Satu

680 Words
Menjadi guru di era milenial memang memiliki resiko yang tinggi. Pahamnya masyarakat dalam teknologi menjadikan alat tersebut sebuah media mata-mata, atau hukuman asusila, terutama terhadap profesi seorang guru. Di mana guru sedikit saja menegur murid, keesokan harinya akan terjadi viral di media sosial dan menjadikan jabatan mereka dicabut bahkan mendapat hukum sosial. Contohnya yang dialami rekan Dian, Sajid yang merupakan wali kelas XI. Ia baru saja dicabut pangkat PNS serta dipecat secara tidak hormat hanya karena Sajid menyuruh muridnya yang ketahuan merokok untuk merokok dilapangan. Padahal itu adalah hukuman yang niatnya untuk diberitahukan kepada orangtua sebagai bukti serta hukuman menyakiti kesehatannya. Namun entah siapa seseorang merekam kejadian tersebut dan memviralkan kea kun gosip sehingga keesokan harinya Sajid secara tidak hormat dicabut jabatan dan dipecat oleh pihak sekolah. Pihak sekolah maupun dinas tidak mau mengusut kejadian tersebut lebih dalam karena terlanjut kalut akan viralnya rekaman tersebut sehingga mereka melepaskan nasib seseorang tanpa memberikan keadilan. Sajid. Mengabdi untuk sekolah sudah hampir 10 tahun sejak ia masih menjadi honorer dan kini dikeluarkan secara tidak hormat. Menakutkan memang menjadi guru dijaman serba canggih seperti ini. Niatnya mau mendidik dan mendisiplinkan murid, malah dianggap melakukan kekerasan terhadap siswa. Jika begitu, predikat guru kini bukanlah pendidik melainkan pengajar materi saja. Sepulang kerja, Dian sengaja datang kerumah Sajid. Sajid memiliki anak dua yang masih kecil. Ketika ia sampai dirumah Sajid, istri Sajid sekaligus sahabatnya Mira langsung memeluk Dian erat. "Jadi, rencana lo sekarang apa?" tanya Dian pada Sajid yang terlihat lelah. "Enggak tahu. Mungkin gue mau coba jualan yah walaupun gue enggak tahu produknya apa." Jawab Sajid meminum kopinya. "Gue enggak paham sama hukum sekarang, masa langsung ambil keputusan tanpa mengusut kasusnya." Gerutu Mira. "Lo enggak mau coba ngelamar kerja di sekolah lain?" Sajid mengangkat bahu. "SK gue udah dicabut, itu berarti kemungkinan kecil ada sekolah yang mau nerima gue." " Lo sendiri, Yan? Kagak ada niatan buat jadi guru kelas?" tanya Mira pada sahabatnya. "Gue udah nyaman jadi guru pendamping khusus. Enggak terikat aturan kerja dan dibayar orangtua. anak enggak masuk ya gue ikutan enggak masuk. Dian memang hanya guru pendamping Khusus yang mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus ketika di sekolah. Sudah dua tahun ini Dian mendampingi murid diseleksia bernama Arin. memberikan pengajaran, Dian memberikan materi khusus berupa gambar di mana Arin bisa mengikuti pembelajaran dikelasnya. Guru pendamping Khusus sendiri merupakan guru yang tidak tercatat di sekolah. Sehingga Dian bekerja untuk orangtua. bahkan apartemen yang ia tempati merupakan fasilitas khusus dari orangtua Arin agar memudahkan Dian untuk mendampingi Arin yang memang tinggal di pent house apartemen Dian yang terletak dilantai atas. ... Dian merutuki dirinya sendiri. Niat hati mau kepo sama tetangga sekaligus gebetan, eh ia malah berada disituasi yang sangat-sangat-sangat tidak menyehatkan bagi mata dan hatinya. Bagaimana tidak, ia melihat Rion tengah mencumbu seorang wanita di beranda apartemen. Duh.. untung hati Dian sudah tebal. Tapi melongo seperti ini juga tidak elit juga. Berasa nonton film p***o live. Dian, kan jadi malu. Yah maklum saja usia sudah 30 tahun tanpa belaian seorang pria membuat Dian seringkali baper lihat yang berduaan. Dian melotot melihat tangan wanita itu yang kini turun meraba b****g Rion. Gelisah, Dian mencari sesuatu yang bisa membantunya menghentikan perbutan p********i tersebut. Ia tersenyum menemukan alat penyemprot tanaman dan dengan sengaja ia menekan alat tersebut kea rah wanita itu sehingga pasangan m***m itu terkejut dan menoleh kearah Dian.             “Hei, kamu enggak sopan banget sih nyemprot air ke saya?" pekik wanita itu melotot marah. Dian memasang wajah polos. " Saya enggak nyemprot kearah kamu kok tapi ke tanaman belakang kamu. Kalau kena kamu ya maaf-maaf aja." "Gila ya kamu, malam-malam semprot tanaman!" wanita itu menatap kearah Rion yang terlihat menahan tawa. " Akum au pulang, kamu mau nginep di apartemen aku?" "Aku banyak kerjaan." Ucap Rion. Wanita itu mendengus sebal dan masuk kedalam apartemen. Sepertinya wanita itu keluar karena Dian bisa mendengar pintu yang dibanting dengan keras. "Enggak usah ketawa." Kesal Dian melirik Rion. "Sudah makan?" “Kenapa?" "Tadinya mau ajak makan bareng dibawah." Dian menimbang-nimbang. Sebenarnya ia sudah makan, tapi menolak tawaran menggiurkan tentu saja terlalu sayang untuk dilewatkan. "Oke tapi kamu yang traktir ya."  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD