Enam Puluh Empat

1036 Words
Dari hasil pemeriksaan rontgen dapat diketahui jika Rai mengalami patah pada tulang kakinya. Dokter akhirnya memasang gips pada kaki Rai yang patah, berita baiknya dokter menyatakan jika Rai tidak harus melakukan operasi pasang pen karena tulang kaki yang patah masih terbilang tidak terlalu parah. Hanya saja mungkin dalam kondisi yang seperti sekarang ini, tentunya Rai akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk kembali pulih seperti sedia kala. " Dek, hari ini sepertinya kamu sudah diperbolehkan pulang. Hanya nanti kedepannya kamu harus melakukan rawat jalan secara rutin." Pras memberitahu perihal kepulangan istrinya itu seraya menyuapi Rai untuk menghabiskan sarapan paginya. "Alhamdulillah, syukur kalau begitu." Jawab Rai dengan air wajah yang nampak senang. " Seperti lebih enak di rumah, mas. Lagi pula aku jadi kasian sama kamu kalau aku terlalu lama di rumah sakit." Lanjut Rai yang masih sibuk mengunyah makanannya. "Sudah bicaranya nanti lagi dilanjutkan! Sekarang habiskan dulu sarapannya." Ucap Pras saat melihat istrinya bicara dengan mulut penuh makanan. Rai pun tersenyum malu, ia pun melanjutkan sarapan paginya. Rai merasa senang dia dapat pulang hari ini sehingga tidak perlu melakukan rawat inap lebih lama. Ia merasa kasihan pada suaminya jika ia harus lama rawat inap di rumah sakit, karena dia tahu rasanya pasti akan sangat lelah menunggu orang yang sedang sakit dan di rawat di rumah sakit. Belum lagi ditambah suaminya pasti harus meminta ijin ke tempatnya bekerja agar bisa menemaninya selama di rumah sakit. Tentu itu dirasa tidak baik jika terlalu lama atau sering dilakukan. Rqi sedang melahap sendokan terakhirnya. Dapat dipastikan keadaan Rai pagi ini sudah jauh lebih baik dibandingkan kondisinya semalam. Kesadarannya dapat dipastikan sudah kembali seratus persen saat ini keluhannya adalah rasa sakit di beberapa bagian tubuh yang mengalami cedera. Terutama kakinya yang mengalami patah tulang. Juga bagian kepala yang masih ia rasakan pusing. "Dek, mas keluar dulu yah sebentar. Mas mau mencari sarapan dulu sebentar." Ucap Pras saat telah selesai menyuapi istrinya. Rai mengganggukkan kepalanya perlahan, mengisyaratkan dia mengiyakan perkataan suaminya. Pras melangkah keluar kamar tempat Rai di rawat. Ia berjalan menuju kantin rumah sakit yang berada di samping kanan gedung yang letaknya ada di depan parkiran motor rumah sakit. Pras terlihat menyapukan pandangannya ke beberapa stand makanan yang ada di depannya. Ia sedang memilih makanan apa yang rasanya ingin ia makan untuk dijadikan sarapannya pagi ini. Setelah diam sejenak, akhirnya Pras menjatuhkan pilihannya kepada bubur ayam sebagai menu sarapannya pagi ini. Ia pun berjalan menghampiri stand penjual bubur ayam yang posisi berada paling tengah, dihimpit oleh penjual makanan yang lainnya. Tidak mau istrinya terlalu lama sendiri di kamar dan takut istrinya akan merasa bosan, Pras tidak berlama - lama berada di kantin rumah sakit. Setelah menyelesaikan sarapannya ia bergegas kembali menuju kamar tempat Rai di rawat. Sebelumnya dia hanya sempat membeli beberapa makanan ringan berupa kue - kue dan minuman kemasan untuk cemilannya dan Rai nanti. Saat memasuki kamar, Pras melihat istrinya cukup terkejut dengan kedatangannya. Walau sebentar Pras sempat melihat sebelumnya Rai sedang melamun sendiri. " Kaget aku." Ucap Rai seraya mengelus dadanya. "Kok cepat,mas? Dikira aku bakal lama." Ucap Rai yang terkejut atas kedatangan Pras yang tiba - tiba menurutnya. "Kenapa kaget? Lagi melamun yah? Jadinya kaget saat ada yang datang." Ucap Pras langsung menebak. " Mas kasian, kepikiran kamu sendiri di kamar. Jadinya setelah sarapan mas langsung balik ke kamar." Terang Pras. "Oooh," Ucap Rai singkat. "Memang kamu melamun, lagi mikirin apa, dek?" Tanya Pras yang setengah bergurau pada istrinya. " Nggak mikirin apa - apa kok, mas." Sahut Rai yang belum mau mengakuinya. "Awas ah, jangan kebanyakan melamun! Tidak baik." Ucap Pras. Rai hanya diam, tidak menyahuti perkataan suaminya. Dia kembali terlihat melemparkan tatapan kosongnya ke langit - langit kamar. "Tuh, kan melamun lagi." Ucap Pras yang mendapati istrinya sedang menatap langit - langit kamar dengan tatapan kosongnya. "Aku nggak melamun kok, mas. Aku hanya sedang mengingat - ingat kembali kejadian kemarin sore." Rai terlihat menarik nafasnya cukup dalam. "Kalau dipikir - pikir lagi, rasanya kejadian kemarin itu terasa aneh, mas." Lanjut Rai. "Anehnya?" Tanya Pras memotong pembicaraan istrinya. "Gimana ya menjelaskannya?" Ucap Rai seperti bingung akan pikirannya sendiri. Ia merasa sulit menjelaskan apa yang dia pikirkan pada suaminya itu. " Coba deh kamu jelasin! Saat kamu naik ke ruang atas itu, apa aja yang ada dalam pikiran kamu juga apa aja yang kamu rasain." Pras balik bertanya untuk mendapatkan maksud dari kegundahan yang istrinya sedang rasakan itu. " Aku merasa aneh. Kenapa tangga di rumah itu di sebut sudah rapuh dan tidak dapat digunakan. Padahal kenyataannya tangga itu masih sangat kuat dan kokoh, mas. Aku dapat Memastikannya, karena aku sudah memijakkan kakiku di sana." "Hanya itu saja?" Pras kembali memotong perkataan istrinya itu. "Yang paling aku sangat ingat dan rasakan dengan jelas itu adalah saat aku terjatuh, mas." Rai kembali terdiam sejenak. "Aku sangat yakin bahwa aku terjatuh bukan karena hilang keseimbangan atau pun karena tangga yang rusak. Aku sangat yakin saat itu ada tenaga yang cukup kuat mendorong punggung aku dari belakang, mas. Dengan cukup kuat dia menepuk dan mendorong punggungku." Rai melanjutkan perkataannya. Pras dan Rai sempat sama - sama terdiam sejenak. "Kalau pun ternyata rumah dinas yang saat ini kita tempati dihuni oleh makhluk halus, apa mungkin makhluk seperti itu dapat mencelakai manusia, dek?" Ucap Pras yang sebelumnya sempat juga terdiam memikirkan apa yang istrinya ceritakan. " Aku juga tidak tahu, mas. Aku hanya mengatakan apa yang aku rasakan saja." Sahut Rai. " Lagi pula selama ini, selama kita menempati rumah itu gangguan - gangguan itu cukup sering kita rasakan kan? Bahkan bisa di bilang hampir setiap hari." Lanjutnya. Pras mengangguk, apa yang dikatakan oleh Rai sangatlah benar. " Sepertinya makhluk penghuni rumah itu memang cukup usil dan jail, mas." Rai menambahkan. "Tapi, dek. Sepertinya kita harus menunda kepindahan kita dulu." Ucap Pras yang tiba - tiba teringat rencana kepindahan mereka. Pras merasa rencana kepindahan yang harusnya dilakukan besok sepertinya harus mereka tunda mengingat kondisi Rai saat ini. Mungkin ia akan kembali menghubungi pemilik rumah untuk menunda kepindahannya yang kemarin sudah dibicarakan akan dilakukan besok, bahkan kunci rumah pun sudah diminta oleh Pras dengan sengaja datang ke rumah pemiliknya. Saat ini yang paling utama adalah kesembuhan Rai. Mungkin kepindahan mereka dapat dilakukan jika kondisi Rai sudah kembali pulih atau saat sudah lebih baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD