Empat Puluh Dua

1024 Words
Pak RT, Haji Nasikin, Ustad Nasri, Ustad Sofyan dan juga Pras berkumpul di ruang depan setelah keadaan Laras kembali pulih. Masih banyak tanda tanya di kepala Pras mengenai semua hal yang terjadi pada adiknya itu. Jika benar apa yang Haji Nasikin katakan, lalu kenapa bisa makhluk seperti itu menyukai Laras dan terus menerus mengganggunya? "Pak Haji, kira - kira apa yah yang membuat makhluk seperti itu bisa menyukai Laras dan sampai menginginkan Laras ikut bersamanya?" Pras menanyakan hal yang menjadi tanda tanya dikepalanya sejak awal. " Makhluk - mahkluk seperti itu memang memiliki tugas untuk selalu mengganggu manusia. Mereka menginginkan manusia menjadi lemah iman dan lalai melaksanakan tugas serta kewajibannya sebagai seorang muslim." Ucap Haji Nasikin. " Jadi sebenarnya itu bisa terjadi pada siapapun, pak Haji?" Tanya Pras. "Ya pada siapapun, oleh karena itu kita harus selalu membentengi diri kita dengan ketakwaan kita kepada Allah juga dengan ibadah - ibadah yang kita lakukan." Lanjut Pak Haji. " Tetapi setahu saya, adik saya Laras termasuk anak yang rajin beribadah Pak Haji, dia tidak pernah terlihat melewatkan kewajibannya." Sahut Pras. "Ya, semua balik lagi. Semua hal dapat mempengaruhi, apalagi anak - anak usia Laras ini masih dapat dibilang labil, emosi yang mereka miliki itu sering kali berubah - ubah, tidak jarang juga sebagian anak ada yang sering melamun membayangkan mimpi dan keinginan mereka. Sedangkan mahkluk - mahkluk seperti itu sangat suka bermain dengan emosi seseorang." Tutur Pak Haji Nasikin. Pras mengangguk - angguk mendengar semua perkataan yang Haji Nasikin jelaskan. Dia cukup banyak belajar banyak mengetahui hal yang sebelumnya sama sekali tidak dia percayai. "Alhamdulillah, sekarang nak Laras sudah kembali ke keadaan normal. Saya sarankan mas Dan semua orang rumah bergantian mengaji, agar rumah terasa hangat." Ucap ustad Nasri. " Insya Allah, ustad." Sahut Pras. "Mudah - mudahan Laras cepat kembali pulih seperti sebelumnya ya, mas." Pak RT turut mendoakan kesembuhan Laras. Akhirnya mereka pamit pergi, setelah banyak berdiskusi tentang penyebab dan kejadian yang menimpa Laras untuk kedua kalinya itu. Pras mengantar ke empatnya sampai depan pintu. Sungguh ia beruntung masih dikelilingi orang - orang baik meski dia jauh dari sanak saudara. Sesuai janji yang telah dibuat rencananya akhir pekan ini ustad Nasri dan Ustad Sofyan akan datang kembali, untuk melakukan ruqyah pada rumah yang mereka tempati. Pras kembali masuk kedalam rumah. Ia mengunci pintu depan. Pras berjalan menuju kamar untuk kembali melihat keadaan Laras. Ibu dan Rai masih setia menemani Laras yang sedang tertidur. Wajah pucat adik perempuannya itu masih nampak jelas terlihat. Sudah pasti tubuh Laras merasa sangat lelah karena telah mengalami hari yang terasa begitu panjang. Saat kerasukan yang pertama Laras tidak ingat apapun keesokan harinya, bahkan keadaannya terlihat kembali normal tanpa meninggalkan bekas apapun. Tetapi sepertinya untuk yang kedua kali ini tidak seperti kejadian yang pertama, kejadian yang menimpa Laras tadi sepertinya samar - samar akan dia ingat, sebab setelah sadar pun dia sempat berkata " Capek" Dengan menatap ibu. "Ibu," Pras membangunkan ibu yang tidur sambil memeluk Laras. "Dek," Pras juga membangunkan Rai yang tertidur dengan posisi duduk. Ibu dan Laras membuka mata mendengar panggilan Pras. " Kita makan dulu yuk! Dari siang kalian kan belum. Makan sama sekali. Jangan sampai semua malah jatuh sakit." Ucap Pras. Ibu dan Rai mengangguk, setuju dengan ajakan Pras. Lagi pula rasa lapar telah terasa di perut mereka. "Lalu bagaimana dengan Laras, mas. Tidak apa - apa kita tinggal Laras sendiri? Aku jadi trauma mas meninggalkan Laras sendiri seperti tadi." Ucap Rai Pras menatap Laras yang sedang tertidur. Ia pun sepertinya khawatir jika harus meninggalkan Laras seorang diri. "Kalian makan saja dulu, nanti kalau sudah gantian ibu makan." Ucap ibu memberi solusi. "Jangan! Ibu saja dulu yang makan dengan mas Pras yah? Nanti Rai yang menyusul." Ucap Rai menolak untuk mendahului ibu mertuanya itu. " Sudah tidak perlu bergantian, kita makan saja sama - sama di kamar sambil menemani Laras." Ucap Pras ketika mendapati ibu dan istrinya saling mempersilahkan. Ibu dan Rai tersenyum menyadari kelakuan mereka. Pras pun berjalan menuju dapur untuk menyiapkan makan malam mereka. Ia membawa beberapa peralatan makan juga beberapa mangkuk berisi sayur dan nasi yang Laras dan ibu masak tadi siang. Sebelumnya sudah Pras hangatkan terlebih dahulu. Banyaknya yang perlu dibawa membuat Pras harus lebih dari satu kali bolak balik. Ketika Rai berniat untuk membantu, Pras menolaknya. Ia membiarkan istrinya itu duduk manis menunggu semua selesai, olehnya sendiri. Makanan sudah siap tersaji di hadapan mereka. Mereka bertiga akhirnya makan malam bersama dengan tetap menemani Laras yang masih tertidur. "Kasihan, Laras juga padahal belum makan sejak siang." Ucap ibu saat menengok ke arah Laras. "Iya, tetapi jika kita harus membangunkan Laras, rasanya lebih tidak tega." Sahut Pras yang juga ikut menatap adik perempuannya itu. Mereka meneruskan makan malam itu tanpa membangunkan Laras. "Bu, bagaimana malam ini? Ibu tidak apa - apa menemani Laras sendiri?" Pras bertanya disela - sela makan malam mereka. "Ya, rasanya tidak apa - apa." Jawab ibu tanpa ragu sedikit pun. Yang merasa ragu dan khawatir ternyata Rai. Dalam diamnya ternyata kejadian tadi siang cukup membuatnya terguncang. Dia merasa bersalah telah meninggalkan adik iparnya itu sendiri di rumah, karena sebelumnya Rai sudah merasakan perasaan tidak enak. Dia hampir kembali ke rumah untuk membujuk Laras agar mau ikut dengannya. Tetapi itu urung dia lakukan. Dia dan ibu akhirnya terus berjalan ke rumah mbah Darmi dengan meninggalkan Laras dirumah. "Bagaimana jika malam ini kita temani ibu di kamar ini, mas. Kita bisa tidur dengan menggunakan kasur lipat yang kita punya." Rai yang merasa khawatir mengajar suaminya untuk tidur secara bersama - sama di satu kamar. Rai merasa akan lebih tenang jika dia mendapati dan melihat ibu dan Laras dalam keadaan baik - baik saja. "Oh, boleh juga sih seperti itu. Nanti kita berdua bisa tidur di kasur lantai. Ibu dan Laras di ranjang." Ucap Pras menyetujui ide yang istrinya berikan. mereka menyelesaikan makna malam itu dengan segera. karena semuanya sudah sangat lelah. tidak seperti sebelumnya kali ini Pras juga merasa ingin istirahat. untuk esok hari, ia sudah meminta ijin kepada atasnya untuk tidak masuk bekerja. ia berencana untuk menemani ibu dan Laras sampai kondisi Laras sudah benar - benar pulih. ia tidak ingin kejadian yang menimpa Laras terulang untuk ketiga kalinya
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD