Chapter 46

1275 Words
            “Kamu tidur di kamar ini saja,” ujar Rendra sambil membuka pintu sebuah kamar yang bersebelahan dengan kamarnya. “Ini kamar tamu, udah aku bersihkan kok. Maaf ya kalau kamarnya kecil,” lanjut Rendra.             Aku masuk ke kamar itu dan memperhatikan sekeliling. Ya, kamar ini memang tidak sebesar kamar tadi, lebih kecil. Tapi semua perabotan tampak tersusun dengan rapi dan bersih. Ada bantalan duduk di taruh tak jauh dari jendela. Sepertinya itu spot yang cocok untuk duduk sambil menikmati pemandangan di luar. Sambil baca buku atau minum teh hangat bakal cocok banget.             “Ini beneran kamar tamu?” tanyaku tak yakin. Rasanya tak cocok untuk di jadikan kamar tamu kalau tampak nyaman begini. Bakal betah sih di kamar aja kalau kamarnya begini.             “Ah, sebenarnya karena aku tinggal sendiri jadi semua kamar di sini kosong. Semuanya jadi kamar tamu. Tapi selalu aku bersihkan sih, walau gak ada orangnya,” jawab Rendra. Aku mangut- mangut. Aku duduk di ujung kasur. Hem, kasurnya lumayan empuk juga.             “Ah ya, kalau kamu mau ganti baju, di lemari itu masih ada beberapa baju peninggalan ibu. Kalau kau mau pakai saja, daripada tetap pakai baju itu,” ujar Rendra. Ia membuka salah satu lemari yang ada dan tampaklah deretan baju perempuan tergantung rapi di sana.             “Ah ya gak apa kok, ini aja udah nyaman. Makasih Ren,” tolakku halus. Sebenarnya aku tak enak sih kalau pakai baju bekas seseorang yang sudah tiada. Rasanya gimana gitu deh.             “Bebas sih, pakai aja kamar ini sesukamu. Oh ya ada kamar mandi juga di sini, kamu pakai saja,” ujar Rendra sambil menunjuk sebuah pintu di dalam kamar. Aku mengangguk.             “Ya sudah, aku tinggal dulu ya. Kalau ada apa- apa ke kamarku saja di sebelah. Ada Kara juga menginap di sini, dia kamarnya di depan kamarmu itu.” Rendra menunjuk ke pintu kamar di depan kamarku. Aku mengangguk.             “Iya Ren. Thank you, maaf merepotkan,” ujarku.             “Ah, selaw aja. Oke deh aku balik dulu ya. Selamat istirahat,” pamit Rendra.             “Ya, selamat istirahat!”             Aku menutup pintu kamar begitu Rendra keluar. Aku mencium baju yang kukenakan. Ah, agaknya sudah waktunya aku mandi. Udah agak bau. Aku membuka lemari dan mencari handuk. Setelah menemukan handuk bersih, aku segera ke kamar mandi. Agaknya rumah ini tak bisa berhenti membuatku terkesan. Rendra hebat juga bisa membersihkan rumah sebesar ini hingga bersih. Kamar mandinya sangat bersih dengan lantai keramik yang kinclong. Ada bath up dan shower. Peralatan mandi juga lengkap di sana, ada shampoo, sabun, sikat gigi dan pasta gigi. Berasa menginap di hotel.             Aku membuka keran air hangat dan keluarlah uap- uap air hangat dari sana. Aku memutuskan untuk berendam air hangat malam ini. Aku mengambil sabun dan sedikit terkaget saat ada sebuah kotak kecil di sana. Aku membuka kotak itu dan ternyata isinya adalah bath bomb.             “Ya ampun, bahkan ada bath bomb segala. Lengkap bener memang,” gumamku. Aku mengambil salah satu bath bomb dan menaruhnya di bath tub yang sudah terisi dengan air. Bath bomb tadi langsung melebur di air. Aku melepaskan pakaianku dan menggantungnya dengan rapi, lalu segera berendam di bath up.             “Ah, nyamannya,” gumamku. Memang paling cocok deh berendam di bath up air hangat. Rasanya semua pegal- pegal hilang. Apalagi di tambah dengan bath bomb yang wanginya semerbak, membuat perasaan menjadi rileks.             Aku menarik napas panjang. Ah, akhirnya bisa sedikit tenang. Hari ini aku habis di jejal dengan berbagai info yang membuatku bingung dan susah untuk di percaya. Seperti tak ada hentinya membeberkan fakta yang seperti tak mungkin ada. Aku kembali memikirkan pertemuanku dengan Rendra. Ah, aku sampai tidak percaya kalau aku memiliki abang, walau dari ibu yang berbeda dan belum pernah aku temui sebelumnya. Juga fakta tentang ayah yang menyembunyikan banyak hal dan malah membuat kekacauan di sana- sini.             “Iya juga. Aku belum ada cek mr. communicator dari tadi,” gumamku. Aku mencari- cari mr. communicator. Aneh sekali, biasanya mr. communicator selalu bergetar hebat jika ada notifikasi yang masuk. Apa tidak yang menghubungiku ya? Aku mencoba mencari mr. communicator, tapi tak ketemu.             “Dimana ya, apa di kantung baju …” gumamku menduga- duga. Aku memicingkan mata melihat baju yang tadi kukenakan. Kayaknya ada tonjolan benda dari kantung baju. Sepertinya itu mr. communicator. “Halah ya sudahlah nanti saja,” ujarku. Aku berselonjjor di ujung bath tub.             “Ah, izinkan aku untuk tenang sebentar saja. Tarik napas dulu.” ****             Aku telah selesai berendam dan mengenakan handuk piyama. Aku mengambil baju yang kupakai tadi dan menciumnya.             “Bajunya gak bau sih …” gumamku. Aku mencoba memakai baju itu kembali, tapi aku merasa tidak nyaman. Bajunya malah seperti lengket banget. Karena tak nyaman, aku kembali melepaskannya dan memakai kembali handuk piyama.             Aku membuka lemari dan melihat baju- baju yang tergantung di sana. Ya, memang nampak sih bajunya agak sedikit jadul, tapi masih tampak modis kok untuk di pakai sekarang. Aku mengambil beberapa baju dan mencocokkannya di depan cermin.             “Bagus juga deh,” gumamku. “Tante yang punya baju ini, maaf ya tante aku pinjam dulu bajunya. Nanti aku balikin langsung kok, jangan gangguin aku ya,” gumamku di depan lemari. Aku mengambil salah satu piyama yang ada dan mengenakannya. Piyamanya bagus dan kainnya juga dingin.             Aku merebahkan diriku di atas kasur. Ya, kasurnya lumayan juga. Aku menarik selimut hingga menutupi seluruh badan. Tadinya aku ingin tidur, tapi mata ini masih tak ingin terpejam. Aku menatap kosong langit- langit kamar. Lampu belum kumatikan, aku parno kalau tidur gelap sendirian di rumah orang pula. Aku melirik ke sekitarku. Pikiranku mulai melayang entah kemana.             Mama dan nenek bagaimana ya kabarnya? Oh iya, aku belum cek notif di mr. communicator. Aku mengambil mr. communicator. Ya ampun, ternyata mr. communicator mati sedari tadi. Pantas saja tak ada notifikasi yang masuk. Aku menyalakan mr. communicator. Baru saja di nyalakan, sudah ribut dengan berbagai notif yang masuk. Aku melihat semua notif yang ada. Kebanyakan notif ini dari grup chat, dari grup kelas atau grup lainnya. Aku mengabaikan notif dari grup. Ada satu notif yang menarik perhatianku. Dari … pak Arya?             Althea, apa kamu sudah mengirim surat permintaan maaf ke nak Kara siang ini? Kalau belum kamu kirim maka nilai sikap akhlak kamu saya taruh C             Aku menepuk jidatku. Ah, aku terlalu sibuk dengan urusan ini itu sampai lupa kalau aku masih ada hukuman menyebalkan ini. Ah ya, tadi Kara bilang ini urusan belakangan. Ya sudah deh aku balas saja.             Malam pak. Maaf saya baru lihat chat bapak. Sudah saya kirim pak dan sudah di terima oleh Kara. Amankan nilai akhlak saya ya pak.             Oke terkirim. Terlambat memang tapi tak apa. Aku membuka pesan lain yang ada. Ternyata Sheila spam chat sedari tadi siang.             Teh             Althea             Hei kamu dimana Teh, kok gak bales?             Teh tadi aku antar makanan ke rumah, katanya rumahmu kosong. Kalian kemana?             Teh mana lu heh kok kagak bales             Althea kamu kemana hei, jangan buat khawatir ..             Aku menepuk jidat. Ah iya, dia lupa menghubungi Sheila hari ini. Ya pantas aja dia spam chat begitu banyak.             Sori Shei baru bales. Aku lagi di rs, nginep. Nenek dan mama tumbang tadi tiba- tiba. Sori ya baru kabarin kamu.             “Gak mungkin kan aku bilang ke dia kalau aku nginap di rumah abangku? Bisa makin panjang pertanyaan nanti.”             Setelah membalas chat Sheila, aku kembali mengecek notifikasi yang ada. Papa ternyata ada chat aku tadi sore.             Nak, maaf papa gak bisa ke rs. Urusan papa masih banyak. Besok pagi papa susul kalian di rs ya. Tolong jaga nenek dan mama, papa akan nyusul secepatnya.             Aku menghela napas panjang dan membalas chat papa.             Iya pa. Teh tunggu papa.             “Pa, papa harus menjelaskan semua ini pa.” ****  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD