Jalan yang masih panjang

1163 Words

Secangkir kopi instan dhidangkan Pram di meja ruang tamu. Pak Subono mengucapkan terima kasih sebelum akhirnya menyeruput kopi itu sedikit. Tentu saja, lidah sultannya tidak terbiasa dengan minuman murah. Dahinya mengernyit, menandakan tidak suka. "Aku tidak punya mesin pembuat kopi." Pram bergumam, tahu kalau minuman yang ia suguhkan jauh berbeda dengan yang tersedia di rumah mereka. Bahkan ada puluhan jenis kopi, tinggal dipilih untuk diseduh sendiri. "Tidak masalah, ini sudah cukup kok." Pak Subono memaksakan senyum kecil di sudut bibirnya. Satu hal yang paling Pram benci dari ayahnya. Pria itu juga tidak bisa mandiri di usia tua. Ia tidak punya wibawa dan ketegasan yang seharusnya dimiliki kepala keluarga. Ya, Pak Subono terlalu penurut sehingga diremehkan oleh siapapun, termasuk Pra

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD