Pertemuan Pertama

1496 Words
Usai sudah serangkaian ritual pemakaman yang telah menguras tenaga Celine Song selama tiga hari. Ia masih mengenakan pakaian putih pertanda berkabung, namun hatinya mulai berkhianat rasa. Kembali menginjakkan kaki di rumah mewah yang kini telah kehilangan pemilik aslinya, membuat Celine Song tersenyum lega. ‘Untung saja tidak banyak kenangan dengan dia, jadi nggak terlalu kehilangan.’ Gumam Celine Song mulai merasa plong karena sudah dipastikan ia akan menjadi penguasa rumah ini dan berbuat sesuka hatinya tanpa tertekan kehadiran pria tua itu. “Ehem... Nyonya Celine Song.” Deheman yang terdengar dibuat-buat itu berhasil membuyarkan rasa senang Celine Song. Terlebih saat namanya diserukan oleh suara yang cukup familiar, Celine Song langsung menoleh ke arah penasehat beruban separuh rambut itu dengan ekspresi wajah dingin. “Penasehat Liu, ada apa?” Penasehat Liu membungkukkan badan kemudian kembali berdiri tegap dan menatap serius kepada nyonya mudanya. “Pemakaman sudah selesai, saya rasa ini sudah waktu yang tepat untuk membahas tentang pesan wasiat mendiang tuan besar. Saya meminta waktu nyonya sebentar, ada hal penting yang harus nyonya ketahui, terkait masalah warisan yang tuan besar tinggalkan.” Pikiran Celine Song mendadak segar saat mendengar soal warisan disinggung oleh tangan kanan mendiang suaminya. Tanpa sadar senyum antusias pun mengembang dari bibir Celine Song yang tak berpoles pemerah bibir. Masa berkabung ini membuatnya mengesampingkan penampilan, meskipun tidak mencintai suaminya namun ia tetap harus menghormati orang yang sudah pergi itu dengan menunjukkan rasa kehilangan. “Baiklah, kita bicarakan di ruang kerja saja.” Seru Celine Song kemudian memimpin langkah menuju tempat yang ia maksud. Penasehat Liu membawa berkas penting untuk dibacakan kepada nyonya muda itu. Begitu Celine Song menempati kursi kebesaran di ruang itu, barulah penasehat Liu membuka berkas itu lalu membacakannya dengan lantang. “Setelah tuan besar Song mangkat, seluruh aset kekayaan atas nama tuan Willy Song akan dihibahkan kepada nyonya Celine Song....” Celine Song mengulum bibir, menyembunyikan senyuman girangnya saat mendengar sebentar lagi ia akan menjadi pewaris satu-satunya dari suami tuanya. “Tapi... semua warisan itu baru bisa dialih-namakan ketika anda memenuhi seluruh persyaratan yang diminta oleh tuan Willy Song.” Timpal penasehat Liu yang sadar akan rona bahagia Celine Song yang tersamarkan itu. Ia bisa menebak hati wanita muda itu dengan tatapan jelinya. Begitupun dengan raut kecewa yang kini terlihat dari wajah cantik nyonya muda itu, tak ada lagi senyum senang ketika dia mendengar ada persyaratan yang harus dilakukan untuk mendapatkan semua kekayaan itu. “Penasehat Liu, anda tidak sedang bercanda? Bagaimana bisa orang yang sudah meninggal masih memberikan persyaratan untuk memberikan warisannya?” Ujar Celine Song dengan sorot mata penuh curiga, ia takut ini hanya akal-akalan pria tua itu untuk mencuri seluruh harta yang seharusnya menjadi miliknya sekarang. Air muka penasehat Liu berubah, tak senang dengan tudingan sepihak yang terkesan menjatuhkan dirinya. “Ini sudah tertera dalam surat wasiat tuan besar dan disahkan oleh hukum. Ini bukan rekayasa saya, nyonya.” Serunya membela diri. Celine Song nyengir, antara percaya dan tidak kepada penasehat tua itu. “Ya sudah, apa syaratnya?” Tanya Celine Song ketus. Penasehat Liu menggelengkan kepala sejenak kemudian kembali melanjutkan kata-katanya. “Tuan besar Willy Song sangat memperhatikan anda, beliau sudah mempertimbangkan sebelum meninggal. Anda mungkin akan sangat kesepian di usia yang masih muda, untuk itu tuan besar mengajukan syarat agar anda harus menikah lagi. Pria yang boleh menjadi suami anda selanjutnya harus yang berusia lebih muda dari anda dan sesuai dengan kriteria yang disetujui tuan Willy Song.” Jelas penasehat Liu dengan raut muka serius. Celine Song mengerutkan dahi, reflek tersenyum miring mendengar persyaratan yang aneh itu. “Dia begitu peduli padaku sampai harus mengurus tentang jodohku. Apa itu tidak berlebihan? Mana surat kuasanya? Tunjukkan padaku biar aku baca sendiri.” Geram Celine Song langsung merebut berkas yang ada di tangan penasehat Liu. “Nyonya, hati-hati... Berkas itu asli dan tidak ada salinannya, jika sobek atau rusak, nyonya bisa terancam kehilangan warisan.” Pekik penasehat Liu panik. Celine Song mendengar semua itu namun enggan berkomentar. Ia reflek memelankan tangan agar tidak merusak surat berharga itu, sepasang matanya begitu sibuk membaca tulisan yang tertera di sana. Ia berdecak kesal saat membaca serangkaian syarat tentang calon suami pilihan Willy Song. ‘Sialan, kenapa hidupku seapes ini? Tidak cukupkah aku dijodohkan dengan pria tua bangka, setelah dia meninggal pun masih mau turut andil menjodohkan aku. Apa aku ini dianggap piala bergilir!?’ Gerutu Celine Song dalam hati. ** Sementara itu di tempat yang berbeda, Novan Xu berdiri mematut diri di hadapan cermin besar. Ia meratapi penampilan gagahnya dengan dasi kupu-kupu, meskipun parasnya terbilang tampan, namun ia merasa terlihat konyol. Sepanjang pagi ia mempersiapkan diri, mengenakan jas kebesarannya hanya demi tampil menarik di depan seorang wanita tua. “Huft....” Novan Xu menghela nafas panjang, hari ini akan menjadi pembuka hari-hari berat ke depannya. Ia tak bisa mengelak lagi, semua sudah ia sepakati demi satu misi, menyelamatkan harta yang tersita musuh ayahnya. Plok! Plok! Plok! Suara tepuk tangan yang nyaring langsung mengecohkan perhatian Novan Xu dari depan kaca. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Martin Xu berjalan masuk membawa satu koper besar. Suasana hati Novan Xu mendadak buruk, rasanya seperti akan terusir pergi dari rumah secara tragis. “Luar biasa tampannya putraku. Ah, aku sudah menyiapkan semua keperluanmu di koper ini. Kamu jaga diri baik-baik di sana, yang betah ya. Ayah sangat bergantung padamu sekarang.” Seru Martin Xu, berpura-pura menyeka matanya yang kering. Novan Xu tersenyum miring, miris sekaligus geli melihat sikap ayahnya. “Sudahlah, berhenti pura-pura. Akting ayah sangat parah.” Gerutu Novan Xu blak-blakan. Seketika itu pula Martin Xu tersenyum lebar, ia tidak perlu lagi berusaha keras mendramatisir suasana. Martin Xu berjalan mendekati Novan Xu kemudian menepuk mantap pada pundak kokohnya. “Ayah percaya kamu pasti bisa. Ayah tunggu kamu kembali dengan berhasil.” Seru Martin Xu memberikan dukungan tulusnya. Belum juga Novan Xu memberi tanggapan, seorang pelayan membuyarkan suasana dengan suara ketukan pintu. Begitu kehadirannya direspon oleh Martin Xu, barulah pelayan wanita itu berjalan mendekat lalu menjulurkan sebuah amplop kepada tuan besarnya. “Permisi tuan besar, ada yang datang mengirimkan ini. Dia masih menunggu di luar rumah.” Martin Xu mengerutkan dahi, begitupun dengan Novan Xu yang penasaran. Surat itu berpindah tangan, pelayan itupun diminta keluar dari ruangan itu. Martin Xu membuka amplop dengan tidak sabaran. Novan Xu yang mengamatinya pun tertular kecemasan, amplop itu terlihat familiar dan akhir-akhir ini mereka sering mendapatkan surat terselubung dari amplop sejenis. “Ini dari mereka lagi kan? Apa yang mereka tuliskan ayah?” Desak Novan Xu begitu Martin Xu memegangi kertas yang dikeluarkan dari amplop itu. “Hmm... Sebaiknya kamu baca sendiri.” Ujar Martin Xu seraya menyodorkan kertas itu kepada putranya. Novan Xu segera membaca dan dalam detik itu juga ia tertohok. “Apa? Aku disuruh ke sana sekarang untuk menjadi pengawal pribadi wanita itu, sampai nantinya dia jatuh cinta padaku? Aku harus membuat wanita tua itu jatuh cinta?” Novan Xu nyaris tak sanggup mempercayai semua itu, namun isi surat itu kembali menampar kesadarannya. Ia berdandan rapi hanya demi menjadi seorang pengawal pribadi. Ia harus turun derajat dari statusnya yang seorang putra pengusaha lalu menjadi pengawal pribadi yang bisa disuruh-suruh oleh seorang wanita. Novan Xu menggelengkan kepalanya, tak sanggup menerima kenyataan pahit ini. “Lebih baik bunuh saja aku ayah!” Pekiknya geram sekaligus frustasi dengan permainan yang tidak jelas itu. ** “Nyonya, tolong kembalikan berkas itu, aku harus menyimpannya kembali.” Seru penasehat Liu cemas, untung saja Celine Song bersedia menurut tanpa banyak protes. Wanita itu masih tampak shock dan bingung sehingga tenaganya belum terkumpul sepenuhnya. “Apa semasa muda pria tua itu menjadi seorang komedian? Kenapa dia lucu sekali, ha ha ha....” Ujar Celine Song tertawa miris, hidup bebas yang diidamkannya ternyata tak semudah itu didapatkan. Ia merasa terjebak dalam lingkaran kuasa orang yang bahkan masih bisa memerintah sekalipun sudah meninggal. “Nyonya tidak perlu banyak pikiran, segalanya sudah diaturkan dengan baik oleh tuan besar. Beliau pun sangat perhatian dengan keselamatan anda sehingga beliau sudah memilihkan satu orang pengawal pribadi yang akan menjaga anda.” Ujar penasehat Liu dengan nada lembut dan terdengar bijak. Celine Song memijit pelipisnya, kepalanya pusing mendengar informasi penasehat Liu yang membuat kewarasannya terguncang. “Pengawal? Apa-apaan lagi ini... Apa dia pikir aku buronan yang harus diawasi terus? Aku tidak mau menuruti syarat gila itu. Aku mau hidup bebas, nggak mau ada pengawal!” Sayangnya senyaring apapun gertakan Celine Song tak bisa menarik perhatian penasehat Liu yang kini goyah. Fokus pria tua itu berpindah pada sosok seorang pria muda yang baru saja menginjakkan kaki dan berhenti di ambang pintu yang terbuka. “Ah... Dia datang.” Seru penasehat Liu dengan wajah sumingrah. Detik itu juga Celine Song menoleh ke arah pintu, mengikuti arah tatapan penasehat Liu. Dan saat itu pula ia tercengang melihat seorang pria muda yang tak kalah terkejut melihat kepadanya. ‘Apa itu dia? Kenapa masih secantik itu padahal sudah tua?’ Seru suara hati Novan Xu yang terkejut melihat sosok nyonya yang tengah bersitatap dengannya. Hatinya meragu, tertohok menatap kecantikan paras wanita itu hingga membuatnya mematung di tempat. **
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD