Tiga

867 Words
             " Bu Dian?"               Dian menatap pria tinggi berwajah tampan yang menatapnya penasaran. Dian tahu pria ini, Om nya Arin.                " Iya. Mas, Omnya Arin ya?"    " Iya. Wah saya kira gurunya Dian lebih tua dari pikiran saya. Ternyata muda banget. Masih kuliah ya?"             " Saya sudah 30 tahun."             " Oh, lebih tua dari saya ternyata." gumam pria itu lalu mengulurkan tangan. " Saya Abimanyu, masuk dulu Bu, Dian masih di kamar soalnya." ucap Abhi membuka pintu lebih lebar agar Dian bisa masuk.               " Ibu.. " sapa Arin yang baru keluar dari kamarnya. Ia memandang wajah Dian muram. " Aku bisa berangkat sendiri."             Dian menghela napas. Arin memang diseleksia, namun ia memiliki kemandirian serta pemahaman yang baik. Ia hanya tidak bisa membaca, namun dengan bantuan metode pembelajaran khusus serta kemampuan listening yang baik ia mampu mengikuti pembelajaran.             Namun yang salah adalah kekhawatiran kedua orangtuanya yang berlebihan, di mana Dian wajib mengawasi, menjemput serta menemani Arin. Padahal gadis cantik itu ingin bersosialisasi, apalagi Dian tahu jika Arin tengah dekat dengan Devan, anggota osis sekolah.               " Ibu hanya melakukan tugas."             " Tapi Mama kan enggak ada. Please Bu, aku boleh berangkat sendiri? Ibu kan bisa ngawasin aku lewat GPS yang dipasang Papa di HP Ibu." pinta Arin.              Dian menimbang sebentar. " Oke, kamu boleh berangkat sendiri dan ibu akan menyusul setelah 15 menit."             Arin tersenyum senang. " Makasih Ibu. Aku berangkat ya Om."    " Oke, hati-hati Arin."             Setelah Arin pergi, Dian pun beranjak berdiri. " Kalau begitu saya berangkat."             Abhi mengangguk dan ikut berdiri.             Dian mengernyitkan dahi melihat Abhi ikut keluar. " Lho mas mau kemana?"             " Saya ikut keluar ya, kebetulan belum sarapan juga. Sebenarnya saya enggak bisa masak dan sarapan roti enggak bikin saya kenyang." ujar Abhi malu begitu suara perutnya terdengar.               Arin menatap jam tangannya. Masih ada waktu 30 menit untuk sampai sekolah. " Saya tadi bikin ayam kecap banyak, kalau mas mau.. Mas bisa ambil buat sarapan. Nasi juga masih ada."    Abhi terlihat senang. " Boleh? Enggak ngerepotin?"    " Enggak kok, unit saya dilantai 6." ...             Rion terbangun begitu mendengar suara hairdryer menyala. Ia perlahan membuka mata dan melihat Alma tengah mengeringkan rambutnya di meja rias. Wanita itu menggunakan kemeja miliknya yang hanya menutup setengah paha.             " Sudah bangun? Kamu nyenyak banget sih."             Rion mengambil pakaiannya yang tergeletak di bawah kasur dan memakainya beserta celana. " Kamu ke RS Jam berapa?"    " Jam 8." jawab Alma sembari membuka kemeja Rion dan memakai pakaian dinas miliknya. "Aku belum nyiapin sarapan, mau sarapan dibawah?"                 " Enggak usah. Aku cuma butuh kopi."               " Aku bikinin ya."    " Thanks."             Selesai membuat kopi, Alma mengecup pipi Rion yang masih setengah mengantuk. Sepertinya aktifitas ranjang semalam membuat mereka harus bergadang.                Alma dan Rion bukanlah pasangan kekasih, meskipun Alma berharap jika Rion segera meresmikan hubungan mereka. Mereka hanyalah partner. Partner kerja sekaligus ranjang. Berbeda dengan Rion yang sering kali mencumbu wanita, Alma hanya melakukannya dengan Rion. Toh Alma tahu jika Rion tidak pernah berhubungan badan dengan wanita-wanita itu.             "Aku antar sampai bawah, sekalian mau beli cemilan." ujar Rion sambil menggunakan sandal.             Alma tersenyum mengerti. Ia tahu bukan cemilan tujuan Rion.             Membuka pintu, Rion menegang melihat Dian dan seorang pria baru keluar dari apartemen Dian.             Rion mencoba mengingat-ingat apakah ia mengenal pria itu atau tidak, karena Rion hampir kenal dengan seluruh keluarga Dian. Namun Rion yakin jika si pria ini berwajah baru.                Dian sendiri agak panik karena harus bertemu Rion dengan wanitanya yang Dian tahu namanya, Alma. Nasi sudah menjadi bubur, alhasil Dian menampakkan wajah biasa saja padahal dalam hatinya sudah ketar ketir.             " Siapa?" tanya Rion masam.             " Ini Mas Abhi, Om nya Arin. Mas, ini teman saya Rion dan sebelahnya mba Alma."    Abhi mengangguk dan mengulurkan tangan yang disambut Alma dan Rion yang sepertinya setengah hati. " Saya Abhimanyu." pria itu menatap Dian. " Ini makasih banget lho Bu makanannya. Nanti saya cuci tempatnya ya."             " Oh iya."               " Kalau gitu saya duluan ya." pamit Abhi.               " Kenapa kamu bawa pria masuk ke dalam apartemen?" tanya Rion begitu Abhi pergi.    " Gue cuma kasih dia makan."    " Harus ya masuk ke dalam apartemen?"    " ...."    Rion mendengus kesal melihat Dian yang mendadak diam. Ia menarik tangan Alma dan berjalan menuju lift.    " Kenapa harus marah-marah gitu sih?" tegur Alma pelan.             Rion menghela napas kasar. " Sorry, kamu kebawah sendiri ya."     Alma tersenyum. " Oke."             Begitu pintu lift tertutup, Rion kembali berjalan menuju unitnya dan menemukan Dian yang masih berdiri kaku di depan apartemennya.    Pria itu mengelus puncak kepala Dian. " Aku minta maaf tadi agak keras ke kamu. Aku benar-benar enggak suka kamu masukin orang yang enggak aku kenal kedalam apartemen kamu. Orangtua kamu nitipin kamu ke aku dan aku ingin menjaga kamu baik-baik."             Dian mengangguk. " Gue tahu."    Rion tersenyum. " Aku antar kamu ke sekolah ya."    Dian berjalan di sisi Rion sambil diam -diam melirik pria itu. Rion memang membingungkan, sejak Dian SMA pun Rion akan berubah ketus jika Dian pergi atau membawa pria ke rumah. Karena itulah hingga saat ini Dian tidak memiliki pacar.               Awalnya Dian merasa senang dan beranggap jika sikap Rion ini karena cemburu.             Tapi.. Kini dirinya sudah berusia 30 tahun.             Dan Rion sendiri sepertinya berpacaran dengan wanita bernama Alma.             Masih bisakah Dian beranggapan kalau Rion cemburu??   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD