Let's Drink Together

1375 Words
Troy menghembuskan nafas kesal. Tangannya masih memegang piring berisi makanan yang disediakan rumah sakit. Karena Cherly hanya pingsan akibat shock dan terlalu banyak menangis, menunya pun agak menggugah selera, bukan bubur atau nasi lembek dengan lauk yang hambar. Sepiring nasi dengan seporsi soto ayam yang lengkap. Tapi, putrinya menoleh ke arahnya pun tidak. Dari sadar sampai sekarang, gadis itu hanya diam dan menatap ke depan dengan pandangn kosong. "Kamu nggak suka menunya? Mau makan apa?" "Cher, kalau kamu nggak bicara bagaimana papa tahu kamu ingin makan apa." Tambah Troy lagi. Kali ini suaranya agak meninggi karena putrinya masih mengacuhkannya. Tatapan matanya masih kosong. PRANG!! Piring yang tadinya dipegang oleh Troy pecah karena pria itu meletakkan piring di nakas separuh membantingnya kasar. Jadilah piring itu pecah dan menggores tangan Troy. Suara itu pun masih tidak membuat putrinya menoleh ke arahnya. "Kalau kamu masih bersikap seperti ini, papa benar-benar akan menghajar Dean!!" Cherly menoleh menatap papanya. Troy mendengus kasar. Nama pria sialan itu lebih mempan daripada pecahan piring yang menggores tangan papanya. "Papa nggak boleh melukai Dean." Ucap Cherly pelan. Troy semakin naik pitam mendengar ucapan putrinya. Sekalinya anak gadisnya membuka mulutnya hanya untuk memohon agar dia tidak melukai bocah sialan itu. "Kenapa papa nggak boleh melukainya?! Dia sudah melukaimu? Dia melukai papa dengan membuatmu seperti ini? Kalau kamu masih nggak mau makan dan bersikap seolah kamu nggak lagi ingin hidup, papa akan memastikan untuk mengirim bocah sialan itu ke neraka!!" Cherly menatap Troy nanar. Pandangan yang biasanya membuat Troy luluh, tapi kali ini tidak mempan untuk Troy. Tatapan Cherly justru semakin menyulut emosinya. Dengan marah, Troy melangkah keluar kamar. Cherly membelalakan matanya menatap papanya yang melangkah pergi. Gadis itu langsung beranjak dari tempat tidurnya dan berlari mengejar papanya. "Ahhh!!!!" Jerit Cherly kesakitan saat jarum infus terlepas dari tangannya dan darah langsung berceceran akibat gadis itu langsung berlari tanpa mengingat dia sedang menerima infus. Troy yang baru mencapai pintu langsung menoleh menatap putrinya. Pria itu terbelalak kaget. Dia berlari ke arah Cherly dan menggendong gadis itu, kembali menidurkannya di ranjang seraya memencet nurse call. "Jangan, Pa. Cherly mohon jangan. Kalau papa menyakiti Dean, Cherly akan mati." Ucap Cherly sambil memegang tangan papanya. "Teganya kamu mengatakan hal seperti itu pada papa!!! Teganya kamu menyakiti hati papa, Cher!!" "Astaga!!" Jerit Bella saat melihat darah berceceran lantai juga di tangan Troy serta Cherly. Belum lagi Cherly yang pucat dan menangis serta Troy yang terlihat sangat marah. Bella berlari mendekati keduanya. Wanita itu memeluk Cherly membuat ayah dan anak itu sadar kalau mereka sekarang tidak hanya berdua. "Apa yang terjadi?" Tanya Bella pelan sambil menatap Troy dan Cherly bergantian. Axel yang baru masuk ke dalam juga cukup terkejut melihat kondisi kamar Cherly yang berantakan. Perawat masuk sesaat Axel tiba. Perawat itu juga nampak terkejut melihat kondisi pasien dan kamar yang kacau. Pecahan piring, darah yang ada di lantai, kondisi pasien. "Tolong keluar sebentar. Kami akan mengobati tangan pasien dan memasang kembali infusnya." "Tante tolong hentikan papa. Jangan biarkan papa menyakiti Dean." Ucap Cherly pelan. Bella menganggukkan kepalanya. Bella, Troy dan Axel keluar dari kamar Cherly. Wanita itu memandang tangan Troy dan menghela nafas. Dia melangkah menuju meja perawat dan meminta mereka untuk mengobati tangan Troy. Sementara tangan Troy diobati, Axel dan Bella duduk di depan kamar Cherly sambil saling menatap. "Kurasa yang telah terjadi jauh lebih buruk dari perkiraan kita." Axel menganggukkan kepalanya. "Dia tidak pernah menunjukkan kemarahan seperti itu di depan putrinya. Bukan hanya kemarahan, Troy juga terlihat sangat terluka." "Bicaralah dengan dia. Temani dia. Biar aku saja yang menjaga Cherly. Aku takut dia sungguh akan membunuh Dean." Axel menghela nafas panjang. Pandangannya bertemu dengan Bella saat melihat Troy keluar dari ruangan tempat perawat mengobati lukanya, tapi dia malah pergi ke arah yang berlawanan dengan kamar Cherly. "Ikuti dia, Xel. Aku takut dia berbuat sesuatu yang menakutkan." Axel berlari mengejar Troy. "Kamu mau ke mana? Ruang rawat putrimu ada di sebelah sana." "Tolong jaga putriku dengan baik. Ada hal yang harus kulakukan." "Troy, emosi dan kekerasan nggak akan bisa mengubah keadaan yang ada. Tolong ingatlah Cherly." Troy menoleh dan menatap Axel dengan emosi. "Kamu nggak akan mengerti apa yang kurasakan, Xel. Dia baru mau menoleh menatapku saat aku menyebut nama bocah b******k itu!! Dia menatapku hanya untuk memohon agar aku tidak menyakiti pria yang sudah menyakitinya!! Bagaimana aku bisa melakukan itu?!! Aku ingin membalas perbuatan Dean berkali-kali lipat agar sakit yang dia rasakan jauh lebih besar daripada sakit yang dirasakan Cherly!!" "Kita bicara di luar. Ini rumah sakit." Ucap Axel seraya membawa Troy ke parkiran mobil. "Masuklah lagi, Xel. Aku harus pergi." "Kita akan pergi bersama." "Aku bukan bocah SMA." "Kalau begitu bersikaplah selayaknya pria dewasa. Dengan emosi seperti ini, kamu menemui Dean. Lalu apa yang nantinya akan terjadi? Kamu ingin melihat raut sedih putrimu?" "b******k!!!" Teriak Troy kesal seraya menendang ban mobil Axel berkali-kali sampai dia kelelahan. Pria itu menjatuhkan dirinya ke tanah. Axel menghela nafas panjang. Dia merangkul temannya dan membawanya masuk ke dalam mobil. "Malam ini aku akan menemanimu minum. Kita minum sedikit untuk melepaskan semua perasaanmu." Ucap Axel lalu mengendarai mobilnya menuju club langganannya semasa muda. "Kuharap tempat itu belum banyak berubah." Troy terkekeh. "Pria rumahan akan pergi ke club lagi untuk pertama kalinya setelah menikah." Axel tersenyum. "Bella sangat tidak suka jika aku ke tempat semacam itu. Katanya bauku sangat memuakkan. Tapi, kurasa hari ini pengecualian. Daripada melihat sahabatnya berakhir di penjara, dia akan lebih baik mencium sedikit bau memuakkan." "Kisahnya Cherly.. Apakah itu adalah karmaku? Karena dulu aku menyakiti Tsania jadi sekarang putri kami yang menerima karmanya. Sebelum menjadi istriku, dia juga anak perempuan yang dicintai keluarganya terutama kedua kakak lelakinya. Tapi, aku dengan brengseknya melukai hatinya, fisiknya." Gumam Troy yang membuat Axel menoleh ke arah pria itu. Bella pernah menceritakan kisah cinta Nia dan Troy. Pernikahan yang tidak diinginkan oleh Troy tapi harus dia jalani sebagai konsekuensi dari perbuatan yang dia lakukan tanpa sengaja pada Tsania. Troy yang awalnya baik dan menganggap Tsania seperti adiknya sendiri berubah menjadi sosok yang kejam dan tidak berperasaan sejak kejadian itu. Walaupun begitu Tsania sangat mencintai Troy. Sekalipun berkali-kali Troy melukai hatinya dan menghancurkan dia lebih lagi dengan kekerasan yang pria itu lakukan tapi cinta itu masih menetap di relung hati Tsania meskipun mungkin sedikit bercampur dengan kepedian dan kemarahan. Waktu memang menyembuhkan segalanya, bahkan menumbuhkan cinta di hati Troy tapi semuanya terlambat karena Tsania meninggal sesaat setelah buah hati mereka lahir. "Jangan berpikiran seperti itu. Dean dan Cherly hanya tidak berjodoh." "Seharusnya aku tidak pernah mempertemukan mereka." "Kamu nggak hanya mengajak Cherly makan malam bersama Aldo. Tapi, hampir semua rekan bisnismu pernah bertemu dengan putrimu. Ini semua sudah takdir. Tidak perlu menyesali yang sudah terjadi. Aku yakin Cherly adalah gadis yang kuat. Dia pasti bisa melewati ini. Perlukah aku menyuruh Carlie cepat pulang?" Canda Axel. "Bisakah kita benar-benar menjodohkan mereka berdua?" Tanya Troy setelah terdiam agak lama. Axel melirik Troy. "Kita sudah pernah membahas hal ini sebelumnya." "Bisakah kamu memikirkannya lagi, Xel?" "Aku takut kamu akan bersikap seperti ini kalau hubungan mereka tidak berjalan lancar. Mertua yang sangat protektif." Ejek Axel. Troy tersenyum. "Aku tidak marah hanya karena Dean memutuskan Cherly. Aku marah karena dia tidak bisa tegas dengan putriku sejak awal. Aku marah karena dia memanfaatkan putriku untuk meraih bantuan dariku dan setelah dia tidak membutuhkan putriku, dia membuangnya seperti barang bekas." Jelas Troy dengan suara menggeram marah. "Pasti seperti ini perasaan kakak-kakak Nia dulu. Adik perempuan mereka satu-satunya malah disakiti oleh pria b******k sepertiku. Dosaku pasti berat sekali sudah menyiksa anak yatim piatu." Imbuh Troy lagi. Axel terdiam mendengar penuturan Troy. Sepertinya, kejadian yang menimpa Cherly benar-benar menyeretnya kembali ke masa lalu, kembali mengangkat seluruh perasaan bersalah yang dimilikinya pada mendiang istrinya. "Jangan lagi berkata seperti itu. Tsania dan kedua kakaknya sudah memaafkanmu. Lagipula mana mungkin seorang Ibu mengutuk putrinya sendiri? Ini nggak ada hubungannya dengan karma atau apapun yang ada di pikiranmu, Troy. Kamu sudah menebus segalanya dengan memperlakukan Nia sebaik mungkin saat kamu berhasil membuka hati untuknya." "Kita sudah sampai. Ayo turun. Kita lupakan semuanya dan minum sepuasnya. Aku akan menelpon Teguh untuk standby. Masuklah duluan." Tambah Axel. "Aku juga harus menelpon seseorang." "Siapa?" "Puput. Aku sudah meminta Ervin untuk menyuruh Dean menemuiku malam ini. Tapi sepertinya kita akan menghabiskan waktu semalaman di sini. Aku akan meminta Puput untuk mengusirnya saja." "Baiklah."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD