Chapter 18

1074 Words
            Aku mengerjapakan mata pelan. Sinar remang- remang dari cahaya lampu tidur menyapa mataku. Jam berapa ini? Batinku. Aku memperhatikan sekitar. Ah ya, aku di kamar. Sepertinya aku terlalu lelah hari ini, jadi setiba di rumah aku langsung melemparkan diri ini ke atas kasur dan tak lama kemudian tertidur lelap tanpa mengganti pakaianku terlebih dahulu. Tas juga masih tergeletak sembarangan saja di atas kasur. Aku bangkit dan terduduk di kasur, mencoba mengumpulkan kesadaran yang masih mengambang. Aku melirik ke arah jam dinding di dekat lemari. Masih jam 3 pagi. Karena tidur terlalu cepat, aku juga bangun terlalu cepat. Aku menggosok mataku dan menggeliat pelan. Ah, badanku terasa sangat lengket. Membersihkan mobil tua itu hingga bersih jelas membuat badanku banjir dengan keringat.                 “Mandi ah,”gumamku. Aku mengambil handuk dan mengambil peralatan tempur yang berisikan body care. Hari ini aku mau pakai body scrub, biar semua daki- daki bekas keringat kemarin hilang bersisa. Agaknya menyalakan aromatic candle enak juga. Aku membawa satu aromatic candle ke dalam kamar mandi. Saatnya me time.                 Aku selesai mandi 2 jam kemudian. Badanku segar dan wangi. Wanginya sangat semerbak hingga tercium ke setiap sudut ruangan di kamar. Aku duduk di kursi rias dan menyalakan lampu di kaca rias. Hari ini aku benar- benar mau me time. Hari ini untuk pertama kalinya aku memakai skincare. Tentu saja ini yang sudah di rekomendasikan oleh Sheila. Sheila pula yang menemaniku membelinya. Tadi aku sudah cuci muka. Kata Sheila, setelah cuci muka pakai toner. Kalau tidak mau pakai kapas, ya taruh saja di tangan lalu di tepuk- tepuk halus ke muka. Aku mengambil kapas dan membasahi kapas dengan toner, lalu menepuk- nepuknya pelan di wajah. Setelah itu, tunggu toner hingga mongering. Setelah toner mongering, aku memakai serum. Serum ini tinggal di teteskan saja ke wajah, di bagian kedua pipi, jidat, dan dagu. Lalu di oleskan pelan- pelan hingga merata. Kata Sheila, ujung pipet tetes dari serum jangan sampai kena ke wajah. Nanti takutnya malah terkontaminasi bakteri di wajah. Baik. Setelah memakai serum sesuai yang di sarankan oleh Sheila, aku menunggunya hingga kering. Karena malas menunggunya terlalu lama rasaku, aku mengambil kipas mini dan mengarahkannya ke wajah. Oke setelah serum kering, aku memakai pelembab. Sama seperti tadi, di oleskan saja ke wajah pelan- pelan dan tunggu hingga kering. Terakhir, aku memakai sunscreen. Sheila bilang, sunscreen ini skincare paling wajib selain cuci muka. Karena sinar matahari dan juga sinar dari segala macam gadget itu berbahaya, makanya Sheila menyarankan untuk selalu memakai sunscreen meskipun tidak keluar rumah, karena sinar ultraviolet itu di jaman sekarang ini ada dimana- mana.                 Selesai sudah rangkaian skincare untuk pagi ini. Semoga saja rangkaian skincare ini bisa bikin wajahku lebih bagus. Lebih cantik. Lebih mulus, seperti wajah Sheila. Atau lebih dari Sheila malah lebih bagus. Tapi karena dasarnya aku memang anak yang suka printilan make up, untuk melengkapi rangkaian skincare ini, aku memakai lip tint. Lip tint ini sudah di lengkapi dengan pelembab jadi tidak merusak bibir. Aku melirik jam dinding di kamar. Tanpa sadar sudah jam 05.30 pagi. Tapi tetap saja bagiku ini masih pagi, apalagi hari ini libur cuti sebelum memperingati nyepian mahkota. Mungkin sebaiknya aku turun ke bawah. Hari kayak gini mah, pasti nenek dan mama sibuk mempersiapkan hidangan untuk merayakan nyepian mahkota.                 Aku turun ke bawah dan benar saja, mama dan nenek sudah bangun. Mereka sibuk bolak- balik ke dapur. Aku pergi ke dapur dan di sana sudah penuh sesak dengan berbagai bahan makanan.                 “Loh? Kamu udah bangun Teh?”Tanya mama. Aku mengangguk pelan. Mama membawa sebakul kecil bawang putih.                 “Wah, udah wangi cucu nenek,”ujar nenek sambil mencium puncak kepalaku. Aku tersenyum kecil. Nenek membawa ember kecil berisikan satu potong ayam boiler.                 “Karena kamu bangun cepat, kamu mau gak bantuin nenek dan mamamu itu masak? Buat nyepian mahkota besok,”pinta nenek. Aku mengangguk.                 “Justru aku turun mau bantu sih nek,”jawabku. Mama melirikku dengan tatapan heran.                 “Tumben. Biasanya mah kalo udah mau nyepian kamu mendem di kamar aja seharian, mana mau bantu- bantu,”ujar mama.                 “Ya udah deh Teh balik aja ke kamar lagi ya, gausah bantuin,”ujarku dan membalikkan badan. Nah kan, hilang deh mood aku buat bantuin mama dan nenek. Mama menarik kembali tanganku sebelum pergi jauh.                 “Eh eh, mama bercanda kok. Bantuin ya, biar cepat selesai,”pinta mama. Aku berdecak dan mengangguk. Aku masuk ke dapur dan memperhatikan bahan- bahan yang ada di sana. Ada kentang, bawang putih, bawang merah, bawang Bombay, daging yang sudah di giling, ayam boiler utuh, dan juga ikan yang entah ikan apa namanya. Berantakan dan banyak, seperti akan mengadakan hajatan.                 “Jadi, Teh bantuin apa nih?” ****                 Aku melemparkan diriku ke kasur. Sekarang sudah siang. Badanku capek sekali. Selain bajuku berkeringat parah karena dapur yang panas, berbagai macam bebauan rempah menempel di bajuku. Sedari pagi aku ada di dapur, membantu mama dan nenek menyiapkan masakan. Agaknya nenek terlalu bersemangat jadi memasak banyak makanan untuk besok. Padahal aku sudah bilang kalau makanan sebanyak ini mana mungkin bisa di habiskan oleh empat orang, tapi nenek bilang akan membagikannya ke tetangga dan orang- orang di luar. Begitulah nenek.                 Aku mengambil mr. communicator dari dalam tas. Aku merasa amaze karena seharian ini belum ada menyentuh mr. communicator, dimana biasanya aku memakainya nyaris selama 24 jam. Aku mengecek Quark untuk melihat pesan apa saja yang masuk. Banyak pesan yang masuk silih berganti, tapi ada satu pesan yang membuatku tertarik. Pesan ini dari .. pak Arya?                 Untuk Althea dan Dakara, meski hari ini sekolah libur, tapi kalian tetap harus datang ke sekolah untuk kembali melanjutkan hukuman kalian. Kalian harus datang ke sekolah jam 1 siang.                 Aku melongo membaca pesan itu. Apa? Harus datang ke sekolah? Hari libur begini? Malas banget! Pasti sekolah kosong, tak ada seorang pun. Aku yakin mang Jajang juga malas untuk datang ke sekolah di hari seperti ini. Pasti dia lebih memilih di rumah bersama istri dan anaknya daripada harus pergi ke sekolah untuk memantau kami melaksanakan hukuman. Baru saja aku hendak menghapus pesan itu, sebuah pesan masuk lagi. Sama, dari pak Arya juga.                 Bapak tunggu kalian di sekolah. Jika kalian tidak datang, maka hukuman kalian akan bertambah.                 Aku berdecak kesal. Cih, bodoh amat. Aku menutup aplikasi Quark. Biarin aja dah, tambahin aja deh bodoh amat udah aku tuh. Ganggu hari libur itu adalah hal paling terlarang di kamusku. Ah, daripada harus ke sekolah dan menjalankan hukuman bersama santan Kara k*****t itu, mending aku streaming film saja. ****    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD