02 - Berkuda di atas Ranjang

1240 Words
Nana dan Calvin memilih ke luar gedung melewati pintu khusus yang langsung mengarah ke parkiran VVIP. AMIGOS STUDIO merupakan studio foto mewah, tempat yang biasa disewa oleh para fotografer, selebriti serta model papan atas. Jadi, wajar saja jika studio mewah ini memiliki parkiran dan jalan khusus untuk menghindarkan tamunya menjadi sorotan para pemburu berita. "Kau mau makan di mana?" tanya Calvin sebelum ia memacu mobilnya. "Lebih baik kita makan di Restoran Hotel. Aku pikir itu akan lebih efisien dan kita bisa terhindar dari bidikan lensa kamera para wartawan sialan itu, mengingat waktu ku tidak cukup panjang," ucap Nana santai yang ditanggapi dengan pandangan kaku Calvin. "Kau masih punya pekerjaan?" Calvin bertanya penasaran.Nana tersenyum manis mendengar pertanyaan Calvin.  "Tentu saja, Cal. Jam 3 dini hari nanti, aku harus sudah berada di bandara. Aku akan terbang ke Indonesia menemui sahabatku di sana." Calvin menggenggam erat setir mobilnya, ia begitu kesal mendengar jawaban Nana, tapi pria itu tidak bisa berbuat apa pun. Nana juga terlihat tidak begitu peduli dengan sikap Calvin, wanita itu memilih sibuk mengotak-atik ponselnya. Mobil yang dikendarai Calvin mengarah ke salah satu hotel mewah yang berada di kota Paris, Perancis. Renaissance Paris Vendome Hotel, hotel ini terletak hanya beberapa menit dari berbagai atraksi kota seperti sungai Seine, Orsay dan Museum Louvre. Hotel yang menjadi pilihan Nana dan Calvin untuk menghabiskan malam panas mereka berdua. ***** Sesampainya mereka di hotel, keduanya memilih untuk langsung pergi menuju restoran dan tanpa menunggu lama, mereka memilih menu mana yang akan disantap untuk mengisi perut sebelum mereka bekerja keras berdua. "Apa aku boleh bertanya sesuatu?" Calvin meminta izin untuk bertanya  pada Nana. Nana yang sedang fokus memotong steak, lantas berhenti dan menatap Calvin dengan senyuman. "Kau sungguh lucu, Cal. Tentu saja kau boleh menanyakan apa pun. Selagi aku bisa menjawabnya," jawab Nana santai.Calvin meneguk air putih di hadapannya hingga tandas lalu berdeham pelan sebelum mengajukan pertanyaan pada Nana. "Apa kau tidak ingin memiliki seorang kekasih, Na?" tanya Calvin hati-hati. Bagi Calvin, Nana merupakan sosok seorang wanita yang sangat sulit untuk ditaklukan, berbeda dengan wanita-wanita lain di luar sana yang dengan sukarela melemparkan diri padanya bahkan tergila-gila akan pesonanya. Pertanyaan yang  ditanyakan Calvin adalah pertanyaan kesekian kalinya didengar oleh Nana dari partner kencan sesaatnya. Nana tertawa kecil sembari meletakkan garpu dan pisau di atas  piring steak miliknya. Nana membalas tatapan mata Calvin..  "Tentu saja aku ingin, tapi aku belum bertemu dengan seseorang yang bisa kujadikan kekasih,"  “Kau tau, Cal. Aku lebih senang seperti saat ini. Aku bisa bebas bersama siapa pun tanpa ada yang mengekangku," lanjut Nana. "Apa aku bukan sosok pria yang pantas menjadi kekasihmu? Bukankah akan lebih baik jika kita menjalani hubungan dengan status yang lebih jelas?" cecar Calvin. Nana mendesah, "oh, come on, Cal. Tanpa status pun, kau tetap bisa menikmati milikku.  Kau bukan pria yang masuk dalam kategori cocok menjadi kekasihku. Jadi, lebih baik kita bersenang-senang saja untuk saat ini," jelas Nana. "Lebih baik kau cari wanita lain saja untuk kau jadikan kekasih. Aku masih ingin bebas sendiri," ucap Nana penuh penekanan. “Apa kau pernah jatuh cinta sebelum ini?” Pertanyaan Calvin membuat Nana menggertakan giginya. Ia menatap Calvin tajam. “Bagaimana jika kita tidak usah membahas hal tidak penting seperti ini. Aku tidak berkenan kau mengetahui semua hal tentangku. Dan lagi pula, menurutku cinta adalah omong kosong,” ucap Nana tegas sembari menatap Calvin lekat dan tajam. Calvin hanya bisa mendesah pasrah mendengar jawaban yang Nana berikan padanya. "Baiklah, kita lupakan saja topik itu," ucap Calvin.  “Mari kita lanjutkan makan ini. Kau masih selera bukan untuk melanjutkannya?” tanya Calvin kembali mencoba mencairkan suasana yang semakin dingin. "Tentu saja. Aku ingin memakanmu, SE-GE-RA!" Nana mengucapkannya dengan nada menggoda dengan menggigit bibir bawahnya secara sensual. Mood Calvin seketika berubah menjadi lebih baik dan dipenuhi dengan gairah. Nana adalah wanita yang telah terlatih untuk mengendalikan mood dan juga gairahnya dalam waktu bersamaan. Pertanyaan Calvin adalah pertanyaan yang sering kali ia dapatkan dari para pria yang dekat dengannya. Jadi, Nana sudah menganggap hal biasa dan tidak akan memikirkannya apalagi tersinggung. ***** Calvin segera berdiri meninggalkan tempat duduknya lalu dengan cepat menarik lengan Nana. Wanita itu tersenyum senang atas perlakuan terburu-buru Calvin. Ia merasa menang dan bangga bisa membuat Calvin b*******h hanya dengan ucapannya. Calvin merasa dirinya termasuk pria beruntung yang bisa menghabiskan malam panjang dengan melakukan kegiatan panas bersama Nana. Tanpa menunggu lama, sesaat sampai di dalam kamar dan menutup pintu, DJ tampan itu segera mendaratkan ciuman pada bibir seksi Nana. Nana memberi akses penuh dengan membuka bibirnya agar Calvin bisa mengeksplorasi isi mulutnya. Mereka berdua saling bertukar saliva dengan intens. Suara kecapan memenuhi ruangan kamar hotel nomor 1200 ini. Calvin membalikkan tubuh Nana, mengubah posisi agar Nana berdiri membelakanginya sehingga ia dengan leluasa bisa mencium bahu Nana yang terbuka. Saat itu, Nana memakai blouse model sabrina, sehingga dengan mudah Calvin melepaskan blouse tersebut dari tubuh Nana. Blouse itu terlepas, Calvin secara liar menciumi setiap jengkal bahu telanjang Nana. Dengan gerakan cepat, pria itu turut melepas pakaian yang ia kenakan. Begitu juga dengan Nana, wanita itu melepaskan kaitan bra hitam yang menutupi kedua bukit kembarnya. Rok span pendek telah meluncur bebas di lantai. Saat ini yang tersisa di tubuh Nana hanyalah sebuah kain tipis berenda berwarna hitam yang menutupi lubang surgawinya. Nana mengambil posisi berbaring dengan menggigit bibir bawahnya secara sensual, pose seksi yang sukses menaikkan libido Calvin dalam waktu singkat. Tidak perlu menunggu lama, Calvin segera mengimpit tubuh Nana dan mendaratkan ciuman liar ke bibir Nana. Tangan Nana meremas rambut Calvin, sedangkan tangan Calvin memainkan kedua bukit kembar yang sedari tadi menantangnya. Setelah puas bermain dengan lidah Nana, DJ itu mengarahkan mulutnya ke atas puncak bukit kembar Nana. Suara desahan Nana membuat Calvin semakin bersemangat untuk mengecup, mengulum serta menggigit pelan secara bergantian puncak bukit kembar dari kanan dan kiri milik Nana. Semakin kencang suara desahan dan erangan yang keluar dari mulut Nana akibat perlakuan Calvin padanya. Lidah Calvin menjilat pelan leher jenjang milik Nana dan sebelah tangannya mulai menggesek-gesekan satu jarinya ke bibir bawah di antara paha kencang wanita itu. Desahan demi desahan lolos begitu saja dari bibir Nana, apalagi saat jari-jari Calvin memainkan salah satu bagian inti di daerah goa surgawi Nana. Tidak ingin melakukan foreplay terlalu lama, Calvin menarik jarinya dan membuka satu-satunya kain yang menutupi miliknya dan milik Nana.  Keduanya saat ini telah benar-benar polos tanpa sehelai benang yang menutupi tubuh mereka. Mata Nana berbinar senang saat melihat milik Calvin sudah berdiri tegak dan tegang, siap untuk memuaskan mereka berdua malam ini. Nana menarik leher Calvin, mencium bibir pria itu dengan penuh gairah. Milik Calvin yang tegang perlahan menerobos masuk ke dalam goa surgawi Nana. Keduanya bergerak mulai dari tempo pelan dan semakin lama semakin cepat dan kuat. Berbagai gaya dan gerakan mereka lakukan saat keduanya berada dalam gelombang gairah dan rasa panas yang memuncak. Keduanya bekerja keras untuk mencapai satu titik yang bisa melepaskan semua rasa yang kini sedang mendesak. Menumpahkan lelehan lava panas pada goa surgawi Nana adalah hal yang sedang diperjuangkan oleh Calvin dan Nana membantunya mencapai saat itu. Keduanya tersenyum puas saat apa yang mereka inginkan akhirnya didapatkan. Nana dan Calvin berbaring bersebelahan, mengatur napas yang tersengal akibat kegiatan panas menyenangkan yang baru saja mereka lewati. Calvin menatap langit-langit kamar dan tersenyum puas. Tidak dapat dielak dan harus pria itu akui jika Nana adalah wanita yang hebat di atas ranjang. Nana memilih menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya dan memejamkan mata, beristirahat sejenak sebelum ia pergi meninggalkan Calvin dan juga kota Paris.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD