Patuh Atau Pulang?

1297 Words
"Jaga Cherly baik-baik. Dia tanggung jawabmu selama kalian di Bali." Tegas Bella seraya menatap putranya yang terlihat agak nggak nyaman. Wanita itu beralih ke arah Cherly. "Nikmati waktumu selama di sini ya, Sayang." Ucap Bella seraya memeluk Cherly. "Aku curiga jangan-jangan aku ini anak angkat doang." Gerutu Carlie saat melihat betapa manisnya sikap mamanya pada Cherly. Bella terkekeh. "Rupanya anak mama bisa cemburu juga." Bella kembali menghampiri Carlie dan memberikan pelukan erat serta ciuman di pipi putra tunggalnya. "Mama mencintaimu. Nikmati waktumu dan Cherly selama di sini. Ini liburan sebelum kamu kerja keras nantinya." "Om titip Cherly ya, Lie." Ucap Troy. "Iya, Om. Carlie akan menjaga Cherly selama di sini." "Dan kamu, jangan merepotkan Carlie. Jangan terlalu banyak menangis." Ucap Troy pada putrinya. Sekalipun Cherly selalu menutupi wajah sembabnya dengan make up dan berusaha untuk lebih banyak tersenyum, tetap saja Troy tahu bahwa putrinya masih sering menangis. "Papa harap sepulang dari Bali, kamu bisa memberikan keputusan yang papa inginkan." Cherly tidak menjawab perkataan papanya. Gadis itu hanya mendekati papanya kemudian memeluknya erat. Bergantian, kelima orang tersebut saling memberikan pelukan sebelum akhirnya Troy, Bella dan Axel masuk ke dalam bandara untuk check in. "Kamu ingin ke mana?" "Kamu nggak perlu menganggap omongan para orang tua terlalu serius. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kamu bebas mau ke manapun dan nggak perlu mengikutiku." Ucap Cherly lalu melangkah pergi. Carlie mendengus kesal mendengar perkataan Cherly. Dia berjalan menghampiri Cherly dan menarik pergelangan tangan gadis itu hingga Cherly berbalik menoleh ke arahnya. "Mana bisa seperti itu?! Kamu tanggung jawabku selama kita di Bali. Kalau kamu nggak mau nerima itu, aku akan langsung pesan tiket balik." Cherly mendelik kesal. "Kamu kok jadi nyebelin banget sih sekarang?!" "Itu bukan nyebelin tapi tanggung jawab!" "Terserah!! Nanti malam pokoknya aku mau ke club." Ucap Cherly kesal seraya menarik tangannya lalu kembali melangkah menjauhi Cherly. Carlie mendelik mendengar ucapan Cherly. Bagaimana mungkin gadis itu bilang bisa menjaga diri kalau tempat yang dia tuju justru club malam? Dan, setelah mengetahui hal itu, bagaimana mungkin Carlie membiarkan Cherly pergi sendiri? Dia terpaksa mengekori gadis itu. Mereka kembali ke hotel karena Cherly mengeluh ingin istirahat dulu. "Nanti kamu mau pergi jam berapa?" Tanya Carlie sesaat setelah mereka tiba di hotel tepatnya di depan kamar Cherly. Cherly menatap Carlie kesal. "Kenapa sih kamu hobi banget ngekorin aku? Tadi aku sudah bilang kan.." "Oke. Kita pesen tiket balik sekarang." Potong Carlie lalu mengambil ponselnya dan masuk aplikasi untuk memesan tiket. Cherly berusaha merebut ponsel Carlie, tapi Carlie dengan tangkas menahan tangan Cherly dan menggunakan sebelah tangannya untuk mengisi data yang diperlukan. "Berikan KTPmu padaku." Pinta Carlie. "Nggak ada." Carlie menghembuskan nafas kasar. Dia berusaha menahan emosinya menghadapi Cherly yang menurutnya menyebalkan. Dia meraih tas Cherly dan langsung menggeledahnya untuk mencari dompet gadis itu. "Kamu apa-apaan sih, Lie?!" "Sesuai kesepakatan, kita pulang kalau kamu nggak mau ikut peraturanku." "Oke. Lakukan apa maumu. Sekarang kembaliin tasku dan jangan pesan tiket. Kalau mau pulang, kamu pulang aja sendiri!! Heran deh!! Ngakunya suka sama aku, tapi tingkahnya nyebelin banget!" "Memangnya aku bilang perasaanku padamu masih sama seperti dulu?" Tanya Carlie sedingin mungkin. Cherly menganga menatap Carlie, tidak menyangka bahwa jawaban sedingin itu akan keluar dari mulut sahabat masa kecilnya. "Jam berapa kamu akan keluar?" Tanya Carlie lagi. "Nanti aku akan menelponmu." Ucap Cherly seraya menarik tasnya kasar. Carlie kembali meraih tas Cherly dan mengambil satu key card hotel milik Cherly. "Aku bawa satu." Cherly melotot. "Ngapain?! Kamu dilarang masuk kamarku tanpa seijinku!!" "Oke. Aku pesenin kamar baru aja buat kita." "Maksudmu?" "Kita pindah jadi satu kamar. Tenang aja aku bakal minta twin bed untuk kita." "Kamu gila?!!" "Habis kamu mencurigakan. Kalau terjadi sesuatu padamu, semuanya pasti menyalahkanku." "Bawa aja kunci kamarku!! Aku nggak mau tidur di kamar yang sama denganmu!" Ucap Cherly ketus lalu masuk ke dalam kamarnya. Carlie mendesah lelah. "Kenapa kalau ada mama, papa dan Om Troy, dia bisa manis sekali? Tapi, kalau hanya ada aku, dia langsung bertindak seenaknya. Apa dia nggak tahu kalau sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan padanya, akulah yang kena damprat?" Keluh Carlie. "Hh.. Kenapa juga aku bisa menyukai gadis itu?" Gumam Carlie lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak. Aku nggak boleh terlalu baik dan lembut, nanti dia akan makin seenaknya." Tambah Carlie seraya mengingat wejangan dari Tristan sehari sebelum keberangkatannya ke Bali. "Kalau kamu ingin membuat Cherly jatuh cinta padamu, jangan bersikap seperti pengikutnya yang selalu mengikuti dia. Jadilah lebih cool dan dingin seperti dirimu saat di sini." "Mana bisa seperti itu? Aku nggak mungkin mengacuhkan dia." "Ikuti aja saranku, Lie. Ini trik untuk menarik perhatiannya Cherly. Saat kamu udah perhatian banget dulunya lalu mendadak jadi dingin, dia pasti bingung." Carlie melangkah menuju kamarnya yang tepat berada di sebelah kamar Cherly. Dia melangkah menuju kamar mandi dan memutuskan untuk berendam sebentar demi merilekskan ototnya yang tegang akibat beradu mulut terus dengan Cherly. *** Carlie memandang ngeri pada Cherly yang berjalan sedikit sempoyongan menuju meja bar. Jika gadis itu kembali memesan minuman, bisa dipastikan ini akan menjadi gelas keempat gadis itu malam ini. Carlie melangkah mendekati Cherly, meraih gelas yang ada di tangan gadis itu dan meletakkannya di atas meja bar. "Kita pulang sekarang." Ucap Carlie. "Nggak. Aku masih mau minum dan ngedance. Nih lagunya pas lagu kesukaanku." Rancau Cherly seraya ikut menyanyikan lagu yang sedang diputar. "Berikan aku segelas whiskey lagi." Ucap Cherly pada bartender yang tengah menatapnya. Carlie memberikan kode pada bartender itu untuk tidak mendengarkan si gadis mabuk. Sepertinya, bartender itu cukup mengerti dan mengacuhkan permintaan Cherly. Dia malah nyengir ke arah Carlie. Sedangkan Carlie langsung membawa Cherly keluar dari club itu. Agak susah membawa gadis itu keluar dari club apalagi dia terus berusaha meronta dan berteriak seperti orang gila. Carlie terpaksa menahan rasa malunya. Dia menggendong Cherly dan berjalan keluar secepat mungkin. Carlie patut bersyukur karena tubuh Cherly ringan dan sekalipun gadis itu meronta, dia masih sanggup menahannya. "Aku masih mau minum!!" Teriak Cherly saat Carlie memasukkan gadis itu ke dalam mobil dan memakaikan seat belt padanya. "Kita minum di hotel saja." "Janji?" Tanya Cherly sambil menyodorkan janji kelingkingnya. Carlie mendesah lelah, tapi dia tetap mengaitkan kelingkingnya ke kelingking Cherly agar gadis itu tak lagi membuat keributan dan mau menurut. "Lie.. aku pusing." Keluh Cherly sesaat setelah mobil mereka melaju menuju hotel. "Gimana nggak pusing kalau kamu meneguk whiskey seperti minum air? Kamu bisa minum nggak sih, Cher?" Hening. Carlie menatap ke arah Cherly yang tengah memejamkan matanya, mungkin menahan sakit kepala yang mulai menyerangnya atau mungkin gadis itu sudah terlelap. "Apa kamu selalu bertingkah seperti ini saat merasa sedih?" Gumam Carlie prihatin. "Mungkin seharusnya aku nggak menyatakan perasaan padamu saat itu. Kalau saja aku menahan diri lebih baik, mungkin saja kita masih berteman baik dan kamu masih bisa bersandar padaku." Selang beberapa menit kemudian, terdengar suara Cherly mengerang diikuti wajahnya yang mengerut tidak nyaman. Carlie menoleh ke arah Cherly dan menemukan gadis itu meletakkan tangannya di depan mulutnya. Mata Cherly membuka perlahan. "Mual, Lie.." Keluh Cherly seraya kembali memejamkan matanya berusaha menahan pusing dan mual yang datang di saat bersamaan. "Bisa ditahan sebentar nggak, Cher? Di depan udah hotel kok. Kita nyampe habis ini." Ucap Carlie agak panik seraya menambah kecepatan mobilnya segera sampai di hotel. "Mual banget. Pengen muntah. Huukkk" Ucap Cherly seraya menutup mulutnya dan membuat Carlie langsung melotot. "Tahan, oke? Kita udah sampai." Ucap Carlie lalu buru-buru menghentikan mobilnya di lobby serta langsung menggendong Cherly setelah memberikan kunci mobil pada petugas hotel yang standby di depan. Carlie berjalan secepat mungkin menuju kamar seraya berkali-kali meminta Cherly untuk menahan diri agar tidak muntah terlebih dahulu. Oke, gadis itu memang tidak muntah di mobil, di lobby ataupun di lift. Tepatnya, dia memuntahkan seluruh isi perutnya di pelukan Carlie. Pria itu menggeram frustasi tapi tidak bisa meluapkan amarahnya karena Cherly sudah akan muntah kembali. Dia segera berlari ke kamar mandi sebelum muntahan kedua kembali membanjiri pakaiannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD