18. Teman

919 Words

"Kenapa kamu hanya memesan satu kamar?" Alice menggerutu sambil mengikuti langkah Levin menuju lift. "Bukan aku yang memesannya. Tapi Clara. Protes saja padanya." Levin membalas datar, kemudian memencet tombol menuju lantai tiga. Alice mendengus. Melipat kedua tangannya di depan d**a. "Tapi kamu bisa memesankan satu kamar lagi untukku." Kening Levin berkerut. Ia memandang Alice dengan sorot mencemooh. "Buat apa? Lagipula lebih efisien jika kita tinggal di satu kamar." Alice hanya diam. Percuma saja jika dia melanjutkan perdebatannya dengan Levin. Sudah ketahuan siapa yang akan menang kan? "Kau tidak suka satu kamar denganku, Alice?" Suara Levin terdengar dingin. Alice bahkan bisa melihat rahang pria itu mengeras dari pantulan bayangannya di dinding lift. Dan, Alice menggigit bibi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD