A Father's Love

1316 Words
Ponsel Cherly berdering berulang kali tapi gadis itu seolah tuli. Dia hanya menatap kosong jendela kamarnya. Air matanya masih menetes tapi tidak separah saat kepergian Dean tadi. Gadis itu menangis histeris yang membuat Bi Puput sampai panik. Tak lama kemudian terdengar suara pintu kamarnya diketuk diiringi suara pria yang selalu menjadi cinta pertamanya. "Cher, buka pintunya, Sayang." Ucap Troy sambil mencoba membuka pintu kamar Cherly. Tentunya tidak bisa karena gadis itu langsung mengunci pintu kamarnya sesaat setelah dia masuk kamar. Ketukan pintu dan panggilan namanya semakin intens seolah menunjukkan betapa paniknya Troy. "Cher, kalau kamu nggak buka pintunya, papa akan dobrak pintu kamarmu!!" Hening. Sang pemilik kamar seolah tidak peduli dengan ancaman dobrakan pintu. Gadis itu masih memiliki tatapan kosong yang sama. Dia sudah nggak memiliki harapan. Kata-kata Dean tadi adalah sesuatu yang final, tidak ada satu halpun yang bisa menggoyahkan pria itu kali ini. Lalu, bagaimana dengan dirinya? Dia yang sudah memberikan seluruh hatinya untuk pria itu. Cinta masa remajanya. Pria yang membuatnya berdebar untuk pertama kalinya. BRAK!! Pintu kamar Cherly benar-benar didobrak oleh 2 orang penjaga rumah Cherly. Namun, kebisingan itu tidak membuat gadis itu menoleh sama sekali. Troy mengamati putrinya dan hatinya sangat hancur, melebihi hancur yang dirasakan Cherly. Anak gadisnya, anaknya satu-satunya, permata hatinya, seolah kehilangan gairah hidup. Ponsel Troy yang berdering mengalihkan perhatian Troy. Melihat nama yang tertera di layar, pria itu memutuskan untuk mengangkat telpon. Bella pasti bingung kenapa stafnya menghilang di jam kerja. Troy melangkah keluar dari kamar Cherly. "Jaga Nona dengan baik. Jangan biarkan dia melakukan hal bodoh." Ucap Troy pada dua bodyguardnya lalu meninggalkan kamar Cherly sejenak untuk mengangkat telpon Bella. "Aku minta maaf atas kekacauan yang diberikan putriku. Tapi, kurasa saat ini dia tidak bisa kembali ke kantor. Dan, sepertinya dia juga membutuhkan cuti untuk beberapa hari. Jika tidak, aku akan meminta Ervin untuk mengurus surat resign untuknya." Ucap Troy langsung tanpa memberikan Bella kesempatan untuk berbicara, bahkan sekedar menyapapun tidak. "Narsya terlalu keras padanya kah?" "Bukan. Ini tidak ada hubungannya dengan Narsya ataupun pekerjaan yang kamu berikan. Ini karena pria sialan itu." "Kali ini kenapa lagi?" "Puput hanya bilang kalau Cherly menangis histeris sesaat setelah Dean pergi dan sekarang.." Troy berhenti sejenak. Dia menarik nafas dalam-dalam untuk meredakan sakit yang menghantam hatinya. "Aku melihat dia kehilangan gairah hidup di matanya." Ucap Troy pelan. Hening. Bella terdiam seolah bisa merasakan sakit yang dirasakan Troy. "Kamu harus tenang. Jangan terlalu kasar kalau bicara dengan Cherly. Memarahinya hanya akan memperburuk keadaan." Ucap Bella pelan. "Nona!!" Jeritan bodyguard yang ada di kamar Cherly bukan hanya membuat Troy kaget tapi juga Bella. Tanpa mengatakan apapun lagi, Troy menutup telponnya dan segera berlari masuk ke kamar putrinya. Dia melihat putrinya tergeletak dengan wajah pucat pasi. "Siapkan mobil. Kita akan ke rumah sakit." Ucap Troy lalu mengangkat tubuh putrinya dan menuruni tangga seraya memanggil Bi Puput. Asisten rumah tangga itu bergegas berlari dan langsung berteriak shock saat melihat nonanya pingsan dengan wajah pucat. "Astaga, Nona." "Siapkan keperluan Cherly. Nanti supir akan kembali untuk mengambilnya. Lalu, telpon Ervin untuk menemuiku di International Hospital. Dan, jika Bella menelpon katakan padanya bahwa aku membawa Cherly ke rumah sakit dan akan menghubunginya jika aku sempat." Jelas Troy sambil melangkah menuju mobil yang sudah standby menunggu. "Baik, Tuan." Mobil Troy segera melaju menuju rumah sakit. Sepanjang jalan, Troy terus menggenggam tangan putrinya sembari mengelus rambutnya. "Kamu benar-benar melukai hati papa, Cher. Kenapa kamu harus seperti ini hanya karena pria b******k seperti Dean? Dia sama sekali nggak pantas untukmu. Dia nggak pantas untuk mendapat air matamu. Dia nggak pantas untuk kamu pertahankan. Papa selama ini diam bukan berarti papa nggak tahu semua perlakuannya padamu. Papa diam karena papa tahu saat papa menyakitinya, kamu juga akan terluka bahkan bisa jadi kamu jauh lebih terluka daripada dia. Tapi, sekarang, papa nggak bisa diam lagi. Papa akan buat perhitungan pada anak itu." "Tolong cepat sedikit." Pinta Troy pada supirnya. "Iya, Pak. Sebentar lagi kita sampai." Beberapa menit kemudian, mereka tiba di rumah sakit. Troy langsung menggendong putrinya menuju UGD. Rupanya, Ervin juga telah tiba di sana. Jadi, Troy bisa leluasa menemani putrinya dan menyerahkan masalah administrasi pada asistennya. "Selamat siang Ibu Bella." Jawab Ervin begitu menempelkan telinganya di ponsel. "Cherly di mana? Bagaimana kondisinya?" "Pak Troy sedang menemani Nona. Saat ini dokter memeriksa kondisi Nona dan memasang infus di tangannya. Jadi, saya masih belum tahu pasti tentang kondisi Nona. Saat ini kami di International Hospital. Saya akan segera menelpon Bu Bella kembali begitu saya tahu kondisi Nona." "Nggak perlu, Vin. Nanti sepulang kerja, aku dan Axel akan pergi ke sana. Tolong belikan makanan saja untuk Troy atau bujuk dia untuk makan." "Baik, Bu." "Ah.. satu hal lagi. Kalau Troy menemui Dean, kamu harus segera mengabari aku atau Axel. Aku takut dia kelepasan dan menghajar anak itu." "Saya mengerti. Saya akan melakukan sesuai permintaan Ibu." "Terima kasih." Ervin menghampiri Troy sesaat setelah dokter pergi dan buru-buru mengikutinya karena Cherly akan di pindahkan ke kamar rawat VIP. "Batalkan semua jadwalku yang bisa dibatalkan. Dan pergilah mewakiliku untuk jadwal yang tidak bisa dibatalkan." Ucap Troy tegas sesaat setelah perawat meninggalkan kamar Cherly. "Baik, Pak." "Dia putriku satu-satunya. Hanya dia yang aku punya, Vin." Ucap Troy pelan dengan tatapan mata yang sangat fokus pada Cherly Ervin terdiam. Dia memahami perasaan bosnya. Dia sudah bekerja pada Troy sejak nonanya masih kecil. Bahkan saat gadis itu masih kecil, dialah yang mengurus segala kebutuhan gadis itu termasuk menjaganya. Cinta dan sikap protektif Troy sudah dia ketahui dan amat dia mengerti. "Nona pasti bisa melewati ini, Pak. Dia gadis yang kuat dan tangguh." Ucap Ervin sambil tersenyum seraya mengingat masa kecil gadis itu yang terkadang menampakkan diri sebagai seorang jagoan. "Kenapa gadis sekuat dia harus jadi lemah dan menyingkirkan semuanya mimpinya hanya karena seorang pria sialan seperti Dean?!" Ucap Troy geram. "Hubungi pria sialan itu. Suruh dia menemuiku di rumah nanti malam. Bella akan ke sini untuk menjaga Cherly jadi aku bisa meninggalkannya sejenak." "Bapak tidak akan melakukan sesuatu yang melanggar hukum kan?" "Kalau itu sesuatu yang melanggar hukum, aku tidak akan melibatkanmu. Dan aku juga tidak akan menyuruhnya datang ke rumah." Ucap Troy tegas tapi Ervin bisa melihat kilatan kemarahan di mata bosnya. "Dia hanya akan membayar sedikit untuk penderitaan Cherly selama ini." Ngeri. Itu yang dirasakan Ervin saat mendengar betapa dinginnya Troy. "Bapak harus mengingat kalau Nona hanya memiliki anda sama seperti anda hanya memiliki Nona di dunia ini." Ucap Ervin pelan berharap bahwa pertemuan nanti malam tidak berakhir dengan kekerasan atau lebih dari itu. Troy menghela nafas mendengar peringatan Ervin. Asistennya benar. Sama seperti dia yang hanya memiliki Cherly, Chelry pun hanya memilikinya. Bisakah dia hanya sekedar berbicara pada Dean saat mereka bertemu? Padahal tangannya sudah sangat gatal memukuli Dean. Setidaknya jika bukan hatinya, tubuh Dean yang terluka bisa membuatnya sedikit puas karena Cherly pun sedang terluka saat ini. "Kamu atur saja pertemuan kami nanti malam di rumah. Kalau kamu nggak melakukannya, aku sendiri yang akan menemui bocah itu. Dan, kalau aku sendiri yang menemuinya, aku tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi nanti." Ucap Troy dingin. "Pergilah. Kembalilah ke kantor dan hubungi Bella katakan padanya kalau aku meminta tolong agar dia menjaga Cherly sebentar nanti malam." "Ibu Bella tadi menelpon saya menanyakan kondisi Nona dan mengatakan bahwa beliau akan datang kemari sepulang dari kantor." "Aku selalu berutang budi padanya saat Cherly sakit." Gumam Troy. "Katakan padanya jika Cherly pingsan karena shock dan terlalu banyak menangis jadi dia tidak perlu khawatir." "Baik, Pak." "Kamu boleh pergi. Selesaikan semua pekerjaan di kantor." "Baik, Pak." Ervin memandang Troy lama sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar rawat Cherly. Bosnya duduk di samping ranjang Cherly sambil terus menggenggam dan mencium tangan gadis itu. Semua kekhawatirannya tercetak jelas di wajahnya sekalipun kondisi Cherly tidak buruk secara fisik, namun pria itu tau secara psikologis gadis itu benar-benar terluka. "Jangan membuat papa lebih khawatir lagi, sayang. Papa bisa berbuat hal yang sangat kejam kalau kondisimu semakin buruk." Gumam Troy pelan sambil mengelus rambut putrinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD