Nancy Purnama adalah nama yang menggetarkan dunia bisnis tekstil di kawasan Asia. - seorang wanita karir keturunan Jawa-Tiongoa. Pada usianya yang sudah melampaui ke-45 tahun, ia telah menjelma menjadi salah satu wanita paling berpengaruh di benua itu. Perusahaannya, Purnama Textile Group, bukan sekedar pabrik kain biasa. Dalam dua dekade terakhir, perusahaan tersebut merajai pasar serat, kain premium, hingga ekspor ke Eropa dan Amerika.
Namun di balik gemerlap kekayaannya, kehidupan pribadi Nancy tak selalu mudah. Ia telah menjanda selama 15 tahun setelah kematian suaminya yang pertama, seorang pengusaha ternama asal Francis bernama Henry, sejak saat itu, Nancy membangun bisnisnya sendiri hingga menjadi perusahaan raksasa di kawasan Asia, dan dari pernikahan-nya dengan suami asal Francis--Henry, mereka di karuniai seorang anak perempuan yang cantik bernama: Tiffany Henry. Namun setelah Henry tewas di sebabkan kecelakaan yang terjadi di Paris, Nancy memilih menutup diri dari dunia percintaan, fokus membesarkan bisnis dan membesarkan putrinya, Tiffany - seorang gadis pemberani yang kini telah dewasa.
Hingga dua tahun lalu, Nancy mengejutkan banyak orang ketika memperkenalkan seorang pria tampan muda bernama Gilbert Roberto sebagai suaminya. Gilbert, pria yang kala itu berusia 27 tahun, berwajah rupawan dengan darah campuran, ayah seorang Portugis dan ibu adalah Ambon, memiliki pesona eksotis yang memikat siapa saja. Banyak kalangan bisnis dan kolega memandang pernikahan itu dengan curiga, menganggap Gilbert hanyalah pria oportunis yang tergoda oleh harta Nancy.
Namun Nancy tampak bahagia. Di depan publik, ia sering menunjukkan kebersamaan mereka, tersenyum anggun dengan tangan Gilbert menggenggam mesra pinggangnya. Ia percaya cinta bisa datang di usia berapa pun, meski dunia masih meragukannya.
Akan tetapi, bisikan-bisikan di balik layar semakin keras: Gilbert bukanlah pria polos. Ada sesuatu yang tersembunyi di balik wajah tampannya - ambisi yang gelap, yang perlahan akan menyeret Nancy dan keluarganya ke dalam badai intrik berbahaya.
Gilbert Roberto lahir dari pasangan ayah Portugis yang berprofesi sebagai pelaut dan ibu asli Ambon yang berasal dari keluarga sederhana. Masa kecilnya keras, penuh perjuangan, namun hal itu justru membentuk karakter ambisius, cerdas, dan pantang menyerah. Ia tumbuh dengan obsesi kuat untuk keluar dari kemiskinan, apa pun caranya.
Setelah menyelesaikan kuliah di bidang manajemen bisnis dengan prestasi baik, Gilbert mencoba peruntungan di Jakarta. Ia melamar ke perusahaan tekstil raksasa milik Nancy Purnama: Purnama Textile Group, dan diterima sebagai staf biasa di divisi produksi.
Dalam waktu singkat, Gilbert menunjukkan kecerdasan dan ketekunan yang jarang dimiliki karyawan seumurannya.
* Ia dikenal disiplin, pekerja keras, dan memiliki ide-ide segar yang mampu meningkatkan efisiensi produksi.
* Ia jarang mengeluh, mampu bekerja lembur berhari-hari, dan selalu tampil rapi serta penuh sopan santun di hadapan atasan.
* Bahkan, beberapa kali ia berhasil menyelamatkan perusahaan dari kesalahan teknis besar dengan solusi praktis yang tak terpikirkan oleh staf senior.
Tak heran, hanya dalam dua tahun, Gilbert naik daun menjadi karyawan teladan. Reputasinya membuat Nancy memperhatikannya lebih dekat, Nancy yang saat itu membutuhkan seorang asisten pribadi yang bisa ia percayai, memutuskan untuk mengangkat Gilbert ke posisi strategis tersebut.
Sebagai asisten pribadi, Gilbert bukan hanya mengatur agenda kerja Nancy, tetapi juga selalu berada di sisinya.
* Menemani perjalanan bisnis ke luar negeri.
* Menjadi pendengar setia dalam rapat-rapat panjang.
* Bahkan sering membantu Nancy saat ia kelelahan atau jatuh sakit.
Kedekatan itu perlahan menumbuhkan kepercayaan dan rasa nyaman dalam diri Nancy. Hingga akhirnya, hubungan professional berubah menjadi hubungan pribadi.
Meski usia mereka terpaut 17 tahun, Nancy luluh oleh perhatian Gilbert yang penuh kesabaran, tutur katanya yang menenangkan, serta wajahnya yang memancarkan pesona muda.
Dua tahun kemudian, Nancy resmi menikah dengan pria yang dulunya hanyalah karyawannya sendiri.
Namun, di balik semua kisah manis itu, ada satu sisi gelap yang tak diketahui oleh Nancy - bahwa Gilbert sebenarnya menyimpan rencana besar untuk menguasai kekayaannya. Semua kerja keras dan citra karyawan teladan hanyalah bagian licik yang ia bangun sejak awal.
Hari bahagia itu, seharusnya menjadi hari yang special bagi Nancy Purnama, wanita sukses yang akhirnya menemukan pendamping setelah lima belas tahun menjanda. Ia berdiri anggun dengan gaun putih sederhana namun elegan, wajahnya berseri-seri, matanya penuh cinta saat memandang pria muda yang akan segera menjadi suaminya--Gilbert Roberto .
Namun, kebahagiaan itu tidak utuh. Ada satu kursi kosong yang mencolok di barisan depan. Kursi yang seharusnya di tempati oleh Tiffany Henry--putri semata wayang Nancy.
Tiga hari sebelum acara, Tiffany sudah menegaskan dengan suara bergetar menahan marah.
"MAMA... JANGAN MAMA SALAH MENILAI BAHWA GILBERT ADALAH PRIA YANG TULUS MENCINTAI MAMA. GILBERT ITU BUKAN PRIA BAIK, AKU BISA MERASAKANNYA. DIA HANYA MEMAMFAATKAN SEMUANYA. CINTA MAMA KEPADANYA MEMBUAT HATI MAMA JADI BUTA. DIA CUMA INGIN MERAMPAS SEMUA YANG MAMA BANGUN.... KEKAYAAN, KEHORMATAN, BAHKAN AKU JUGA AKAN DI SINGKIRKAN. SEBELUM MELANGKAH LEBIH JAUH, SEBAIKNYA BATALKAN PERNIKAHAN INI, MAMA..."
Nancy yang kala itu sudah terbuai oleh pesona Gilbert mencoba menenangkan putrinya:
"TIFFANY, KAMU SALAH MENILAI. GILBERT ITU PRIA YANG TULUS. DIA BUKAN HANYA PEDULI PADA TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN, TAPI DIA JUGA PEDULI SAMA MAMA. DIA SELALU ADA DI SAMPING MAMA PADA SITUASI APAPUN. JANGAN KAMU HANCURKAN KEBAHAGIAAN INI HANYA KARENA PERASAAN BURUK SANGKAMU YANG TAK BERALASAN."
Namun Tiffany tak bergeming. Gadis itu akhirnya memilih tidak menghadiri pemberkatan. Sikapnya adalah bentuk penolakan paling keras yang bisa ia tunjukkan.
Di dalam gereja, Nancy sesekali melirik kursi kosong itu. Ada sedikit luka di hatinya, tapi ia mengusir rasa itu dengan senyuman manis yang dipaksakan. Di hadapannya, Gilbert berdiri gagah, memegang jemarinya dengan erat. Kata-kata janji suci pun diucapkan.
"AKU, GILBERT ROBERTO, BERJANJI AKAN SELALU SETIA, DALAM SUKA MAUPUN DUKA, DALAM KAYA MAUPUN MISKIN..."
Janji yang terdengar indah, namun di balik tatapan mata Gilbert yang penuh pesona, tersimpan rahasia kelam - sebuah misi pribadi untuk menguasai semua yang dimiliki Nancy.
Bagi Nancy, hari itu adalah awal kehidupan baru.
Namun, Bagi Tiffany, hari itu adalah awal dari mimpi buruk yang akan terjadi di kemudian hari.
BEGITULAH SEKILAS TENTANG KEHIDUPAN KELUARGA SEORANG KONGLOMERAT BERNAMA NANCY PURNNAMA - PEMILIK PERUSAHAAN TEKSTIL YANG SANGAT TERKEMUKA.
Dan tanpa terasa kehidupan rumah tangga Nancy dan Gilbert sudah berjalan selama hampir dua tahun. Dan selama itu, kondisi rumah tangga Nancy dan Gilbert terlihat bahagia. Kecurigaan dan prasangka dari putrinya Tiffany Henry sama sekali belum terbukti. Gilbert tampak sangat mencintai istrinya. Walaupun ia adalah berstatus suami seorang triliuner, tapi sikapnya tetap menjaga diri. Gilbert masih selalu perhatian dan fokus dengan pekerjaannya, meski saat ini, ia adalah CEO dari Group Perusahaan Purnama Textile.
*****