada tempat untuk berniat. Seolah-olah menjadi 'berbeda' adalah aib yang harus segera disembunyikan agar tidak sampai ke daratan para manusia penyembah kesempurnaan. Mereka berpikir bahwa hidup ini adalah milik mereka yang sudah lama berkelana, namun mereka lupa bahwa kami anak muda membutuhkan asupan ilmu yang tidak akan didapat jika kita tidak mengambil langkah. Banyak perilaku manusia yang sudah ku terima, tetapi kalimat penuh perintah itu tanpa sadar menjadi sebuah anak panah yang menjatuhkan ku kedalam pusaran hidup semakin merana. Engkau yang kusebut pahlawan hanya diam melihatku terseret arus ketidak adilan, terombang-ambing diterpa mereka yang haus akan sebuah kesempurnaan. Tidak pernah sekalipun engkau ku anggap sebagai sebuah batu yang menghalangi langkah perjuanganku, namun tindakan tak berbelas kasih itu membuat ku tidak pernah bisa lagi memulai langkah baru. Kau tidak akan pernah tahu, selamanya pun engkau tidak akan pernah ingin tahu atas segala kekurangan ku yang selalu engkau jadikan peluru untuk merobohkan ku, alih-alih engkau membantu aku yang adalah anakmu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD