Dua: Theodore

1101 Words
Di berurusan dengan orang yang salah. Model papan atas itu ternyata selicik kancil! Mulutnya amat berbisa. Semua perkataannya disangkal dan dikembalikan dengan mudah olehnya. Tanpa dia duga, perempuan ini  membawa nama - nama berbahaya berurusan dengannya. Tidak, dia tidak takut, tapi ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari. Salah satunya adalah yang dibawa oleh perempuan licik ini. Dia sekarang bertanya - tanya, kenapa dulu dia memutuskan untuk menjalin hubungan dengan perempuan ini. Senyum liciknya sangat kontras dengan paras cantiknya. Dan dia juga mengutuki kebodohannya yang melalaikan hal - hal yang menjadi pakemnya sejak lama, seperti mengecek latar belakang para wanita yang dikencaninya dan sebagainya. Hanya untuk memastikan nantinya dia terbebas dari jeratan masalah.  Hanya butuh satu kali kelalaian, dan lihat? Dirinya kini berada diambang batas kehancuran. "Keluarlah. Laisse-moi tranquille – Tinggalkan aku sendiri." "Theo, je te previens... – Kan sudah kubilang..." "Je sais. Sors-toi – Aku tau. Keluar." Suara kelotak sepatu hak tinggi mengiringi kepergiannya. Theodore memijat pelipisnya yang tegang. Bagaimana bisa jadi seperti ini. Karirnya terancam kacau karena skandal yang tercipta akibat kelalaiannya. Padahal dia kira dia sudah berhati - hati. Sepertinya kali ini dia bermain api terlalu besar hingga membuat sebagian tubuhnya terbakar. Ego dan kepercayannya dipermainkan dengan amat lihai. Bahkan tanpa dia sadari. "Monsieur – Tuan. Ayah anda menunggu di ruang baca." Suara dengung interkom menginterupsi pikirannya yang bercabang kemana - mana. Dia menghela nafas berat. Satu pergi, satu lagi datang. Kapan dia akan dibiarkan tenang? Pekerjaannya butuh ketenangan. Tanpa ketenangan, dia tidak bisa menyusun satu kalimatpun. Sebagai penulis yang hampir selalu menyabet peringkat bestseller untuk kisah - kisah adventure yang dia tulis, dia harus mempertahankan kualitas tulisannya. dia punya reputasi yang harus dijaga dan fanbase yang harus dia pupuk agar semakin besar dan kuat. "Rose, bawa dia masuk ke ruanganku." Pintanya pada bulter paruh baya namun tetap cekatan yang ditempatkan pria tua yang mengaku sebagai ayahnya itu di rumah ini untuk mengawasinya. Dia amat sangat ingin mengenyahkan perempuan yang tidak layak disebut perempuan itu dari rumahnya dan menggantinya dengan maid lain yang sesuai seleranya, tapi dia tidak punya kuasa untuk itu. Mempekerjakan dan memecat maid di seluruh Maisons – kediaman Roland adalah wewenang Ernest Roland, Ayahnya. Rose, namanya saja yang bagus. Wajah wanita itu bahkan penuh codet dan tubuhnya kekar seperti The Rock. Sama sekali tidak ada unsur feminin disana. Pintu ruang kerjanya diketuk tiga kali, kemudian dibuka dari luar, mengantarkan pria paruh baya yang berbagi nama keluarga dengannya ini masuk. Dia dikenal sebagai momok di dunia property. Tidak ada makhluk hidup yang sudi berurusan dengannya. Bahkan guratan usia juga seakan enggan menyapa wajahnya, Hanya rambut kelabunya saja yang menandakan bahwa umurnya sudah tidak muda lagi. Selain itu, dia terlihat sama dengan yang bisa dia ingat tentang pria tua ini. Penelitian mengatakan bahwa anak adalah peniru ulung. Dan ya, selain fakta bahwa dia membenci Pria Tua di depannya ini, sifat dan kepribadiannya menurun persis seperti pria di depannya. Walaupun dia tidak akan mau mengakuinya. “Masalah apa lagi yang kau sebabkan sekarang Theodore?” Katanya dingin. Tidak menyembunyikan nada suara yang absen simpati itu dari Theodore. Mereka tidak saling menyukai. Theodore lupa kapan semua ini berawal, Mungkin sejak kematian Mamanya? Atau sejak pria tua ini berubah menjadi womenizer dan menjadikan hampir seluruh perempuan di Prancis teman tidurnya? Theodore tidak yakin. Tapi Theodore ingat. Malam - malam itu saat Pria tua ini mengabaikannya dan pulang dengan perempuan yang berbeda setiap malamnya. Membawa wanita lain pulang ke rumah peninggalan Mamanya saja sudah buruk, tapi orang tua ini melakukannya lebih buruk lagi. Dia memasukkan mereka ke dalam kamar yang dulu ditempatinya bersama Mamanya! “Kenapa? Apakah itu mengganggu saham perusahaan anda?” Mereka bahkan bicara selayaknya dua orang asing, bukan ayah dan anak. Ayah… bahkan dirinya enggan mengakui Pria Tua ini sebagai Ayahnya! Berbagi nama belakang yang sama dengannya saja rasanya sudah menjadi siksaan.   “Tentu saja! Dan itu membuat profit yang kuprediksikan tidak bisa tercapai!” Sentaknya keras. Harta dan wanita. Hanya itu yang dipikirkannya. Orang tua ini seakan lupa bahwa semua yang dia peroleh saat ini adalah peninggalan Mamanya. Dia tidak habis pikir, bagaimana bisa Mamanya yang luar biasa terpikat pada lelaki iblis seperti ini! Theodore merasa gusar. Dia ingin menjawab, tapi tidak tahu harus menjawab bagaimana lagi karena dirinya juga masih shock akan masalah ini. “Tiga hari.” Pria tua itu melanjutkan. “Kuberi kau waktu tiga hari untuk menyelesaikan semua kekacauan ini. Jika tidak berhasil. Asingkan dirimu di Marseille dan biarkan orang - orangku mengurusnya.” Titahnya. “Anda mengusir saya dari rumah saya sendiri?” “Tentu saja.” “Anda tidak berhak!”  Geramnya marah. “Oh, j’ai complètement le droit – Aku sepenuhnya berhak akan itu. Tu le sais bien – Kau tau pasti itu. Semua kekayaan ini memang akhirnya menjadi milikmu. Tapi tidak sampai kau menikah dan bisa menunjukkan dokumen legalnya padaku dan pada pengacara Mamamu.“ Jawabnya dengan senyum memuakkan. Benar. Pria tua ini punya hak sepenuhnya untuk itu. Theodore menyayangi Mamanya. Amat sangat. Baginya, Mamanya adalah kesempurnaan. Tapi Mamanya juga adalah seorang yang amat romantis dan sangat percaya pada kekuatan cinta. Pemikirannya tidak berubah bahkan setelah dikhianati oleh pria yang dia kira adalah cinta sejatinya. Dia mempercayai bahwa keajaiban cinta itu nyata, bahkan hingga akhir hayatnya. Dan syarat yang dia ajukan bagi Theodore untuk mengelola harta kekayaan yang dia tinggalkan adalah jika putranya itu bisa menikah dan dapat menunjukkan dokumen pernikahan yang legal pada kuasa hukumnya. Hingga saat itu tiba, semua hak Theodore akan dikelola oleh Ernest Roland, sang Ayah. “Seharusnya anda tidak perlu khawatir tentang hal ini. Seperti biasanya.” “Aku membiarkanmu. Bukan berarti aku tidak mengawasimu.” Theodore mendengus, cukup keras hingga pria tua di depannya ini bisa mendengarnya. “Tiga hari. Atau pergi ke Marseille.” Katanya sembari berbalik, beranjak pergi dari ruang kerjanya. Secara ajaib, pintu ruang kerjanya sudah terbuka saat pria itu sampai di sana, dan Rose, pengawal dan asisten pribadinya, sudah berdiri disana menunduk hormat. Theodore kesal luar biasa. Tangannya mengepal hingga buku jarinya memutih. Dia butuh solusi. Bukan tekanan! Akan dia buktikan pada pria tua ini bahwa dia bisa menyelesaikan masalahnya tanpa bantuannya! Dia tidak butuh pria tua itu mencampuri urusannya!! Ditutupnya laptop yang sedari terbuka menunggu dilirik. Naskahnya, hari ini harus menunggu. Dia masih punya beberapa bulan tenggat waktu sampai editor gila itu mencarinya. Saat ini, dia butuh mencari solusi. Otaknya harus berpikir keras bagaimana caranya menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah lain dan tanpa melibatkan Pak Tua itu. Dia mencatat dalam hati untuk jangan pernah sekali pun melibatkan perasaan saat bermain dengan wanita. Mereka adalah makhluk yang mengerikan. Satu - satunya wanita yang aman untuknya hanyalah Mama.   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD