Eric Boleh Juga

1438 Words

Langkah Sabine begitu anggun ketika ia memasuki restoran mewah itu. Denting gelas beradu, obrolan pelan, dan aroma makanan mahal memenuhi ruangan. Sesekali matanya menangkap pemandangan pasangan kelas atas yang tengah larut dalam makan malam romantis mereka. Sabine hanya bisa menghela napas panjang. Ia pun harus melakukan hal serupa, yaitu duduk di meja makan bersama Eric. Mata Sabine menyapu setiap sudut ruangan, mencari keberadaan pria itu. Tidak sulit baginya menemukan Eric. Dengan postur tegap, wajah tampan, dan karisma yang kuat, Eric selalu tampak menonjol di keramaian. Namun, alih-alih menunggu dengan penuh perhatian, Eric justru asyik menunduk menatap layar ponselnya. Sabine memutar bola matanya malas, lalu melangkah ke arahnya. “Ric!” panggilnya. Eric segera mengangkat kepala

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD