3 - Aset Penting

1314 Words
"Cassio, tenangkan dirimu!" Ucap Theo. Tepat setelah melakukan pendaratan ringan disamping pria gahar tersebut. Mendengar Theo menyampaikan kalimat yang menurutnya bisa dikatakan adalah sebuah intruksi, Cassio segera tanpa menyangga sama sekali, menarik seluruh aura yang sempat ia sebarkan. Bersama telah tertariknya aura menekan Cassio, Theo juga mulai memandang dengan tatapan menyapu sekitar, melihat satu persatu sosok dari lima orang pemuda misterius yang tadi sempat membuat kekacauan disekitar wilayah perbatasan Benteng Osiris, Markas Besar Bandit Serigala. "Hmmmm… Bisa kau jelaskan siapa sebenarnya para pemuda berdarah panas ini?" Tanya Theo. "Itu… Boss! Mereka adalah sekumpulan begundal tak tahu terima kasih yang kubawa dari lingkungan lamaku, untuk bergabung dengan Guild!" Jawab Cassio. Mulai memasang raut wajah tak enak hati kepada Theo. "Pemuda dengan senjata dua golok yang ada disana, bernama Rick! Bisa dikatakan bahwa ia pemimpin dari para begundal ini!" Lanjut Cassio. "Dua gadis muda, adalah Michone dan Magie!" Ucap Cassio, menatap bergantian pada dua gadis bersenjata cambuk dan tongkat sihir, sebelum ganti mengarahkan pandangan pada dua pemuda terakhir. "Dua tersisa, itu Glen yang membawa senjata sabit kembar! Sementara yang memakai cakar besi sebagai senjata, adalah Daryl!" Tutup Cassio. Memperkenalkan satu persatu dari kelima pemuda. Tepat ketika Cassio telah menutup kalimat, Theo tiba-tiba mengalihkan pandangan kearah satu sudut tertentu lain. Menatap dengan tatapan mata tajam. "Sungguh teknik penyamaran yang luar biasa! Aku bahkan sempat tak menyadarinya!" Gumam Theo. Kata-kata gumaman Theo, segera disambut oleh kelima pemuda, Rick, Daryl, Glen, Magie, dan Michone, dengan mulai memasang wajah tertegun. Menatap tak percaya pada Theo. "Bagaimana ia bisa tahu?" Gumam Rick. Pemuda berwajah bengis. Pemimpin dari kumpulan begundal. Pertanyaan yang sama atau sejenis, sepertinya juga hinggap di dalam benak empat pemuda lain. Dapat dilihat dari raut wajah terkejut serta heran yang sedang keempatnya tampilkan. "Cassio, sepertinya masih ada satu pemuda berdarah panas lain!" Lanjut Theo. Mendengar kata-kata Theo, Cassio yang sebelumnya sempat mulai kembali tenang, segera untuk sekali lagi berubah marah raut wajahnya. Menatap tajam penuh nafsu membunuh kearah dimana Theo menempatkan pandangan. "CARL…!!! Keluar sekarang juga!" Bentak Cassio. *Wuuungg…!!! Bersama dengan bentakan keras membahana Cassio, sebuah gumpalan Mana Kegelapan berbentuk bulat sempurna, muncul dari udara kosong. *Baaggg….!!! Gumpalan Mana Kegelapan, bertahan untuk beberapa saat dalam aliran tenang, sampai sebuah kotak hitam berbentuk layaknya peti jenazah, terjatuh dari dalam gumpalan tersebut. *Ngaaaakkk…!!! Suara berderak yang cukup mengganggu dan tak nyaman di telinga, seketika terdengar saat peti jenazah, mulai terbuka dari dalam. "S-salam pada Senior!" Sesosok bocah lelaki, dimana terlihat seumuran dengan Razak, kini menyapa Cassio dengan nada bergetar ketakutan, sembari hanya mengeluarkan kepala dari dalam peti jenazah yang terbuka sebagian. "Carl…! Tak kusangka! Kau yang kuanggap sebagai bocah paling penurut diantara kelima kawan-kawanmu, justru malah ikut ambil bagian dalam kekacauan ini!" Gumam Cassio. Memasang raut wajah marah, melotot kearah bocah bernama Carl, dimana tampil dengan kemunculan tak biasa, keluar dari balik peti jenazah yang sebelumnya terjatuh dari gumpalan aneh Mana Kegelapan. Melihat raut wajah dan tatapan mata penuh kemarahan Cassio kearahnya, Carl, segera menarik untuk menyembunyikan setengah wajah di dalam peti jenazah. Menyisakan hanya bagian mata keatas yang masih terlihat dari luar. "S-Senior! Maaf! Aku benar-benar tak ada niat untuk ikut! Hanya mereka yang memaksa!" Ucap Carl. "Bocah t*ngik pembohong!" Bentak Glen cepat. "Bagaimana bisa mengatakan itu! Jelas-jelas sebelumnya kau bilang sedang bosan dan bersedia ikut!" Bentak Daryl menambahi. "Yahhh… Pembohong!" "Kau mau melempar semua kesalahan pada kami?" Michone dan Magie, ikut menambahi. "Tak perlu basa-basi! Kita hajar saja!" Gumam Rick. Sudah memainkan dua golok. "DIAM….!!!" Hanya saja, ketika lima pemuda tersebut hendak akan melangkah, bentakan lantang Cassio kembali terdengar untuk kemudian disambut dengan kelima pemuda, kembali jatuh terduduk sembari menundukkan wajah. Sama sekali tak berani membantah. Pucat pasih. "Hahhahahah…! Sekumpulan pemuda yang cukup menarik!" Theo yang sempat hanya diam mengamati, akhirnya buka suara. "Cassio, bisa jelaskan lebih lanjut tentang keenam pemuda ini?" Tanya Theo kemudian. "Emmm… Boss! Seperti yang sempat kubilang, mereka berasal dari lingkungan lamaku! Kubawa ke Dark Guild karena merasa memiliki bakat bagus!" Ucap Cassio, segera menjelang begitu mendengar Theo meminta. "Dalam perkembangannya, bakat para begundal ini ternyata tak hanya bagus! Namun sangat luar biasa dan tak normal! Memiliki kepadatan serta kemurnian Mana Kegelapan jauh melampaui generasinya!" "Lord Santiago yang menangkap potensi keenam begundal ini, memutuskan memberi mereka nama keluarga Black untuk disandang!" "Tak hanya itu, ia bahkan memberi kesempatan pada mereka untuk mencoba melakukan kontrak dengan Iblis Hell Orb!" "Hasilnya, secara tak terduga keenam dari mereka, semua berhasil mengontrak iblis-iblis tingkat tinggi! Seluruhnya berhasil menjalin kontrak dengan satu dari 20 besar iblis terkuat!" "Michone iblis keduapuluh, Magie Iblis Kesembilan belas, Daryl Iblis kelimabelas, Glen Iblis Keempatbelas, Rick Iblis ketigabelas, sementara bocah paling muda dari keenam mereka, yakni Carl, mendapat Iblis kontrak paling tinggi tingkatan kelasnya dari 20 besar, yakni Iblis Kesebelas Hell Orb!" Ucap Cassio, sembari menatap kearah Carl. "Tak bisa dipungkiri, keenam begundal dihadapanmu ini Boss, adalah bakat-bakat terbaik dan masa depan Dark Guild! Beberapa dari mereka mungkin juga adalah kandidat Godfather generasi selanjutnya!" Lanjut Cassio. "Secara khusus, sebelum aku meninggalkan Dark Guild, Lord Santiago memberi intruksi agar aku menjadi pengawas dari keenam begundal yang memang terkenal susah diatur ini!" Tutup Cassio. Menyelesaikan penjelasan. "Oh… Jadi bisa kukatakan bahwa kau adalah mentor dari keenam pemuda berdarah panas ini?" Tanya Theo. "Yah… Bisa dibilang begitu!" Tanggap Cassio, semakin bertambah tak enak hati pada Boss Besarnya. Dengan tatapan tajam, Cassio memandang bergantian pada satu persatu dari enam orang pemuda Dark Guild. Jika saja Theo tak memberi intruksi, Cassio saat ini pasti sudah bergerak untuk memberi pelajaran pada mereka. Bagaimanapun juga, tindakan keenam pemuda itu, secara langsung telah mempermalukan Cassio dihadapan Theo sebagai Boss Besar. Serta beberapa sosok penting Bandit Serigala lain yang sekarang sedang berada di sekitar lokasi. Dimana malah sudah sempat bertukar teknik secara langsung untuk menghentikan kekacauan yang di lakukan oleh mereka. "Hei, kau yang disana!" Cassio masih menatap penuh kemarahan pada keenam pemuda, sampai Theo terdengar mengatakan sesuatu. "Pemimpin kelompok yang kalau tak salah bernama Rick!" Ucap Theo. Menatap kearah pemuda berwajah bengis dengan dua golok sebagai senjata. Pemuda ini, sekilas terlihat bagai versi lebih muda dari Cassio. Terutama ketika tadi ia beraksi memasang wajah bengis sembari memainkan dua golok. "Katakan padaku, apa sebenarnya tujuan kau membawa kelompokmu datang kemari?" Tanya Theo. Pertanyaan Theo, nyatanya disambut oleh Rick, dengan memalingkan wajah. Sikap yang tentu saja segera menyebabkan wajah Cassio semakin merah padam. "Beraninya!" Gumam Cassio. "JAWAB KAU BEGUNDAL! SEKARANG JUGA!" Bentak Cassio keras. Tak lagi menahan amarah sedikitpun. Benar-benar telah di buat malu oleh sikap para pemuda ini di hadapan Theo. Bentakan Cassio, segera membuat Rick tersentak. Pucat pasih raut wajahnya. "Itu… Aku dan yang lain, datang untuk meminta agar Senior Cassio pulang kembali ke Guild!" Jawab Rick pada akhirnya. "Itu benar senior! Rick mengatakan bahwa sungguh kesia-siaan Knight sekuat dirimu, justru berakhir menjadi anggota kelompok rendahan macam Bandit Gurun!" Sahut Carl, masih dengan menyembunyikan separuh wajah dalam peti jenazah. Kata-kata Carl, segera membuat wajah Cassio, kini berubah gelap. Menatap tajam kearah Rick. "Kau, benar mengatakan hal macam itu? Kelompok Bandit Serigala, rendahan?" Gumam Cassio, tanpa sadar sudah melangkahkan satu kaki kedepan. Rick, kini benar-benar menjadi ketakutan, menoleh untuk menatap penuh kebencian kearah Carl. "Apa?" Tanya Carl, begitu menyadari tatapan Rick. "Bukankah kau memang mengatakan itu?" Tanya Carl. Dengan intonasi nada penuh kepolosan. "Hahhahaha….! Cassio! Tolong tenangkan dirimu!" Ucap Theo, suara tawa lantangnya, segera sedikit meredakan suasana yang berkembang berat dan mencekam imbas kemarahan Cassio. "Jadi kalian ingin Cassio kembali?" Tanya Theo. "B-benar!" Jawab Rick cepat. "Begini saja! Jika kau begitu ingin kembali berkumpul dengan Cassio sebagai Mentor, kenapa bukan kalian saja yang tinggal disini? Kebetulan Cassio sedikit kekurangan anggota kompeten dalam Divisi Pembunuh yang baru terbentuk!" Ucap Theo. "Mohon maaf! Para pemuda ini adalah aset penting dari Dark Guild! Jadi sepertinya mereka tidak bisa tinggal, dan harus segera kembali!" Bersama Theo menutup kalimatnya, satu suara misterius, terdengar dari udara kosong.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD