Seline's Birthday Party

1463 Words
"Sayang, jangan lupa nanti jemput aku jam 7 malam ya. Kalau bisa lebih cepet nggak masalah sih." "Memang kamu mau ke mana?" "Kamu lupa?" Dean mencoba mengingat apakah dia melupakan sesuatu. "Ah.. Ulang tahun sepupumu ya." Cherly tersenyum. "Iya. Kamu janji kalau mau nemenin aku ke sana lho." "Iya. Nanti aku akan menjemputmu. Sampai jumpa nanti." Ucap Dean lalu menutup telpon. "Huftt langsung ditutup aja. Padahal kan belom bilang love you tadi." Gerutu Cherly. Dahi gadis itu berkerut tapi tidak terlalu lama. Tatapannya langsung beralih pada jejeran tas yang ada di hadapannya. Dia antusias melihat berbagai tas itu sambil memikirkan selera Seline. Pilihannya jatuh pada mini sling bag warna hitam. Selesai melakukan pembayaran, dia segera pulang ke rumah. Sambil menunggu Dean menjemputnya, Cherly dengan antusias membungkus kado untuk Seline dengan kotak warna gold. Disisipkannya pula sebuah kartu ucapan untuk sepupunya itu. Dan, dia bergegas bersiap-siap dengan berdandan sebaik mungkin. Tok.. Tok.. Tok.. "Nona Cherly, Tuan muda Dean sudah datang." Ucap Bi Puput. "Ahh iya. Aku sudah selesai. Habis ini aku akan menemuinya, Bi." "Baik, Non." Sekali lagi, Cherly mengamati penampilannya di cermin. Dia tampak manis dengan flower midi dress warna pink dan cluth senada. Heels warna putih tampak memperlengkapi penampilannya. "Sempurna." Ucap Cherly lalu tersenyum senang. Gadis itu menemui Dean yang tengah menunggunya di ruang tamu sambil membawa kotak hadiah yang tadi sudah dia siapkan untuk Seline. "Aku sudah siap." "Oke. Ayo, kita berangkat." "Tunggu." Dean menoleh menatap Cherly bingung. "Ada apa? Ada yang ketinggalan?" "Nggak ada sesuatu yang ingin kamu katakan padaku?" Tanya Cherly manja sambil mengangkat alisnya. Dahi Dean berkerut. "Kali ini apalagi yang dia harapkan?" Keluh Dean dalam hati. Cherly memberikan kode dengan menaik turunkan tangannya di depan seluruh tubuhnya. Dean mengangkat alisnya sambil menatap Cherly sampai tiba-tiba dia merasa mengerti maksud gadis itu. "Ah.. Kamu cantik. Gaun, sepatu, tas semuanya cocok untukmu. Jadi, bisakah kita berangkat sekarang?" Cherly menghela nafas kesal. Kenapa juga tunangannya ini sama sekali nggak manis? Tidak bisakah sesekali dia memuji Cherly dan menatapnya dengan tatapan memuja? Tapi, Dean memang seperti itu. Cool. Malah bisa dibilang cold alias dingin. Gadis itu tidak mau terlalu ambil pusing. Jika dia ngambek pasti mereka akan kembali bertengkar. Jadi, kali ini Cherly memutuskan untuk mengalah. Dia melangkah mendekati Dean dan menggandeng lengan pria itu. Dean melajukan mobilnya menuju kafe tempat pesta ulang tahun Seline berlangsung. Sepertinya, pestanya sudah dimulai karena saat mereka tiba iringan musik piano sudah memenuhi ruangan, tampak cake yang sudah terpotong pula. Tatapan Dean langsung tertuju pada gadis yang bermain piano yang ada di ruangan itu. "Itu kan gadis yang diperkenalkan Billie padaku." Gumam Dean dalam hati. Cherly melepaskan tangannya dari lengan Dean dan mulai mencari-cari sepupunya. "Ah.. Itu dia Seline. Ayo, kita ke sana." "Kamu duluan aja. Nanti aku nyusul. Aku mau ke toilet dulu." "Baiklah." Cherly berjalan menuju Seline yang tampak sedang berbincang dengan teman-temannya. "Selinee... Happy birthday." Seru Cherly lalu memeluk serta memberikan ciuman di kedua pipi Seline dengan antusias. "This is yours. Semoga suka." Tambah Cherly seraya memberikan kadonya. "Makasih, Cher. Kamu sendirian?" "Nope. Aku bersama Dean tapi dia masih ke toilet. Bentar lagi juga bakalan nyusul ke sini kok." "Ah begitu. Aulia juga dateng." "Lia? Aulia teman kuliah kita dulu?" "Iya. Lia yang itu. Dia lagi pilih-pilih makanan tuh." Ucap Seline seraya menunjuk seorang gadis yang tengah memilih berbagai jenis cake yang tersedia. "Kalau gitu, aku samperin Lia dulu deh. Nanti aku ke sini lagi bareng Dean." "Oke." Cherly melangkah dengan mengendap-endap, bermaksud mengangetkan sahabatnya semasa kuliah itu. Namun, kurang 5 langkah dari tempat Aulia, gadis itu menoleh ke belakang. Dia menatap Cherly dengan membelalak senang. "Cherlyyy..." Cherly tersenyum senang. Dia hendak memeluk Aulia tapi melihat kedua tangan gadis itu sudah penuh dengan sepiring cake dan segelas soft drink, dia mengurungkan niatnya dan hanya mengajak Aulia duduk di kursi terdekat. Begitu, meletakkan bawaanya alias makanan di atas meja, Aulia bergegas memeluk Cherly yang dibalas Cherly dengan pelukan yang sama eratnya. "Aku merindukanmu." "Aku juga. Kamu kemana aja sih selama ini? Selepas kita lulus kuliah, tiba-tiba kamu menghilang begitu aja. Si Nathan sampe belingsatan nyariin kamu. Kenapa kamu tiba-tiba pergi tanpa mengatakan apapun pada Nathan? Bukankah kalian saling mencintai?" Tanya Cherly penasaran. Seingatnya Nathan dan Aulia adalah pasangan yang paling diidolakan semasa mereka kuliah. Keduanya memiliki paras yang menarik dan saling memperhatikan satu sama lain, benar-benar couple goals banget. Aulia hanya tersenyum mendengar rentetan pertanyaan Cherly. Gadis itu tampak enggan menjawab pertanyaan Cherly. "Kamu sendiri gimana kabarnya? Hubunganmu dengan Dean berjalan lancar?" Cherly tersenyum. "Hubunganku dengan Dean sangat lancar. Kami akan segera menikah." Ucap Cherly antusias. "Kamu benar-benar akan menikah dengan Dean?" Tanya Aulia kaget. "Iya. Dia bilang akan menikahiku sesegera mungkin." "Wah, selamat ya, Cher. Aku nggak nyangka kalau pada akhirnya dia bisa nerima kamu sebagai tunangannya." Ucap Aulia lalu memeluk sahabatnya. "Terus, kamu sendiri gimana? Apa yang sebenarnya terjadi padamu dan Nathan? Kenapa kamu pergi gitu aja? Bahkan kamu nggak bilang apapun padaku saat itu." Aulia tersenyum pahit saat benaknya kembali mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu. "Aku melihatnya selingkuh." Cherly membelalakan matanya kaget. "Nathan menyelingkuhimu? Seorang Nathanael yang selalu memperlakukan Aulia bak ratu berselingkuh? Kamu bukan salah paham kan?" "Aku melihat mereka begitu mesra hari itu, Cher. Bahkan gadis itu mencium Nathan." "Nathan nggak memberikan penjelasan padamu?" "Aku nggak mau mendengarnya. Sekali berdusta hanya dusta yang akan keluar dari mulutnya." Ucap Aulia tenang. "Selama ini kamu tinggal di mana? Dan, kenapa baru muncul sekarang?" "Aku tinggal di rumah Tanteku di Surabaya untuk sementara kemudian aku mengajukan beasiswa di China dan diterima, aku ambil S2 di sana kemudian baru kembali ke Surabaya untuk bekerja. Baru sekitar setahun yang lalu, aku dimutasi ke kantor pusat lalu secara nggak sengaja aku bertemu dengan Seline seminggu yang lalu saat perawatan wajah. Lalu, dia mengundangku datang kemari." Cherly menatap Aulia prihatin. "Ah.. begitu rupanya. Apakah kamu sedang dekat dengan seseorang saat ini?" "Nggak ada. Aku yang sekarang sibuk berkarir." Cherly menatap sahabatnya sedih. Dia bisa melihat luka Aulia dengan jelas. Dia sama sekali tidak menyangka jika Nathan yang sangat perhatian pada Aulia ternyata berselingkuh di belakangnya. Kisah cinta seseorang memang tidak bisa ditebak. Jika dilihat, seharusnya hubungannya dengan Dean lah yang lebih rapuh dan terancam berakhir. Tapi siapa sangka justru dirinya dan Dean yang sampai di jenjang pernikahan. "Mau kukenalkan pada seseorang?" Tanya Cherly yang langsung disambut tawa Aulia. "Astaga, Cher. Aku baik-baik saja dan masih nggak ingin kembali menjalin hubungan dengan siapapun. Jangan khawatir. Aku baik-baik saja dan cukup bahagia." "Ehh, bukannya itu Dean?" Tanya Aulia seraya menunjuk sosok Dean yang terlihat dari jauh. Cherly langsung menoleh ke arah yang dilihat oleh Aulia. Cewek itu langsung membelalakan matanya. Dia sama sekali nggak mempercayai apa yang dilihat oleh matanya. Dia melihat Dean menggandeng tangan gadis yang tadi bermain piano. Dia benar-benar marah karena selama ini Dean jarang sekali menggenggam tangannya. Tapi, sekarang di pesta ulang tahun sepupunya sendiri, pria itu malah menggandeng tangan seorang gadis. Cherly sampai harus menyipitkan matanya untuk meyakinkan matanya bahwa penglihatannya tidak salah. "Dean!! Dean!!" Teriak Cherly kesal. "Kamu teriak sampai suaramu habis, dia juga nggak akan bisa mendengarmu. Mendingan kamu samperin aja dan tanya langsung ke dia siapa gadis itu." "Dean!!" Teriak Cherly sambil berlari mengejar Dean. Cherly terlambat. Dia baru sampai di parkiran saat mobil Dean telah melaju meninggalkan lapangan parkir. High heels dan padatnya tamu undangan menghalangi dia untuk melangkah lebih cepat. Gadis itu mendengus kesal lalu masuk kembali ke dalam cafe dan langsung mencari sepupunya. "Lin, kamu nemuin cewek penggoda itu di mana sih?" "Cewek penggoda apaan sih, Cher? Jangan bicara sembarangan deh!" Tegur Seline kesal lalu menarik sepupunya untuk menjauh dari kerumunan teman-temannya sambil memberikan seulas senyum pada mereka. "Itu cewek yang tadi main piano. Dia sudah menggoda Dean dan sekarang Dean malah meninggalkan aku sendirian di sini." "Hah? Maksudmu Melody?" "Ya mana aku tahu siapa namanya. Yang jelas cewek itu sudah menggoda Dean." Tawa Seline langsung meledak. "Kamu kalau ngomong dipikir dulu ya, Cher. Melody itu buta. Jadi, bagaimana mungkin dia menggoda Dean? yang paling mungkin terjadi justru sebaliknya kan?" "Maksudmu Dean yang menggodanya? Itu nggak mungkin! Aku sangat mengenal Dean. Dia nggak akan mungkin melakukan hal seperti itu." Jawab Cherly ketus. "Lagipula kamu yakin dia buta? Jangan-jangan kamu dibohongin lagi. Dia mampu bermain piano sesempurna itu jadi mana mungkin dia buta." Seline harus menarik nafas dalam-dalam agar tidak membentak sepupunya itu. "Dia itu murid papanya Billie. Aku juga pernah datang ke festival musik untuk melihat penampilannya secara langsung dan dia nggak berbohong. Bukankah Dean dan Billie sangat dekat? Mungkin saja mereka berteman. Jangan berpikiran negatif dulu. Sebaiknya sekarang kamu telepon Dean dulu dan tanya dia baik-baik." "Nggak. Aku akan ke rumahnya sekarang." "Tapi, acaraku belum selesai, Cher. Kamu nggak boleh gitu dong." "Bodoh amat!!" Teriak Cherly sambil berjalan meninggalkan cafe. Cherly keluar dari Cafe dan segera memanggil taksi menuju rumah Dean.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD