“Kau mau pergi ke klub mana?” tanya Sabine dengan nada setengah acuh, tapi sorot matanya menyimpan sesuatu. Entah kenapa, sebuah ide licik melintas di kepalanya. Ia ingin sedikit mengerjai Kalief. “Klub Marine,” jawab Kalief singkat. Sabine berdehem pelan, pura-pura berpikir. “Kebetulan sekali, aku mau ke resto Xxx. Bukankah jalannya searah dengan klub tempatmu bekerja?” tanyanya sambil tersenyum tipis. Kalief mengangguk. Walaupun baru satu tahun di Indonesia, ia sudah cukup mengenal jalanan kota itu. Apalagi, beberapa waktu lalu ia sempat ngekos di sekitar daerah tersebut agar lebih mudah pulang pergi ke klub. “Kalau begitu, berikan saja kunci mobilnya padaku. Aku yang menyetir.” Sabine mengulurkan tangan tanpa keraguan. “Tapi-” “Tidak ada tapi-tapi!” potong Sabine cepat. “Ini kan m

