"Nila," panggil Devan pelan dari arah tamu. Nila menoleh dan senang melihat kedatangan Devan. "Kyaaa Devan! kemana saja kamu? aku merindukanmu!?" pekik Nila. Tak hanya, Nila juga menaruh es krimnya dan melompat ke gendongan Devan. Tanpa ada risih dan berwajah polos. Mirip seperti anak kecil yang senang dengan kehadiran temannya. "Aku harus bekerja. Tapi Nila kenapa kamu melupakan Pak Amir, dia ayahmu...?" tanya Devan. Devan mungkin tidak akan berpikir jika Anggara dan ayahnya adalah hal yang paling membuatnya menderita. Jadi Nila menolak mengingat kesedihan yang paling dalam. "Aku tidak ingat," jawab Nila dengan menggembungkan pipinya. Dalam hati ia berpikir Devan menyebalkan karena tidak membawa oleh - oleh. "Dasar pelit. Kamu tidak bawa oleh - oleh untukku," gerutu Nila. Devan gel

