2

1012 Words
"Pa.. bangun pa.. Erika.. Erika kenapa pa." Ella membangunkan Evan suaminya karena mendengar teriakan Erika. "Kenapa lagi tuh anak hoam," kata Evan papa Erika sambil menguap. "Erika teriak maling." "Apa maling?" Evan kaget langsung berlari keluar kamar terburu buru dan Ella ikut berlari keluar kamar juga membawa kemoceng yang kebetulan ada buffet dekat kamar mereka. "Mana malingnya Ka... mana malingnya." Mata Evan mencari siapa maling yang dimaksud Erika. "Papa!! Itu depan rika malingnya." Erika menunjuk pria didepannya. "Mana malingnya?? Maksudmu dia yang maling?" Tanya Evan.   Erika menganggukan kepalanya tanda menyetujui perkataan papa nya.   "Hahaha, dia maling," tawa Evan menggelegar diseluruh ruangan dan Ella juga ikutan tertawa. "Kenapa pada ketawa sih. Ayo cepet lapor polisi mumpung malingnya masih berdiri tegak disitu pa." "Dia hahaha... dia haha bukan maling hahaha." Evan mengambil nafas dan membuang nafasnya, berusaha berhenti tertawa akan tetapi tetap tak bisa Evan berhenti tertawa sampai perutnya sakit. "Loh, kalo bukan maling ngapain tengah malam begini dirumah kita dan kenapa mama bawa kemoceng?" tanya Erika heran. "Rika, itu Alden temen Erik," ujar Ella sambil membuang sembarangan arah kemoceng yang dia pegang lalu melihat Alden dan Alden hanya diam bagai patung. Alden bingung harus seperti apa saat diteriakin maling oleh Erika.   Erika menjadi malu sendiri dia sudah salah menuduh. Wajahnya sudah memerah, sangat malu.   "Yaa sudahlah papa mama mau tidur lagi. Lain kali jangan teriak teriak gitu Ka bikin mama bangun tengah wajah mama nanti kusam karena kurang tidur," ujar Ella menarik Evan masuk dalam kamar.    Suasana canggung terjadi disana, Erika ingin minta maaf tapi dia malu sangat malu.   "Ma-maaf aku tak tau kalo kamu teman Erik." Erika melihat Alden tapi Alden hanya menyunggingkan bibirnya melihat Erika salah tingkah.   Erika lalu memilih balik ke kamarnya dengan wajah dia angkat dan langkah percaya diri tapi naas baginya saat baru beberapa langkah   "Gedubrag."   Erika jatuh terduduk karena terpeleset bulu kemoceng yang tadi Ella meletakannya di lantai sembarangan. Erika tak mengeluh kembali berdiri tanpa melihat kebelakang, berjalan dengan santai seperti tidak pernah terjadi apapun.   Alden melihat tak percaya Erika bisa dengan santai berdiri begitu kalau Alden tentu saja akan sangat malu benar benar malu. Tapi berbeda dengan Erika. Dia tetap berjalan penuh dengan percaya diri.   Alden terperangah melihat Erika terjatuh tepat didepannya. "Wow wanita yang sungguh tangguh." Alden sambil menggeleng gelengkan kepalanya.   Erika di dalam kamarnya sangat sangat malu. dia hanya bersikap pura pura percaya diri padahal dia bingung harus bersikap bagaimana.   "Aduuh kenapa teman Erik cakep amat yak, mana gue udah megang megang body tuh bocah lagi." Erika berkata pada dirinya sendiri. "Semoga besok pagi tuh bocah sudah pergi." Erika memilih tidur menutup matanya.   Sementara Alden kembali ke kamar Erik.   "Aku menemukanmu..." Alden tersenyum misterius pada dirinya sendiri sambil melihat ponselnya ada foto Erika yang sudah lama.    ********** Pagi harinya...   Erika melihat dari jendela kamarnya Alden dan Erik sedang lari pagi. Mata nya seperti mendapatkan vitamin untuk mata.   "Wow teman si Erik boleh juga."    Erika pun turun ke dapur dan bertanya pada mama dan papa nya.   "Ma, pa itu siapa tadi malam teman Erik? Ngapain dia disini?" tanya Erika. "Ooh itu si Alden, dia teman kuliah Erik. Sering kok Andel menginap disini, kamu nya aja yang jarang pulang jadinya ga pernah liat." "Aiiih bikin malu tau ga sih ma tadi malam." Erika menutup wajahnya dengan kedua tangannya.   Ella dan Evan tertawa mengingat kejadian tadi malam. Mereka tau pasti Erika malu berat.   "Pagi semuanya... Ooh iya, tadi malam ada apa sih kok ribut-ribut. Lo buat masalah ya kak? Trus ngapain lo tadi malam teriak-teriak ga jelas gitu," ujar Erik. "Apaan sih lo Rik, ga usah deh bahas-bahas tentang tadi malam." jawab Erika kesal. "Erik sudahlah nak, kasian kakakmu itu." Evan menegur Erik. "Alden mana? Panggil Alden buat sarapan," ujar Ella. "Alden lagi ganti baju ma, bentar lagi juga gabung disini."   Tak lama Alden pun ikut sarapan bersama... Erik bercanda dengan Erika juga keluarganya sedangkan Alden hanya diam melihat keluarga ini begitu harmonis. Andaikan keluarga Alden juga seperti itu pasti menyenangkan.   "Kak kapan lo married?" Tanya Erik.  Alden yang tadi diam jadi tertarik mendengarkan perkataan Erik dan menunggu jawaban Erika. "Sumpah gue kesel banget sama lo! Ngapain juga lo suka bertanya yang ga penting." "Lah umur lo kan udah 30 tahun loh kak. Masa sampe sekarang belum punya pacar sih." "Mama... Erik ganggu terus nih." "Erik, udahlah jangan ganggu kakakmu terus, pagi pagi udah bertengkar aja sih kalian." "Dasar tukang ngadu, anak manja, pantesan susah dapat pacar. Ngadu teruuus diketek emak." "Eriiiik!" "Maaf ma, peace." Erik menunjukan dua jarinya membentuk tanda damai dari kedua jarinya.   Alden tersenyum melihat Erika, Erika mempunyai wajah yang cantik, postur tubuhnya memang kecil. Alden tak menyangka kalau Erika sudah berumur 30 tahun.   Alden melihat Erika lagi santai di teras belakang. Alden pun menghampiri Erika.   "Hai kak Erika," sapa Alden. "Ooh hei," jawab Erika salah tingkah. "Kak kita belum berkenalan nih secara resmi. Perkenalkan nama ku Alden Davidson." "Ooh iya nama ku Erika Anastasia." "Boleh ga ku panggil dengan nama saja bukan pake kakak." "Hmm boleh.. panggil aja Rika." Erika tersenyum melihat Alden. "Aku mau nya manggil Ana aja yaa." "Apa ana? Kok manggilnya gitu?" Tanya Erika merasa aneh. "Suka aja manggil Ana, biar ga sama dengan yang lain." "Yaa udahlah terserah kamu aja." "Ana mau ga jadi pacar aku?" tanya Alden dengan percaya diri. "Apa!!! Pacar????" Teriak Erika tak percaya. "Iya pacar.. kan Ana udah megang megang badan aku jadi harus tanggung jawab." Alden tersenyum misterius melihat Erika. "Hei bocah.. umur kamu berapa sih? Jangan ngaco deh kamu." "Ana walau bocah tapi aku bisa buat anak kecil loh.. aku yakin kalo kamu pacaran sama aku pasti akan berbeda." Alden mendekati wajah Erika. Erika refleks berdiri dan mendorong Alden tapi Alden dengan cepat berdiri memeluk Erika. Mendorong tubuh Erika kedinding mencium bibirnya.   Erika kaget, melihat tak percaya. Erika terlena dengan ciuman lembut Alden dan membalasnya. Mereka berciuman dengan mesra. Alden tersenyum kecil disela sela ciumannya dengan Erika. Erika merasakan itu lalu dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Alden dan....   Erika melayangkan tangan, menampar pipi Alden dengan keras. Dia sangat marah Alden mencium bibirnya tanpa permisi.   "Kurang ajar yaa kamu cium-cium aku!" bentak Erika. "Akh, bukan kurang ajar. Kamu kan pacar aku jadi wajar dong aku cium pacar sendiri, tadi juga kamu menikmati dan membalas ciuman gue. Bibir kamu manis Ana." Alden tersenyum penuh kemenangan sambil memegang pipi nya yang memerah. "Dasar bocah ga sopan! Sejak kapan aku setuju jadi pacar kamu." Erika pergi sambil menghentakan kakinya menuju kamarnya dengan sangat kesal. Alden melihat Erika yang berlalu pergi dari hadapannya. "Aku akan mendapatkanmu apapun caranya." Alden tersenyum melihat Erika dari belakang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD