bc

Benih Sang Presdir

book_age18+
172
FOLLOW
2.3K
READ
one-night stand
HE
friends to lovers
kickass heroine
blue collar
drama
office/work place
like
intro-logo
Blurb

"Kamu hanya seharga 1 miliar, Jelita!"Label yang diberikan Wira, atasan Jelita, ketika ia akhirnya menerima pemberian, setelah kegadisan Jelita direnggut paksa, karena obat perangsang yang diberikan calon tunangan Wira, justru dilampiaskan pada pegawai wanitanya tersebut.Pada bulan berikutnya, Jelita menemukan dirinya telah mengandung anak dari Wira, atasan yang dikenal arogan dan tidak mencintainya.Jelita dan Wira sepakat tanda tangani surat kontrak pernikahan, tapi karena tak kuat hadapi hinaan dan perlakuan jahat Wira beserta keluarganya, Jelita memutuskan pergi menghilang, dan memulai hidup sendiri.Seiring waktu, Jelita menjadi pengusaha sukses, berkat jasa pria lain yang mencintainya, bernama Raka. Disaat rencana pernikahan sudah disepakati, Wira hadir kembali di kehidupan Jelita, dan berniat merebut hati Jelita dan putranya.Siapakah yang akan dipilih Jelita? Wira ataukah Raka? Jelita memilih memaafkan masa lalu, ataukah memulai masa depannya?

chap-preview
Free preview
Terenggut Paksa
“Argh … kenapa rasa panasnya nggak mau hilang juga?” Seorang pria bernama Wira Pratama sejak tadi terus mengeluh karena merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Ya, sejak meminum minuman yang dipesan oleh Jessica–calon tunangannya, hasrat dalam dirinya seolah menguar hingga membuat kepalanya terasa sangat pusing dengan tubuh yang panas seperti butuh pelampiasan. Bahkan pria itu sempat tergoda saat melihat Jessica memakai dress dengan belahan d**a rendah, padahal sebelumnya hasrat itu sama sekali tidak pernah ada. Hal yang wajar karena Wira sebenarnya menentang perjodohan dengan wanita itu. Segala apa yang dilakukannya hanya sebatas keterpaksaan karena ancaman sang ayah yang tidak akan memberikan hak waris padanya. Di saat Wira masih terus berdiri di bawah pancuran shower berharap agar rasa panas di tubuhnya bisa mereda, tiba-tiba bunyi bel apartemennya terdengar. Pria itu pun keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan bathrobe yang menampilkan d**a bidangnya. “Jelita … untuk apa dia ke sini?” Wira melihat lewat view door saat sudah tiba di depan pintu sebelum membukanya. Gadis muda di hadapannya itu pun langsung tertunduk saat melihat d**a bidang yang dipenuhi buku tipis milik atasannya. "Ada perlu apa? Bagaimana kamu tahu rumahku?!" selidik Wira tajam. "Maaf, Pak. Ini saya mau antar dokumen yang Bapak minta," jawab Jelita gelagapan. Di hadapannya adalah orang nomor satu di perusahaan dan dikenal dingin. "Hah? Kenapa kamu yang antar?" Wira masih tunjukkan sikap curiga dan ucapan bernada tajam. "Bukannya Rama yang kuberi tugas?" "Tadi saya masih lembur di kantor dan Rama mendadak ada perlu yang nggak bisa ditinggal, Pak.” “Dasar, Rama! Kenapa dia tidak bilang?” Wira pun akhirnya membuka lebih lebar pintu apartemen dengan tipe dua kamar tidur dan berada di paling ujung lorong lantai 27. Salah satu unit eksklusif, bagian depan ruangan tangga darurat, dan tetangga Wira adalah warga negara asing yang sedang pulang ke negaranya. "Masuk!" perintah Wira. "Letakkan saja diatas meja!” sambungnya. "Baik, Pak." Jelita menuruti apa yang diperintahkan Wira dan berniat pamitan. "Tugas saya sud–” "Minumlah dulu, sekalian tolong buatkan untuk saya juga!” perintah Wira selanjutnya, merasa iba pada Jelita yang baru saja lembur. "Ada jus jeruk kemasan di dalam kulkas." Jelita menaruh tasnya dengan gugup, tak menyangka akan perintah lanjutan itu. Namun, ia tak ada pilihan selain menuruti. "Baik, Pak," sahutnya patuh seraya menuju ke dapur. Tanpa diketahui Jelita, Wira merasa semakin gelisah karena rasa panas pada tubuhnya. Sudah dilepas dasi dan juga dua kancing bagian atas kemejanya. Namun, masih rasa terbakar di sekujur tubuhnya tetap tak mau hilang. Karena dorongan sesuatu yang tak dimengertinya itulah, Wira spontan berdiri, lalu mendekati Jelita yang sedang menuangkan jus jeruk ke dalam gelas. "Jelita," panggil Wira setelah berdehem sekali untuk memulai obrolan. Jelita berbalik cepat, terkejut setengah mati karena tiba-tiba Wira sudah ada di belakangnya nyaris tak berjarak. "I-iya, Pak?" tanyanya kikuk. Kedua bola matanya mengarah pada tatapan Wira yang tajam. Namun, terlihat sendu dan dalam. Mendadak ucapan Jelita terhenti saat bibir Wira menciumnya. Tak hanya itu, kedua lengan kokohnya pun mulai menyusuri pinggang ramping jelita untuk direngkuh menyatu dalam pelukannya. “Pak, apa yang–” Di sela-sela jeda ciuman Wira, Jelita berucap sebelum bibir pria itu kembali menutup mulutnya. Jelita coba mencengkram kemeja Wira. Berusaha melepaskan diri dari kuasa atasannya itu dengan sekuat tenaga. Namun, percuma. Tenaga Wira jauh lebih kuat darinya. "Jelita … kamu harus membantuku," sela Wira lirih dengan napas memburu. "Pak, tolong jangan seperti ini!" Kembali permohonan Jelita terucap saat Wira dengan rakus melumat bibir ranumnya. Pagutan panas yang membuat lipstik di bibir Jelita kian memudar. "Aku menginginkanmu, Jelita!" tandasnya, lalu menurunkan kedua tangannya untuk memangku Jelita berlanjut berdiri sampai menggendongnya menuju ke dalam kamar. "Tapi, Pak–” "Aku yakin kamu pasti pernah melakukan ini sebelumnya. Jadi, kamu pasti bisa membantuku melepaskan rasa panas ini.” "Tapi, Pak. Saya ti–" “Jangan membantah, Jelita!” Cumbuan Wira beralih dari kening, lalu turun ke setiap inci wajah cantik Jelita. Pria itu seolah tak ingin terlewat memberi tanda meski bibir Jelita sudah terlebih dahulu ia sesap berulang kali. Gejolak hasrat Wira kian menyala saat gerak dan usaha Jelita untuk berontak gagal. Membuat pakaian gadis itu semakin terlihat berantakan dan beberapa bagian sudah lebih menunjukkan bagian-bagian tubuh yang biasanya tertutup. Dengan tak sabaran, Wira melepas genggamannya pada tangan Jelita, berganti menanggalkan kemeja, lalu berpindah ke celananya. "Pak, saya mau pulang! Tolong biarkan saya pergi!” rengek Jelita dengan air mata yang mulai terlihat. Tangisannya mulai terdengar. Namun, diabaikan Wira yang secara liar menanggalkan semua pakaian Jelita hingga gadis itu kini terlihat polos tanpa busana. "Kita akan bersenang-senang malam ini, Jelita!" tandas Wira tajam. Awalnya, Jelita masih melakukan perlawanan dan memohon agar Wira mengizinkannya pergi. Namun, semua itu berubah saat permainan Wira semakin intens hingga meruntuhkan pertahanannya. Jelita pun kini ikut tersulut gairah, hanya bisa pasrah dengan setiap sentuhan memabukkan yang diberikan Wira hingga penyatuan pun tak bisa dihindari. Hentakan demi hentakan semakin intens Wira lakukan hingga lenguhan panjang dan desahan keras dari mulut Jelita terdengar tak bisa ditahan lagi. "Pak Wira, ah .. " Panggilan ini, serta ekspresi Jelita yang telah mencapai klimaksnya, semakin membuat Wira mengencangkan serangan, hingga tak lama setelahnya, mencapai ujung dari siksaan hasrat tak terbendung itu hanya jeda beberapa detik dari Jelita. "Tubuhmu nikmat sekali, Jelita," lirih Wira yang terbuai, sampai baru tersadar, dan kemudian menarik diri dari milik Jelita. Wira terbelalak kaget, saat mulai dilepaskan rengkuhannya dan cairan merah itu keluar, seiring hasil yang telah mereka buat berdua bersamaan tadi. "Jelita. Kamu...masih perawan?!" pekik Wira, antara terkejut dan takjub. Ternyata dirinya adalah pria pertama yang telah merenggut kegadisan sang bawahannya ini. Suara bel di pintu, alihkan perhatian Wira dari tangisan Jelita yang kembali pecah. "Segera pakai pakaianmu, dan pergi dari sini! Cepat!" perintah arogan Wira tanpa perasaan. Dalam tangis, Jelita menuruti, sesekali melirik takut-takut pada Wira yang berpakaian buru-buru, sambil beberapa kali mengumpat. "Sialan. Siapa itu yang datang!" "Pak," sela Jelita. "Bagaimana kalau..." "Diam!" balas Wira lantang. "Semua ini adalah kesalahanmu. Kenapa kamu datang disaat tak tepat, hah? Sekarang cepat pergi dari sini, dan lupakan kejadian malam ini. Ok!" Wira tak menggubris lagi perasaan hancur Jelita, tapi segera keluar kamar, untuk melihat siapa tamu yang datang dan telah menekan bel sampai berkali-kali. Derasnya tangis Jelita harus tertahan, ketika perintah bermuatan pengusiran dari Wira, ia sambut dengan langkah cepat ke arah ruang tamu, mengambil tas dan berniat pamitan, sampai pada sapaan Wira membuatnya tertegun. "Jessica? Apa maumu kesini?!" tanya Wira dingin. "Untuk menuntaskan kesenangan kita yang tertunda, dong." Calon tunangan pilihan kedua orang tua Wira bernama Jessica ini, kemudian memaksa masuk, namun saat mendapati seorang gadis tengah berdiri menunduk lesu di ruang tamu, ia berbalik pada Wira, bertanya dengan nada tinggi diselipi amarah. "Wira. Siapa gadis ini? Apa yang dia lakukan disini? Apa yang kalian lakukan? Cepat katakan!"

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Her Triplet Alphas

read
7.7M
bc

The Heartless Alpha

read
1.6M
bc

My Professor Is My Alpha Mate

read
497.5K
bc

The Guardian Wolf and her Alpha Mate

read
554.4K
bc

The Perfect Luna

read
4.1M
bc

The Billionaire CEO's Runaway Wife

read
639.2K
bc

Their Bullied and Broken Mate

read
488.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook